Polemik Permen PPKS, Cinta Laura: Kekerasan Seksual Terjadi karena Pelaku Tidak Bisa Mengontrol Cara Berpikir

- 17 November 2021, 07:00 WIB
Nadiem Makarim dan Cinta Laura hadir di Podcast YouTube Deddy Corbuzier.
Nadiem Makarim dan Cinta Laura hadir di Podcast YouTube Deddy Corbuzier. /Tangkap layar YouTube Deddy Corbuzier.

BAGIKAN BERITA - Peraturan Menteri (Permen) PPKS atau Peraturan Mendikbud (Permendikbud) Ristek Nomor 30 Tahun 2021 tentang Pencegahan dan Penanganan Kekerasan Seksual (PPKS) di lingkungan perguruan tinggi, tengah ramai diperbincangkan dan masih menjadi polemik.

Tak terkecuali bagi Cinta Laura yang juga turut menyorot dan mendukung dengan hadirnya Permen PPKS ini.

Pada Selasa 16 November 2021, Cinta Laura hadir di Podcast YouTube Deddy Corbuzier bersama Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Indonesia Nadiem Makarim.

Dalam podcast YouTube tersebut, Deddy Corbuzier mengundang Cinta Laura dan Nadiem Makarim untuk membahas Permendikbud PPKS.

Baca Juga: Rezeki November, Buruan Daftar di KUR BSI, Anda Bisa Dapat Pinjaman Rp50 Juta hingga Rp500 Juta Tanpa Bunga

"Ada mahasiswi, butuh bimbingan skripsi, tapi dosennya minta cium bibir, itu kan gak nyambung," ucap Deddy Corbuzier membuka perbincangan.

Menanggapi hal tersebut, Nadiem Makarim mengatakan sebelum menjadi menteri, ia sudah mendengar berbagai macam desas desus mengenai isu kekerasan seksual.

"Tapi waktu kita korek-korek lebih dalam lagi, ternyata itu fenomena gunung es yang dahsyat, parah banget," ungkapnya.

"Kita survey 77% dosen bilang bahwa mereka telah melihat kekerasan seksual didalam kampusnya sendiri," tambahnya.

Baca Juga: Bukan Hanya Jutaan tetapi Puluhan Juta Rupiah Bisa Cair dari KUR BRI untuk UMKM, Begini Caranya

Nadiem juga mengatakan 67% dari 77% kasus yang terjadi tersebut bahkan tidak dilaporkan.

Deddy Corbuzier mengatakan, sebelum sesi diskusi podcast berlangsung, Cinta Laura mengirimkan beberapa riset terkait kasus kekerasan seksual.

Deddy Corbuzier juga menyorot tentang pemikiran yang seringkali ditujukan pada korban kekerasan seksual seperti 'gara-gara cewenya aja bajunya kebuka dan seksi jadi cowonya nafsu'.

Menanggapi hal tersebut, Cinta Laura mengatakan orang-orang yang berusaha atau mengklaim bahwa mereka berbicara soal isu ini dari segi yang menggunakan logika, menurutnya hal yang salah.

Baca Juga: Cek Syaratnya! KUR BNI Kucurkan Dana hingga Rp50 Juta Tanpa Jaminan dan NPWP

"Karena mereka melakukan sesuatu yang namanya Supress Evidence, mereka hanya memberikan bukti yang mengafirmasi klaim mereka tapi tidak mencari sumber-sumber lain," ungkapnya.

Berdasarkan riset yang dilakukan BBC, diketahui pengaruh terjadinya kekerasan seksual pada perempuan berdasarkan pakaian yang dikenakan.

Apakah kekerasan seksual terjadi karena perempuan memakai pakaian terbuka dan ketat saja?

Ternyata rok dan celana panjang 18%, seragam sekolah 14%, baju lengan panjang 16%, hijab 17%, dan baju longgar 14%.

Baca Juga: Cek Syaratnya! KUR BNI Kucurkan Dana hingga Rp50 Juta Tanpa Jaminan dan NPWP

"Berarti mereka mau berhijab atau pakaian tangan panjang dan sebagainya, gak ngaruh ya? Tetep aja ada kekerasan seksual ya?" tanya Deddy Corbuzier.

"Nggak ngaruh, karena kekerasan seksual terjadi karena pelaku yang tidak bisa mengontrol cara berpikir atau persepsi mereka," tanggapnya.

Cinta juga menambahkan kekerasan seksual bukan terjadi bukan seseorang mengundang untuk dijadikan target atau korban pelecehan seksual.

"Jadi baju yang dikenakan tidak ada hubungannya sama sekali dan ada bukti konkret yang bisa dilihat, bahwa orang-orang harus berhenti menggunakan pakaian sebagai alasan seseorang menjadi korban kekerasan," ungkapnya.

Baca Juga: Rezeki Pertengahan November, Dapatkan Pinjaman Tanpa Jaminan Khusus Perempuan Rp15 Juta dari PNM Mekaar Plus

Nadiem Makarim juga menanggapi hal tersebut terdapat kesalahan di mindset atau cara berpikirnya ada dua lapisan.

Pertama, orang salah persepsi karena sama sekali tidak ada korelasi antara pakaian yang dikenakan dengan terjadinya kekerasan seksual.

Kedua, pertanyaan 'Pakaian apa yang dia (korban) pakai?' pun sebetulnya tidak penting, kenapa harus dilakukan justifikasi karena pelecehan seksual tersebut telah terjadi.

Cinta Laura juga menyorot jika dilihat dari segi agama, ia pernah berbincang dengan Habib Husein Ja'far mengatakan dalam Alquran pun tertulis 'Jika melihat sesuatu, tundukkanlah pandanganmu'.

Baca Juga: Rejeki Mendebarkan untuk Perempuan dari PNM Mekaar Plus, Ini Bocorannya

"Dalam arti ya kontrolnya ada dalam diri kita, bisakah kita menundukkan pandangan kita agar tidak melakukan sesuatu yang immoral," tambahnya.

Permendikbud PPKS masih jadi perdebatan bagi berbagai pihak terutama di lembaga pemerintahan, tak terkecuali bagi Fahmu Alaydroes Anggota Komisi X DPR dari Fraksi PKS yang menayangkan bahwa DPR tidak dilibatkan dalam penyusunan Permendikbud PPKS.

Meskipun Permen adalah termasuk hak eksekutif, tetapi harus tetap dibuat dengan lebih bijaksana mengingat luasnya keterlibatan berbagai pihak termasuk perguruan tinggi baik swasta maupun negeri.

Tidak sedikit juga pihak yang menolak kehadiran Permendikbud PPKS ini dan menilai hal-hal didalamnya dapat menjadi perdebatan seperti contohnya dinilai atau dianggap memperbolehkan perzinahan.

Baca Juga: Siapa Sangka, Hanya Duduk di Rumah Saja Bisa Mendapatkan Rp50 Juta dari KUR BRI, Ini Syaratnya

Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi, Riset, dan Teknologi (Ditjen Dikti) Kemendikbudristek, Nizam, mengatakan bahwa tidak ada satupun kalimat dalam Permendikbud PPKS yang mengindikasikan tentang perbolehkan perzinahan.

Ia menegaskan bahwa seperti yang terlihat pada tajuk Permendikbud PPKS adalah fokus pada 'Pencegahan' dan 'Penindakan' atas kekerasan yang dilakukan, 'Bukan pelegalan'.

Permendikbud PPKS hadir akibat semakin banyak perwakilan dari mahasiswa yang sampaikan kajian dan kekhawatiran atas terjadinya kekerasan seksual yang terjadi di lingkungan perguruan tinggi yang tidak ditindaklanjuti oleh pihak institusi pendidikan terkait.

Kebanyakan korban takut melaporkan dan kekerasan seksual dapat menimbulkan trauma bagi korban, terutama terhadap perempuan.

Baca Juga: Terkenal dengan Rambutnya yang Gondrong, kini Ari Lasso Tampil Gundul Karena Hal Serius Ini

Berdasarkan survey BBC yang ditunjukkan Cinta Laura dalam Podcast Deddy Corbuzier tersebut juga menunjukkan pelecehan seksual dapat terjadi kapan saja.

Kekerasan seksual terjadi di pagi hari 17%, siang 35%, sore 25%, dan malam hari 21%.

Siang hari dapat terjadi karena mengingat kegiatan belajar mengajar dilakukan di siang hari atau sebelum gelap, hal tersebut membuktikan bahwa para pelaku tidak takut melakukan kekerasan seksual kapan saja.

Cinta Laura juga menyorot bahwa memang mayoritas kekerasan seksual terjadi pada perempuan dan laki-laki juga bisa saja mengalaminya.

Cinta Laura ia senang dengan Permendikbud PPKS yang memiliki nilai tidak hanya memperjuangkan hak perempuan dan perlindungan anak, tetapi juga kesetaraan gender.

Baca Juga: Panduan Lengkap Cara Pengajuan KUR Bank Mandiri Cair hingga Rp50 Juta Tanpa Jaminan dengan Bunga 3 Persen

"Dengan peraturan ini, saya harap akan menjadi sebuah hal yang normal atau tidak aneh atau tidak taboo untuk speak up jika sesuatu ini terjadi pada mereka," ungkapnya.

"Karena sayangnya di kita masih memiliki misoginis, di negara Indonesia dimana laki-laki nggak boleh cengeng, nggak boleh complain, nggak boleh sensitif," tambahnya.

Deddy Corbuzier juga menambahkan, bukan hanya itu, jika laki-laki melaporkan pelecehan seksual yang dialaminya ke pihak berwajib bisa jadi malah ditertawakan.

Mengingat beberapa waktu lalu juga sempat terjadi kasus kekerasan dan pelecehan seksual yang terjadi pada pegawai KPI yang seorang laki-laki, tak terkecuali hal tersebut juga bisa terjadi di institusi pendidikan.

Maka dari itu, Cinta Laura berpendapat lewat pendidikan sejak dini membuat orang-orang sadar akan tipe-tipe pelecahan dan kekerasan seksual yang ada dan apa yang bisa dilakukan untuk memcegahnya.***

Editor: Ahmad Taofik

Sumber: Youtube Deddy Corbuzier


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x