Pada misinya tersebut Naftali Bennett hampir saja meregang nyawanya, namun terselamatkan berkat serangan altileri ke fasilitas PBB yang menampung 102 pengungsi.
Setelah purna tugas di militer, ia mendirikan industri teknologi dan membangun startup pengembangan piranti lunak anti-penipuan dan bisnisnya tersebut semakin menggurita serta sukses menjadi pengusaha yang berhasil.
Setelah berhasil menjadi pengusaha ia mengembangkan sayapnya menjadi politisi. Bennet juga terkenal sebagai politisi ekstrim sayap kanan dan memandang Israel sangat berhak atas Tepi Barat. Padahal, hukum internasional melarang.
Bahkan ia juga merupakan salah satu politisi yang mendukung penuh pembunuhan terhadap teroris asal Palestina dibanding rehabilitasi serta deradikalisasi.
Salah satu wujud terakhir sikap Anti-Palestinanya adalah bagaimana Bennett ingin memperkuat kendali Israel atas wilayah Bukit Bait Suci.
Selain itu, Naftali Bennett pada 20 Mei lalu pernah membuat Pakistan marah ketika pidatonya yang diunggah di media sosial menjadi viral yang mengatakan Rumah Sakit Internasional Shifa Islamabad sebagai Rumah Sakit Al-Shifa.
Melalui juru bicara Kementerian Luar Negeri Pakistan, Zahid Hafeez Chaudhri melakukan protes keras atas penggunaan foto rumah sakit negaranya dan mengatakan Israel sedang frustasi.