Mengapa ada Tradisi Angpao pada Tahun Baru Imlek?

- 6 Februari 2021, 12:46 WIB
Ilustrasi tradisi angpao.
Ilustrasi tradisi angpao. /Unsplash.com/@ninjason
BAGIKAN BERITA-Tahun Baru Imlek akan segera tiba. Imlek pada tahun ini jatuh pada hari Jumat, 12 Februari 2021. 
 
Tahun baru Imlek 2021 ini menandai masuknya tahun bagi Shio Kerbau Logam. 
 
Tahun Kerbau Logam di yakini akan membawa aura positif bagi perkembangan karier, keuangan, asmara dan kesehatan begitupun untuk Shio-shio lainnya juga.
 
 
Nuansa Imlek sudah dapat kita rasakan di berbagai tempat keramaian walaupun tidak semeriah dan sesemarak tahun-tahun sebelumnya dimana dunia sebelum diterjang badai yang bernama pandemi Covid-19. 
 
Tahun Baru Imlek sendiri merupakan hari pertama di bulan pertama di penanggalan Tionghoa. 
 
Di Indonesia sendiri, Tahun Baru Imlek baru bisa dirayakan secara bebas sejak era Presiden Gus Dur. Sebelumnya Tahun Baru Imlek hanya bisa dirayakan secara terbatas. 
 
Implek selalu identik dengan warna merah, lampion, barongsai dan tentunya yang paling ditunggu, angpao.
 
 
Mengapa ada tradisi angpao pada tahun baru Imlek?
 
Sejak lama, warna merah melambangkan kebaikan dan kesejahteraan di dalam kebudayaan Tionghoa.
 
Warna merah menunjukkan kegembiraan, semangat yang pada akhirnya akan membawa nasib baik.
 
Angpao sendiri adalah dialek Hokkian, arti harfiahnya adalah bungkusan/amplop merah. 
 
 
Sebenarnya, tradisi memberikan angpao sendiri bukan hanya monopoli tahun baru Imlek, melainkan di dalam peristiwa apa saja yang melambangkan kegembiraan seperti pernikahan, ulang tahun, masuk rumah baru dan lain sebagainya, angpao juga akan ditemukan.
 
Angpao pada tahun baru Imlek mempunyai istilah khusus yaitu “ Ya Sui ”, yang artinya hadiah yang diberikan untuk anak-anak berkaitan dengan pertambahan umur/pergantian tahun. 
 
Di zaman dulu, hadiah ini biasanya berupa manisan, permen juga makanan. Seiring perkembangan zaman, orang tua merasa lebih mudah atau praktis dengan memberikan uang dan membiarkan anak-anaknya memutuskan hadiah apa yang akan mereka beli. 
 
 
Tradisi memberikan uang sebagai hadiah Ya Sui ini muncul sekitar era Dinasti Ming dan Dinasti Qing. 
 
Dalam satu literatur mengenai Ya Sui Qian dituliskan bahwa anak-anak menggunakan uang untuk membeli petasan, manisan. 
 
Tindakan ini juga meningkatkan peredaran uang dan perputaran roda ekonomi di Tiongkok di zaman waktu itu.
 
Angpao apakah disebut angpao di zaman dulu? Bagaimana bentuknya?
 
 
Tidak. Uang kertas pertama kali digunakan di Tiongkok pada zaman Dinasti Song, namun baru benar-benar dinyatakan resmi digunakan secara luas di zaman Dinasti Ming. 
 
Walaupun telah ada uang kertas, namun karena uang kertas nominalnya biasanya sangat besar sehingga jarang digunakan sebagai hadiah Ya Sui kepada anak-anak pada saat itu.
 
Di zaman dulu, karena nominal terkecil uang yang beredar di Tiongkok adalah keping perunggu (wen atau tongbao). 
 
Keping perunggu ini biasanya berlubang segi empat di tengahnya. Bagian tengah ini diikatkan menjadi untaian uang dengan tali merah. 
 
Keluarga kaya biasanya mengikatkan 100 keping perunggu buat Ya Sui orang tua mereka dengan harapan mereka akan berumur panjang.
 
 
Pemberian angpao apakah punya makna tersendiri?
 
Orang Tionghoa menitik beratkan banyak masalah pada simbol-simbol, demikian pula halnya dengan tradisi Ya Sui ini. 
 
Sui dalam Ya Sui berarti umur, mempunyai lafal yang sama dengan karakter Sui yang lain yang berarti bencana. Jadi, Ya Sui bisa disimbolkan sebagai “mengusir/meminimalkan bencana ” dengan harapan anak-anak yang mendapat hadiah Ya Sui akan melewati 1 tahun ke depan yang aman tenteram tanpa halangan berarti.
 
Siapa yang wajib memberikan angpao dan berhak menerima angpao?
 
Di dalam tradisi Tionghoa, orang yang wajib dan berhak memberikan angpao biasanya adalah orang yang telah menikah, karena pernikahan dianggap merupakan batas antara masa kanak-kanak dan dewasa. 
 
 
Selain itu, ada anggapan bahwa orang yang telah menikah biasanya telah mapan secara ekonomi. Selain memberikan angpao kepada anak-anak, mereka juga wajib memberikan angpao kepada yang dituakan.
 
Bagi yang belum menikah, tetap berhak menerima angpao walaupun secara umur, seseorang itu sudah termasuk dewasa. 
 
Ini dilakukan dengan harapan angpao dari orang yang telah menikah akan memberikan nasib baik kepada orang tersebut, dalam hal ini tentunya jodoh. 
 
Bila seseorang yang belum menikah ingin memberikan angpao, sebaiknya cuma memberikan uang tanpa amplop merah.
 
 
Tradisi di atas tidaklah mengikat. Sekarang ini, pemberikan angpao tentunya lebih didasarkan pada kemapanan secara ekonomi, lagipula makna angpao bukan sekedar terbatas berapa besar uang yang ada di dalamnya melainkan lebih jauh adalah bermakna senasib sepenanggungan, saling mengucapkan dan memberikan harapan baik untuk 1 tahun ke depan kepada orang yang menerima angpao tadi.***
 

Editor: Hendra Karunia


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x