Dinasti Saddam Hussein Melalui Putrinya Raghad Siap Berpolitik Lagi, Pemerintah Irak Khawatir dan Ketar-Ketir

21 Februari 2021, 17:09 WIB
Dinasti Saddam Hussein Melalui Putrinya Raghad Siap Berpolitik Lagi, Pemerintah Irak Khawatir dan Ketar-Ketir /twitter.com/

BAGIKAN BERITA- Pemerintah Irak kini mulai khawatir dan Ketar-Ketir setelah putri Saddam Hussein yakni Raghad Saddam Hussein akan kembali aktif berpolitik.

 15  tahun yang lalu Presiden Irak Saddam Hussein di hukum gantung oleh pasukan koalisi  pimpinan  Amerika Serikat, kini putrinya Raghad Saddam Hussein muncul di program wawancara TV Al Arabiya bahas isu politik. 

Stasiun televisi Arab Saudi, Al Arabiya, mewawancarai putri mendiang Presiden Irak Saddam Hussein yakni Raghad Saddam Hussein ini terkait dengan isu Raghad akan kembali terjun ke dunia politik Irak.

Baca Juga: UP DATE COVID-19 Minggu 21 Februari 2021: Sudah 34.489 Orang Meninggal Dunia di Indonesia, Hati-Hati!

Mendapatkan pertanyaan akan terjun ke dunia politik Irak dari pemandu acara TV Al Arabiya Sohaib Charair,  Raghad Saddam Hussein menjawab hal itu sangat mungkin terjadi.

Raghad Saddam Hussein menambahkan, Apalagi politik dalam negeri Irak kacau balau akibat persaingan kelompok berbasis suku dan agama. Semuanya bisa terjadi.

Pernyataan Raghad Saddam Hussein tersebut membuat berang pemerintah Irak. Hingga akhirnya Pemerintahan Irak memanggil duta besar Yordania dan Arab Saudi.

Baca Juga: Mengejutkan, Amanda Manopo Sebut Sudah Tidak Punya Hubungan Status, Apakah Putus dengan Billy Syahputra?

Putri sulung Saddam Hussein itu sempat melontarkan pernyataan yang cukup mengejutkan saat diwawancarai Sohab Charair.

Raghad mengatakan sangat mungkin dirinya akan terjun ke dunia politik di Irak seperti sang ayah.

Pernyataan ini memicu krisis diplomatik antara Republik Irak, Kerajaan Arab Saudi, dan Yordania. 

Baca Juga: Innalillahi, Selamat Jalan Untuk Selamanya, Ketum PKB Muhaimin Iskandar Tiba-tiba Sampaikan Berita Duka Cita

Kementerian Luar Negeri Irak segera merespon ucapan Raghad Saddam Hussein di televisi asing itu.

Mereka memprotes kemunculan Raghad di Al Arabiya TV yang cukup mengguncang masyarakat Irak.

Nota protes dari Irak segera dikirimkan ke Duta Besar Yordania dan Arab Saudi di Baghdad.

Baca Juga: Innalillahi, Politikus Partai Gerindra Dahnil Anzar Simanjuntak Sampaikan Kabar Duka Cita

Raghad Saddam Hussein memang sudah pindah ke Amman, ibu kota Yordania sejak 2003.

Saat itu, kondisi Irak sedang kacau. Pasukan koalisi AS datang menyerbu Baghdad untuk menggulingkan Saddam Hussein dari kursi kepresidenan.

Kini, ketika situasi lebih terkendali, Raghad Hussein tampil dengan percaya diri ke publik.

Baca Juga: Rumah Fahri Hamzah Kebanjiran, Mobilnya sampai Terendam

"Semuanya memungkinkan," kata Raghad saat ditanya soal kemungkinan peran politiknya di Irak.

Raghad Saddam Hussein mengecam Iran yang dianggap sudah terlalu banyak ikut campur dalam urusan politik Irak hari ini.

Menurutnya, 'Orang-orang Iran berani mengganggu Irak setelah kekuatan yang nyata tak lagi berkuasa'

Baca Juga: Ayus Keybordist Sabyan, Akhirnya Bicara Mengenai Isu Perselingkuhan dengan Nissa Sabyan, Inilah Penjelasannya

Seperti diketahui Presiden Irak Saddam Hussein mungkin dianggap sebagai salah satu tokoh paling dibenci di Timur Tengah.

Sebagai pemicu dua perang di Timur Tengah, Saddam Hussein tentu banyak tidak disukai.

Saddam Hussein menggempur Iran setahun setelah revolusi Islam berlangsung 1979. Perang Irak-Iran berlangsung selama 8 tahun dengan hasil buntu.

Baca Juga: Aldebaran Makin Bucin Ke Andin, Hati Andin Klepek-klepek disanjung Setinggi Langit Al di Ikatan Cinta RCTI

Pada 1990, Saddam Hussein kembali melancarkan invasi ke Kuwait. Perang Teluk pecah, namun Irak kalah telak.

Pasalnya, Kuwait didukung oleh Amerika Serikat (AS), Inggris, Arab Saudi, Mesir, Prancis, dan pendukung Kurdistan.

Artikel ini sebelum nya telah tayang di Pikiran Rakyat.com dengan judul Timur Tengah Terguncang usai Putri Saddam Husein Muncul di Televisi, Seret Yordania dan Arab Saudi

Memasuki abad ke-21, Saddam Hussein digulingkan oleh AS. Diktator Irak itu dituduh memiliki senjata penghancur massal meski belum terbukti hingga kini.

Saddam Hussein ditangkap oleh pasukan koalisi AS pada Desember 2003 dan dihukum gantung pada November 2006 dengan dakwaan pembunuhan terhadap penganut Islam Syiah di Irak. *** ( Mahbub Ridhoo Maulaa/ Pikiran Rakyat. Com)

Editor: Hendra Karunia

Sumber: Pikiran Rakyat

Tags

Terkini

Terpopuler