Ternyata, Ini Asal Usul Istilah dan Amalan Rebo Wekasan, Rabu Terakhir Bulan Safar Bertepatan Besok 6 Oktober

5 Oktober 2021, 19:19 WIB
Ilustrasi amalan Rebo Wekasan 2021. /PortalJember.com//PortalJember.com

BAGIKAN BERITA – Sebagian Umat Islam di dunia malam ini memperingati malam Rebo Wekasan.

Di mana, Rebo Wekasan merupakan hari terakhir di Bulan Safar dalam penanggalan kalender Hijriah.

Biasanya, umat muslim mengisi malam Rebo wekasan dengan berbagai macam amalan, seperti sholat lidaf’il bala, membaca Al Quran hingga dzikir.

Baca Juga: Jangan ke Rentenir, Kalau Butuh Pinjaman Modal hingga Rp25 Juta Bisa ke PNM Mekaar Plus

Namaun, tahukan Anda bagaimana asal-usul terjadinya istilah Rebo Wekasan? Berikut Bagikan Berita mengambil sumber dari website resmi NU Online Jawa Barat.

Bulan Safar adalah nama salah satu bulan dalam kalender Hijriah yang berdasarkan penanggalan Qamariyyah. Bulan ini terletak setelah bulan Muharram dan sebelum bulan Rabi’ al-Awwal. Sebagian orang Arab menyebut bulan Safar dengan sebutan najiz, mereka merasa sial (-tasya’um) dengan bulan tersebut. Oleh karena itulah datang hadits Nabi sebagai bantahan kepada mereka:

“Tidak ada 'adwa, thiyarah, hamah, shafar, dan menjauhlah dari orang yang kena penyakit kusta (lepra) sebagaimana kamu menjauh dari singa.”(HR Bukhari dan Muslim)

Baca Juga: Jangan Dulu Mengerjakan Amalan Rebo Wekasan Sebelum Memahami 3 Hal Ini, Simak Baik-baik Pendapat Para Ulama

Adapun hari Rabu, adalah nama salah satu hari dalam seminggu. Para ulama berbeda pendapat tentang awal hari dalam seminggu, namun menurut As-Suyuthi para ulama mutaakhirin dan ashab Syafi’i mengatakan bahwa yang benar permulaan hari dalam seminggu adalah Sabtu sebagaimana dalam Syarah al-Muhadzab, al-Rawdhah, dan al-Minhaj, dengan didasarkan pada Hadits dari Imam Muslim dimana Allah SWT menciptakan tanah pada hari Sabtu dan menciptakan nur pada hari Rabu.

Banyak orang merasa sial di hari itu dengan berdasar pada firman Allah dalam Surat al-Qamar Ayat 19, dan ini adalah sebuah kesalahan, karena sesungguhnya Allah telah berfirman di Surat Fussilat Ayat 16, bahwa itu adalah delapan hari, dan itu merupakan hari-hari kesialan, hanya saja maksudnya adalah bagi mereka (kaum ‘ad). (Jalaluddin As-Suyuthi, ¬al-Syamarikh fi ‘ilm al-Tarikh, h. 24-25).

Baca Juga: Inilah Amalan Rebo Wekasan Malam Ini, Dianjurkan Sholat untuk Menolak Segala Mara Bahaya dalam Hidup di Dunia

Itulah mengapa para ulama dalam beberapa karyanya senantiasa menyandingkan kata Safar dengan kata al-khair dengan menyebut shafar al-khair (Safar yang baik) sebagai bentuk tafa’ul (berharap kebaikan dan optimis) sehingga menepis anggapan kekhususan kesialan, nahas, atau keburukan yang melekat dengan dzat bulan Safar.

Dalam tafsir Ruhul Ma'ani misalnya disebutkan bahwa hari Rabu adalah hari dimana Nabi Yunus dilahirkan, begitu juga dengan Nabi Yusuf, dan pertolongan kepada Nabi Muhammad pada perang Ahzab juga adalah hari Rabu. Tentu banyak Hadits lain yang berkenaan hari Rabu.

Maka dari itu secara umum tentang waktu adalah sebagaimana Hadits Qudsi berikut:

 “Anak Adam menyakiti-Ku karena mencela masa atau waktu. Padahal Aku yang mengatur dan menetapkan waktu. Di tangan-Ku lah segala urusan waktu. Aku yang membolak-balikkan malam dan siang”. (HR. Bukhari dan Muslim)

Baca Juga: Puasa Sunnah yang Paling Disukai Allah SWT adalah Puasa Nabi Daud, Ini 3 Manfaatnya

Berdasarkan hadits ini manusia diperintahkan untuk tidak mencaci, menghina, dan mencela waktu karena sebab Allah sang pencipta, pengatur, dan penguasa waktu. Hendaklah beriman kepada qadha dan qadar-Nya, baik ataupun buruk, manis ataupun pahit, dan senang maupun dukanya.

Rabu terakhir bulan Safar ghalib di bumi Nusantara disebut dengan istilah rebo wekasan, rebo kasan, rebo pungkasan, atau istilah lain yang merujuk pada maksud yang sama yaitu hari Rabu akhir di bulan Shafar.

Terdapat amaliyah yang biasa dilaksanakan pada hari tersebut yang mencakup shalat, dzikir, doa, dan tabarruk dengan asma Allah atau ayat-ayat al-Quran yang dikenal dengan ayat Selamat. Amaliyah tersebut dilakukan sebagai bentuk permohonan kepada Allah SWT agar terhindar dari segala macam musibah dan cobaan.

Baca Juga: Kostum 'Squid Game' Paling Banyak Dicari untuk Pesta Halloween, Segini Harga Kostumnya

Terdapat beberapa sumber kitab yang menyebutkan tentang rabu terakhir di bulan Shafar berikut amaliyahnya dengan menukil dari para masyayikh sufi, di antaranya: Kanz al-Najah wa al-Surur karya ‘Abdul Hamid Quds al-Makki (w. 1917), Mujarrabat al-Dayrabi karya al-Dayrabi (w. 1801 M), Nihayat al-Zain karya Syekh Nawawi (w.1897 M), Na’t al-Bidayah karya Muhammad al-Fadhil bin Mamayn (w.1910 M), al-Jawahir al-Khams karya Muhammad bin Khatir al-Din (w. 1562 M), Wasilah al-Tahlibin Ila Mahabbati rabb al-Alamin karya murid Hussamuddin (w. 1567 M) yang dikutip dalam kitab Majmu’ah Rasa’il al-Laknawi ketika menjelaskan hukum shalat-shalat tertentu, karya ‘Abd al-Hayy al-Laknawi (w. 1886), dan kitab lainnya.***

Editor: Ahmad Taofik

Sumber: jabar.nu.or.id

Tags

Terkini

Terpopuler