Profil dan Biodata Sutradara Film Pengkhianatan G30S PKI Arifin C Noer Lengkap dengan Prestasi dan Penghargaan

- 27 September 2022, 15:15 WIB
Profil Arifin C. Noer Sutradara Film Pemberontakan G30S PKI.
Profil Arifin C. Noer Sutradara Film Pemberontakan G30S PKI. /

BAGIKAN BERITA – Pemberontakan Partai Komunis Indonesia (PKI) menjadi sejarah bangsa yang menyakitkan.

Pemberontakan PKI pada 30 September – 1 Oktober 1965 ini menjadi catatan sejarah yang tak akan pernah bisa dilupakan.

Pada peristiwa tersebut, PKI memberontak dan menculik para perwira tinggi militer Indonesia. Sebanyak tujuh jenderal disiksa dan dibunuh lalu dimasukkan ke dalam lubang buaya.

Untuk mengenang jasa para jenderal dan mengingatkan kekejaman PKI, pemerintah Indonesia zaman Orde Baru membuat film Pengkhianatan G30S PKI.

Baca Juga: KEREN ABIS! Inilah Harga dan Spesifikasi New Honda Vario 125

Film Pengkhianatan G30S PKI ditulis oleh seorang seniman teater Arifin Chairin Noer atas permintaan pemerintah Orde Baru.

Pada tahun 1984, ditulislah dan dibuat film Pengkhianatan G30S PKI yang hingga kini sering diputar pada bulan September.

Untuk mengenal lebih dekat Arifin Chairin Noer, berikut profil lengkapnya.

Arifin C. Noer lahir pada 10 Maret 1941 dan wafat pada 28 Mei 1995. Ia adalah sutradara teater dan film asal Indonesia yang beberapa kali memenangkan Piala Citra untuk penghargaan film terbaik, sutradara terbaik, dan penulis skenario terbaik

Arifin lahir di Cirebon, merupakan anak kedua Mohammad Adnan. Arifin menamatkan SD di Taman Siswa, Cirebon, SMP Muhammadiyah, Cirebon, lalu SMA Negeri Cirebon tetapi tidak tamat.

Baca Juga: Jadwal Tayang Grup 2 Top 24 Dangdut Academy 5 Indosiar, Simak Bocorannya

Setelah itu, ia pindah ke SMA Jurnalistik, Solo lalu ia kuliah di Fakultas Sosial Politik Universitas Cokroaminoto Yogyakarta.

Ia mulai menulis cerita pendek dan puisi sejak SMP dan mengirimkannya ke majalah yang terbit di Cirebon dan Bandung.

Semasa sekolah ia bergabung dengan Lingkaran Drama Rendra, dan menjadi anggota Himpunan Peminat Sastra Surakarta sambil mencanangkan Hari Puisi.

Di sini ia menemukan latar belakang teaternya yang kuat. Dalam kelompok drama bentukan W.S. Rendra tersebut ia juga mulai menulis dan menyutradarai lakon-lakonnya sendiri, seperti Kapai Kapai, Tengul, Madekur dan Tarkeni, Umang-Umang dan Sandek Pemuda Pekerja.

Kemudian saat kuliah, ia bergabung dengan Teater Muslim yang dipimpin Mohammad Diponegoro. Ia kemudian hijrah ke Jakarta dan mendirikan Teater Kecil pada tahun 1968.

Baca Juga: Link Streaming Pemutaran Film Pengkhianatan G30S PKI di TV Swasta Indonesia: Trans TV, Trans 7, ANTV, TvOne

Tahun 1972-1973 ia mengikuti International Writing Program di Universitas Iowa, Iowa, Amerika Serikat.

Di tengah minat dan impiannya sebagai seniman, Arifin sempat meniti karier sebagai manajer personalia Yayasan Dana Bantuan Haji Indonesia dan wartawan Harian Pelopor Baru.

Mengaku otodidak di bidang sinematografi, ia mulai bekerja dengan kamera ketika Wim Umboh membuat film Kugapai Cintamu tahun 1976.

Arifin merasakan pengalaman sebagai sutradara teater merupakan dasar yang perlu di dunia film. Debut penyutradaraan film-nya adalah Suci Sang Primadona yang diproduseri PT Gramedia Film.

Selain terlibat di bidang teater dan film, ia juga aktif dalam bidang sastra dengan menulis naskah drama dan puisi.

Baca Juga: Demi Matangkan Strategi Lawan Persija, Persib Gelar Latihan Tertutup hingga Sepekan ke Depan

Naskah karyanya, Lampu Neon, atau Nenek Tercinta, telah memenangkan sayembara Teater Muslim, 1987.

Mega-Mega menjadi pemenang kedua sayembara naskah drama Badan Pembina Teater Nasional Indonesia (BPTNI).

Naskah lakon Kapai-Kapai yang ditulis tahun 1970, terpilih sebagai salah satu karya dalam antologi seratus tahun drama Indonesia yang diterbitkan Yayasan Lontar, diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris dengan judul Moths.

Kapai-Kapai dipilih karena merupakan karya Arifin yang paling sering dipentaskan serta menandai titik balik penting dalam penulisan lakon di Indonesia, yakni dari teks drama realistis menjadi penulisan puitis yang menuntut agar dikonkretkan di atas panggung.

Kapai-Kapai berada di antara drama absurd Barat dan drama rakyat Indonesia. Menggambarkan dongeng masa kecil Arifin di Cirebon, Jawa Barat, dengan bahasa puitis yang kaya metafor, kata-kata berirama, dan struktur ritmik.

Baca Juga: TERLENGKAP, Jadwal Pemutaran dan Sinopsis Film Pengkhiatan G30S PKI di Trans TV, Trans 7, ANTV dan TV One

Teater Kecil berhasil mementaskan cerita, dongeng, yang seperti bernyanyi.

Tentang orang-orang yang terempas, pencopet, pelacur, orang-orang kolong, dan sebagainya. Mencuatkan protes sosial yang transendental tetapi kocak dan religius.

Naskah-naskahnya menarik minat para teaterawan dari generasi yang lebih muda, sehingga banyak dipentaskan di mana-mana.

Karyanya memberi sumbangan besar bagi perkembangan seni peran di Indonesia dan menunjukkan eksistensinya sebagai salah satu pencetus bentuk teater modern Indonesia.

Teaternya akrab dengan publik. Ia memasukkan unsur-unsur lenong, stambul, boneka (marionet), wayang kulit, wayang golek, dan melodi pesisir.

Menurut penyair Taufiq Ismail, Arifin adalah "pembela kaum miskin".

Arifin bersama sutradara Nurhadi Irawan dalam sesi diskusi Festival Film Indonesia 1982.

Baca Juga: Cara Gampang Beli Tiket Persib Vs Persija di Liga 1, Segera daftar Nanti kehabisan

Pada film Pemberang ia dinobatkan sebagai penulis skenario terbaik di Festival Film Asia 1972 dan mendapat piala The Golden Harvest.

Ia kembali terpilih sebagai penulis skenario terbaik untuk film Rio Anakku dan Melawan Badai masing-masing pada Festival Film Indonesia 1974 dan 1975, dan mendapatkan Piala Citra.

Film Suci Sang Primadona 1977 melahirkan pendatang baru Joice Erna, yang memenangkan Piala Citra sebagai Aktris Terbaik pada Festival Film Indonesia 1978.

Menurut Volker Schloendorf — sutradara film "Die Blechtrommel", pemenang Palme d'Or Festival Film Cannes 1979 dari Jerman — film tersebut "menampilkan sosok wajah rakyat Indonesia tanpa bedak. Arifin cermat mengamati tempatnya berpijak."

Menyusul film-film lainnya seperti Petualang-Petualang, Harmonikaku, Yuyun Pasien Rumah Sakit Jiwa, dan Matahari-Matahari. Film Serangan Fajar dinobatkan sebagai Film Terbaik FFI 1982.

Baca Juga: Sedang Tayang Perkawinan Nyi Bloron: Kisah Cinta Anak Ratu Laut Kidul dengan Pangeran Tejo Arum

Salah satu film Arifin yang paling kontroversial adalah Pengkhianatan G 30 S/PKI (1984). Film tersebut adalah filmnya yang terlaris dan dijuluki "superinfra box-office".

Film ini diwajibkan oleh pemerintah Orde Baru untuk diputar di semua stasiun televisi setiap tahun pada tanggal 30 September untuk memperingati tragedi Gerakan 30 September pada tahun 1965.

Namun peraturan ini kemudian dihapus pada tahun 1997, seiring dengan tumbangnya rezim Orde Baru.

Melalui film itu pula Arifin kembali meraih Piala Citra FFI 1985 sebagai penulis skenario terbaik.

Pada FFI 1990, filmnya Taksi dinyatakan sebagai film terbaik dan meraih 6 Piala Citra.***

Editor: Ahmad Taofik


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah