Setelah itu pada tahun 1970-an Umbu mendirikan PSK (Persada Studi Klub) dan banyak beraktifitas di kawasan Malioboro sehingga ia sering disebut "Presiden Malioboro".
Pada tahun 1975 Umbu pulang ketanah kelahirannya di Sumba. Namun tiga tahun kemudian ia pindah ke Bali.
Di kota seribu pura ini, ia menjadi redaktur sastra di harian Bali Post dan sekaligus menjadi guru bagi para sastrawan muda Bali.
Di Bali ia berhasil mendidik beberapa muridnya menjadi seorang sastrawan yang cukup terkenal seperti. Putu Fajar Arcana, Cok Sawitri, Oka Rusmini dan Raudal Tanjung Banua.
Bali merupakan tempat yang cocok bagi alumni Fisipol UGM jurusan Sosiatri ini, ia telah tinggal cukup lama di Bali hingga menghembuskan napas terakhirnya.
Salah satu prestasi dari Umbu Landu Paranggi sebagai seorang seniman adalah ketika ia mendapatkan Penghargaan Seni pada tahun 2019 dari Akademi Jakarta.***