5 Tips Mudah Memilih Hewan Kurban yang Sehat disaat Pandemi

17 Juli 2021, 14:57 WIB
5 Tips Mudah Memilih Hewan Kurban yang Sehat disaat Pandemi /pixabay/

BAGIKAN BERITA - Ibadah kurban atau yang sering juga disebut ‘udhhiyah, rutin dilaksanakan umat Islam setiap tahun. Adapun hewan yang biasa disembelih untuk ibadah kurban di Indonesia adalah domba atau sapi yang sehat.

Untuk mengetahui makna dan pahala ibadah kurban, kita harus mengetahui aturan syari'at yang berhubungan dengan ibadah penyembelihan hewan kurban yang sehat ini.

Khusus mengenai ketentuan-ketentuan fisik hewan ternak yang dapat kita jadikan kurban, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan. Berikut tips memilih hewan kurban yang sehat disaat pandemi.

Baca Juga: Biodata Ustaz Solmed, Pendakwah Kondang yang Baru Kehilangan Ayah Ibunya dalam Kurun Waktu 5 Hari

1. Pilih ternak hewanyang cukup umur, sehat (tidak cacat), dan berjenis kelamin jantan. Kriteria cukup umur (dewasa) untuk kambing dan domba rata-rata sekitar 12-18 bulan, sedangkan untuk sapi dan kerbau sekitar 22 bulan.

Beberapa metode yang dapat digunakan untuk mengetahui umur ternak antara lain adalah dengan melihat catatan kelahiran ternak tersebut. Anda dapat bertanya kepada pemilik atau penjual hewan kurban.

Cara lain adalah dengan melihat gigi calon hewan kurban. Jika gigi susunya telah tanggal (dua gigi susu yang di depan), hal tersebut menandakan ternak (kambing dan domba) telah berumur sekitar 12-18 bulan, sedangkan sapi dan kerbau sekitar 22 bulan.

Baca Juga: Inilah Resep Dendeng Ragi atau Serundeng Daging dari Jawa Timur, Cocok Disajikan saat Perayaan Idul Adha

Secara fisik, memilih hewan kurban seperti sapi, kambing, dan domba bisa dilihat dari aktivitas fisiknya. Bila pergerakannya aktif saat didekati, maka dapat dikatakan hewan tersebut sehat.

Ternak yang sehat adalah yang gerak/tempramennya bebas, lincah, kuat, bersemangat, tidak pincang, tidak gelisah, dan selera makannya bagus. Rambut atau bulunya halus, mengkilap, tidak rontok, tidak mengalami kebotakan, tidak berdiri, tidak ada perubahan warna, serta tidak dihinggapi parasit kulit (caplak, tungau, kutu, dan lain-lain).

Matanya bersinar dan jernih, terbuka penuh, pupil bereaksi cepat, tidak keluar air (eksudat), tidak berwarna merah (yang berarti juga tidak sedang terjadi perdarahan), dan selaput lendir kelopak mata bagian dalam berwarna merah terang.

Baca Juga: Ketua DPW PKS Jabar Tate Qomaruddin Meninggal Dunia karena Covid-19

Bila ditemukan mata hewan ternak yang beleken dan keruh, itu berarti hewan yang bersangkutan sedang sakit.

2. Hitung berapa daging yang akan dihasilkan dari satu ekor hewan kurban. Hal ini diperlukan untuk menentukan berapa jumlah penerima paket daging kurban.

Caranya, seekor sapi akan mampu menghasilkan karkas (tulang daging tanpa kepala, kaki, kulit, dan jeroan) sekitar 49-57 % dari berat hidup. Jika kita membeli seekor sapi dengan berat badan 400 kg, maka akan diperoleh karkas sekitar 196-228 kg.

Baca Juga: Segera Cek Link Banpres bpum co id untuk Penerima Bantuan PNM Mekar BNI Juli 2021

Dari jumlah ini, akan mampu dihasilkan daging tanpa tulang sekitar 75 % dari berat karkas atau sekitar 147-170 kg, belum termasuk jeroan, kaki, dan kepala. Berat daging yang diperoleh sangat tergantung pula pada perlakuan yang diberikan selama proses pemotongan.

Akibat buruknya perlakuan selama proses pemotongan, jumlah daging yang dihasilkan biasanya akan menurunkan (susut berat badan) sampai dengan 5 % (atau bahkan lebih) dari berat badannya.

Bila kita konversikan, penyusutan 5 % dari berat sapi 400 kg adalah sekitar 20 kg berat hidup Nah, nilai tersebut dapat hilang dengan begitu saja kalau kita (sebagai panitia tidak berhati-hati).

Baca Juga: Jadwal Acara TV di RCTI Sabtu 17 Juli 2021: Simak Ikatan Cinta Tayang Pukul 19:45 WIB, Master Chef Indonesia

Jika kurban diperlakukan dengan baik, nilai sebesar itu dapat dinikmati oleh lebih banyak orang. Seandainya kita akan membagikan paket kurban per bungkus per orang seberat 1 kg (daging ditambah jeroannya) dari seekor sapi dengan berat badan 400 kg, maka akan diperoleh sekitar 147-170 bungkus.

3. Cara penjualan hewan kurban umumnya dilakukan secara berat taksir. Namun demikian, kadang ada pula yang menjual dengan harga timbang hidup.

Dalam hal ini, harus dipertanyakan kapan dan dimana penimbangan tersebut dilakukan karena mungkin terjadi penyusutan bobot selama proses penjualan.

Baca Juga: Kades di Sragen Nekat Pasang Baliho Bertuliskan 'Masih Enak Zaman PKI', Tifatul Sembiring: Wah Gawat Ini!

Orang awam akan kesulitan menentukan berat ternak hidup sebenarnya berdasarkan nilai taksir penjualan. Untuk mengetahui berapa berat sebenarnya ternak yang kita beli, tidak ada jalan lain kecuali ditimbang.

Dengan cara ini, kita akan mendapatkan bobot pasti hewan kurban sehingga dapat memperkirakan berapa daging yang akan dihasilkan.

4. Usahakan tidak membeli hewan di luar kota yang jauh dari tempat penyembelihan kurban. Hal ini dikarenakan biasanya hewan yang didatangkan dari luar kota kebanyakan mengalami stress selama perjalanan.

Baca Juga: Inilah Ruas Jalan Tol Jawa dan Bali yang Disekat Mulai 16-22 Juli 2021 selama PPKM Darurat

Biasanya, hewan-hewan tersebut letih karena kepanasan dan berdesak-desakan saat pengangkutan. Stress juga bisa disebabkan oleh buruknya kondisi tempat penampungan hewan.

Hewan dalam kondisi stress justru rentan tertular penyakit berbahaya misalnya Antrax, Orf, maupun Pink Eyes. Karena itu, kita hendaknya tidak memilih hewan kurban yang stress pada hari raya Idul Adha Selasa 20 Juli 2021 mendatang.

Hewan kurban yang stress biasaya memiliki ciri-ciri: mata belekan, nafsu makan kurang, dan biasaya kalau yang sudah terinfeksi penyakit akan mengeluarkan ingus.

Baca Juga: Bisa Cek dari HP BLT UMKM: Cek Online Daftar BPUM, Login eform.bri.co.id atau banpresbpum.id, Cair Bulan Juli

Meskipun bukan penyakit yang berbahaya, hewan dengan kondisi stress harus segera ditangani. Jika tidak, hewan ini akan mudah terkena penyakit lain yang jauh lebih berbahaya.

5. Para calon pembeli hewan kurban disarankan untuk tidak segan meminta Surat Keterangan Kesehatan Hewan (SKKH) kepada penjualnya.

SKKH ini penting sebagai jaminan bahwa hewan yang akan dikurbankan dalam keadaan sehat sehingga aman untuk dikonsumsi mustahik (penerima daging kurban).

Baca Juga: Bintang Emon Sindir Menteri yang Mereview Sinetron Disaat PPKM Darurat: Sekarang Situasi Lagi Kritis!

Setiap penjual hewan kurban bisa dengan mudah memperoleh SKKH ini secara cuma-cuma (gratis) di dinas terkait di masing-masing kota.***

 

Editor: Ali Bakti

Sumber: Berbagai Sumber

Tags

Terkini

Terpopuler