Tak Sanggup Lagi Cari Uang, PM Lebanon Mundur dan Bubarkan Pemerintahan

11 Agustus 2020, 10:48 WIB
Kondisi Beirut, Lebanon pascaledakan. /REUTERS/Mohamed Azakir

BAGIKAN BERITA – Ledakan hebat akibat terbakarnya gudang amonium nitran di Beirut, Lebanon turut menghancurkan sistem pemerintahan.

Perdana Menteri Lebanon Hassan Diab mengaku sudah tak sanggup lagi mencari uang untuk memperbaiki ibu kota luluh lantak. Kekacauan pun terjadi lantaran masyarakat melakukan unjuk rasa memprotes pemerintah bertanggung jawab atas ledakan tersebut.

Dalam pidatonya, Senin (10/8), Diab bahkan mengundurkan diri dan membubarkan pemerintahan.      

Diab, lewat pidatonya, juga menyebut ledakan itu dan aksi kemarahan warga merupakan buah dari korupsi yang telah mendarah daging di Lebanon.

Baca Juga: Para Pemimpin Negara Bersimpati, Donald Trump Janji Bantu Libanon

Ledakan yang disebabkan oleh lebih dari 2.000 ton amonium nitrat di gudang pelabuhan pada 4 Agustus menyebabkan 163 orang tewas dan lebih dari 6.000 warga luka-luka, serta merusak sebagian besar bangunan di Beirut, ibu kota Lebanon.

Insiden itu memperburuk krisis ekonomi dan politik yang telah terjadi selama berbulan-bulan di Lebanon.

"Hari ini kami mengikuti kehendak masyarakat yang menuntut tanggung jawab otoritas terkait terhadap bencana ini, (mereka) yang memilih untuk bersembunyi selama tujuh tahun, (dan kami akan mengikuti) keinginan mereka yang menuntut perubahan," kata PM Diab saat mengumumkan pengunduran dirinya seperti dilansir Antaranews.com.

Baca Juga: Mau Beli HP realme Terbaru ? Berikut Daftar Harga HP realme Terbaru Selasa 11 Agustus 2020

Presiden Lebanon Michel Aoun menerima pengunduran diri pemerintahan Diab, tetapi ia meminta pihak tersebut untuk sementara ini menjadi pelaksana tugas sampai kabinet baru terbentuk, demikian isi pengumuman otoritas setempat sebagaimana disiarkan lewat televisi.

Pemerintahan Diab terbentuk pada Januari dan ia mendapat dukungan dari kelompok Hezbollah di Iran.

Jelang pengunduran diri PM Diab, aksi protes massa di Kota Beirut memasuki hari ketiga. Beberapa pengunjuk rasa melempar batu ke aparat keamanan yang berjaga di pintu masuk depan gedung parlemen.

Aparat pun membalas dengan melempar gas air mata.

Baca Juga: Jadwal Acara NET TV Hari Ini Selasa 11 Agustus 2020, Tonton Tawa Tawa Santai Malam ini

Bagi banyak warga Lebanon, ledakan itu jadi peristiwa terakhir yang menyulut kesabaran rakyat, mengingat mereka menghadapi krisis yang disebabkan oleh terpuruknya sektor ekonomi, korupsi, dan tata kelola pemerintahan yang buruk. Rangkaian kekecewaan itu yang akhirnya mendorong warga turun ke jalan menuntut perubahan hingga ke akar.

"Seluruh rezim harus berubah. Tidak ada artinya ada pemerintahan baru (jika rezim tak berubah)," kata seorang insinyur asal Beirut, Joe Haddad. "Kami menuntut segera ada pemilihan umum," terang dia.

Sistem pemerintahan di Lebanon mewajibkan Presiden Aoun untuk berdiskusi dengan parlemen sebelum menentukan perdana menteri yang akan menggantikan Diab. Ia diwajibkan untuk mengusulkan calon perdana menteri dan mengumpulkan dukungan dari anggota parlemen.

Baca Juga: Ridwan Kamil Siapkan Pangandaran Jadi Destinasi Unggulan Jabar Pascapandemi

Sebagian besar masyarakat telah lama menuntut pemerintahan yang dipimpin PM Diab dibubarkan. Sejumlah menterinya mundur lebih dulu pada akhir minggu lalu sampai Senin.

Sementara sisanya, termasuk menteri keuangan, berencana mengikuti langkah tersebut, kata beberapa sumber di kalangan kementerian dan pengamat politik.

Diab pada Sabtu (8/8) mengatakan ia meminta pemilihan parlemen diselenggarakan lebih cepat. ***

Editor: Ahmad Taofik

Sumber: Permenpan RB

Tags

Terkini

Terpopuler