Said Didu Ungkap 'Mimpi Buruk' Garuda Indonesia Zaman Dulu: Tahun 2004, Garuda Hampir Bangkrut

31 Oktober 2021, 16:52 WIB
Muhammad Said Didu. /Facebook/Muhammad Said Didu/ /

BAGIKAN BERITA - Maskapai penerbangan kebanggaan Indonesia, Garuda Indonesia dikabarkan diambang kebangkrutan. 

Saat ini, keuangan PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk mengalami kesulitan akibat adanya permohonan PKPU oleh Mitra Buana Koorporindo. 

Kondisi Garuda Indonesia yang tengah "sakit" ini menjadi perhatian khusus Mantan Sekretaris BUMN, Muhammad Said Didu. 

Baca Juga: Bisa Dapat Pinjaman Modal Usaha hingga Rp50 Juta dari KUR Bank Syariah Indonesia (BSI), Bisa dari HP, No Riba

Melalui akun Twitter pribadinya, Said Didu menyoroti kabar kebangkrutan Garuda Indonesia.

Dalam cuitannya, Said Didu menanggapi salah satu netizen Twitter bernama Soeyoto yang juga membahas soal Garuda Indonesia.

Soeyoto mempertanyakan Garuda Indonesia yang dikabarkan akan bangkrut dengan dalih menyalahkan masa lalu yang pada 2018 dilaporkan mengalami kerugian.

Baca Juga: Rejeki Pemilik Rekening Bank BCA Bisa Dapatkan BSU Rp1 Juta Khusus Pekerja, Ini Syaratnya

Padahal dalam pada tahun 2012, kata Soeyoto, Garuda Indonesia meraup laba yang luar biasa.

"Tahun 2021 Garuda Indonesia meraih laba luar biasa. Bahkan tahun 2016 masih meraih untung. baru tahun 2018 laporan keuangan diotak-atik laporannya untung kemudian diralat menjadi rugi," kata akun Soeyoto.

"Kalau hari ini terancam ditutup/dipailitkan masih berteriak itu kesalahan masa lalu?" sambungnya.

Baca Juga: Tidak Mau Hidup Miskin? Segera Singkirkan 6 Benda yang Jadi Penghambat Rezeki dari Rumah, Ini Kata Primbon

Menanggapi pernyataan tersebut, Said Didu kemudian menguraikan kondisi Garuda Indonesia pada 2004 sampai 2006 yang seperti mimpi buruk bagi BUMN. 

Sebagai salah seorang pelaku sejarah, Said Didu mengaku, Garuda Indonesia pada 2004 disebut hampir bangkrut.

Kemudian pada 2005 Garuda Indonesia tidak bisa lagi terbang ke luar negeri lantaran pesawat akan ditahan oleh lessor apabila terbang ke luar negeri.

Selain itu, kata Said Didu, pada 2006 Garuda Indonesia diberikan PMN (Penyertaan Modal Negara) Rp1 triliun dan kantornya dibeli oleh Kementerian BUMN Rp450 miliar.

Baca Juga: Kejahatan Irvan Akan Segera Terbongkar karena Jessica, Andin Panik Luar Biasa di Ikatan Cinta

"Thn 2004, Garuda hampir bangkrut. 2005 tdk bisa lagi terbang ke LN krn pswt akan ditahan oleh lessor apbl ke LN. 2006 diberikan PMN Rp 1 t dan kantor Garuda dibeli oleh KemBUMN Rp 450 m (skrg kantor KemBUMN) dan terus sehat dan laba melonjak. Saya salah seorang pelaku sjrh tsb," kata Said Didu sebagaimana dikutip Pikiran-Rakyat.com dari akun Twitter @msaid_didu pada Minggu, 31 Oktober 2021.

Selain itu, anggota III Badan Pemeriksa Keuangan (BPK), Achsanul Qosasi, membongkar kerugian yang dialami Garuda Indonesia.

Menurut dia, Garuda Indonesia saat ini, hanya mengoperasikan 36 dari 142 pesawat yang tersedia. Walaupun jumlah penumpang sudah meningkat, namun sisanya tetap harus terpaksa terparkir. Apa pasal?

Rupanya, lessor alias pihak yang menyewakan atau menyediakan jasa leasing, belum mengizinkan sisanya terbang lantaran kendala sewa.

"Krn dr 142 pswt, mayoritas tak diijinkan Lessor utk terbang (sewa belum bayar)."

Baca Juga: Lionel Messi di Semprot Leonardo karena Lebih Senang Main di Timnas Argentina Dibandingkan PSG

"Rata2 EBITDA s/d Sept minus USD 84 jt/bln. Saat Pemeriksaan 2019, Sewa pesawat yg boros tak sesuai FeetPlan," sambungnya.

Achsanul Qosasi lantas membeberkan kerugian dan utang Garuda Indonesia terkini, yang jika dikonversikan mencapai sekira Rp754.113.150.000 sebulan.

"GA akan sulit Beroperasi, dg revenue hanya berkisar USD 23,2juta, sdgkan Biaya USD 75 juta/bulan (Lease, Personel Cost dan Overhead). Artinya, Rugi ~USD 53 juta/bln," ujar Achsanul Qosasi.

Dia mengungkap ada penyakit yang sudah lama menjangkiti Garuda, sehingga berbuah masalah tak teratasi kala pandemi.

"Penyakit ini akumulasi dr kinerja yg tak effisien sjk dulu, shg tak mampu survive saat masalah tiba (Pandemi)," ujarnya.

Total utang Garuda per 30 Sept 2021, kata dia, mencapai 4 miliar dolar AS, setara Rp70 triliunan, dengan total EBITDA Negatif 817 juta dolar.*** (Ikbal Tawakal / Pikiran Rakyat) 

Disclaimer: Artikel ini sebelumya telah tayang di Pikiran Rakyat berjudul "Said Didu: Saya Salah Seorang Saksi dan Pelaku Sejarah Jatuh Bangun Garuda Indonesia

Editor: Ahmad Taofik

Sumber: Pikiran Rakyat

Tags

Terkini

Terpopuler