Tips Mengelola Keuangan di Masa Resesi dan Pandemi Covid-19

- 22 September 2020, 19:05 WIB
Ilustrasi uang rupiah/ EmAji / Pixabay
Ilustrasi uang rupiah/ EmAji / Pixabay /

BAGIKAN BERITA - Menteri Keuangan RI Sri Mulyani mengumumkan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) Kuartal ketiga minus. 

Akibatnya, Indonesia akan segera mengahadapi resesi. Dampak resesi adalah pelemahan daya beli masyarakat dan PHK besar-besaran. 

Hingga Agustus 2020, APBN Indonesia defisit sebesar Rp500,5 triliun atau telah mencapai 3,05 persen. 

Baca Juga: Sedang Berlangsung Bawang Putih Berkulit Merah Episode 159 Malam Ini di ANTV, Dennis Pisan dari Anna

Di tengah kemunduran ekonomi global, tentunya kita harus mempersiapkan diri mengelola keuangan. Apalagi, para ahli memprediksi Pandemi Covid-19 masih akan berlangsung hingga 2021.

Advisor & Co-Founder platform penasihat keuangan digital Halofina, Eko P Pratomo, membagikan cara mengantisipasi risiko finansial di tengah pandemi. 

Pertama, dengan tidak menganggap enteng kondisi pandemi yang bisa saja berlanjut lama

Risiko finansial utama yang mungkin terjadi adalah berkurangnya penghasilan atau bahkan hilangnya pendapatan. Karyawan bisa di-PHK, usaha berpotensi lesu, juga risiko pencari nafkah utama dalam keluarga sakit atau meninggal dunia.

Baca Juga: Jadwal SIM Keliling Kabupaten Bandung Besok, Rabu 23 September 2020

Risiko berikutnya, pola pengeluaran untuk kebutuhan hidup belum tentu berkurang, bahkan bisa bertambah jika tidak melakukan penghematan. Karena itu, perlu ada perubahan pola hidup yang berkaitan dengan keuangan supaya tetap bisa bertahan.

Eko menyarankan untuk melakukan rencana aksi, khususnya bagi yang sudah terdampak dari sisi pendapatan. Pertama, mengubah pola hidup menjadi mode darurat atau mode minimalis, dengan membuat anggaran pengeluaran rutin bulanan prioritas.

"Tunda atau batalkan rencana pengeluaran untuk kebutuhan sekunder, tersier, hiburan, dan kesenangan. Tetap upayakan menabung rutin dari pendapatan yang ada untuk dialokasikan sebagai tabungan darurat," ungkap Eko dokutip BAGIKAN BERITA dari Warta Ekonomi. 

Baca Juga: Indonesia Lawyers Club ILC TV One Malam Ini Bahas Tentang Pilkada Kenapa Takut, Ini Narasumbernya

Tips lain yakni membuat catatan untuk mengetahui aset/kekayaan apa yang dimiliki saat ini serta besarnya sisa saldo utang yang masih menjadi kewajiban. Tidak masalah jika harus melepas aset finansial yang mudah dicairkan seperti emas dan kendaraan demi kondisi darurat.

Aset atau kekayaan lain yang masih ada perlu dialokasikan untuk kebutuhan hidup masa depan sesuai prioritas dan jangka waktu realisasinya. Bagi yang mengalami penurunan atau kehilangan pendapatan, harus segera mencari sumber penghasilan baru.

Mendapat pekerjaan baru mungkin akan sulit dalam kondisi pandemi seperti ini, karenanya disarankan mencari alternatif untuk pendapatan baru, seperti berjualan atau merintis usaha. Memang tidak mudah, namun ikhtiar sungguh-sungguh pasti akan mendapat solusi.

Baca Juga: Banjir hingga Longsor Melanda Bogor, BMKG Catat 39 Bencana, Terparah di Kecamatan Caringin

"Bagi yang tidak terdampak dari sisi penghasilan dan sudah memiliki cukup dana darurat, manfaatkan penghematan pengeluaran dengan pola hidup minimalis untuk berinvestasi guna memenuhi kebutuhan hidup keluarga di masa depan," tutur Eko. ***

Editor: Ahmad Taofik

Sumber: Warta Ekonomi


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x