Meski jumlah ayat yang dibaca sedikit tidaklah mengapa karena yang ditekankan di sini adalah konsistensi kita dalam bertilawah.
Semoga lambat laun jumlah ayat yang dibaca per hari menjadi lebih banyak dan akhirnya target khalat Al-Quran sebulan sekali di luar Ramadhan pun tercapai.
6. Jujur
Selama Ramadhan, kita dilatih dan digembleng untuk jujur, bukan hanya kepada orang lain tapi juga terhadap diri sendiri. Ya, kita dilatih untuk jujur dalam beribadah serta segala aktivitas sehari-hari lainnya.
Baca Juga: Inilah Cara Membayar Fidyah untuk Pengganti Puasa di Bulan Ramadhan Dilengkapi dengan Contohnya
Sifat jujur ini harus terus kita jaga dan pertahankan di bulan-bulan berikutnya setelah Ramadhan karena ini adalah barometer agar kita senantiasa berada di jalan-Nya yang lurus.
7. Semangat Bersungguh-sungguh
Bila di bulan Ramadhan kita sanggup dan mampu menahan lapar, menahan kantuk, ‘membanting tulang’ dalam memacu amal ibadah dan aktivitas taqarrub (mendekatkan diri) kepada Allah, maka tidak ada alasan untuk tidak melakukannya di luar Ramadhan.
Para pendahulu kita (shalafus-shaleh) pun banyak mencatat kegemilangan di bulan Ramadhan. Mereka bahkan bisa memenangkan peran Badar, membebaskan kota mekkah, bahkan merebut kemerdekaan Indonesia ketika sedang melaksanakan shaum di bulan Ramadhan.
Dan kunci dari kekuatan mereka adalah kesungguhan. Kalau kita gagal mempertahankan keistiqamahan ibadah di luar Ramadhan, maka kesungguhaan kita patut dipertanyakan.
8. Berkawan dengan Hamba Yang Shalih.
Mencari dan memilih sahabat atau kawan shalih dalam mendampingi kegiatan keseharian akan membantu melestarikan ketaatan dan ketakwaan kita. Seorang kawan yang shalih senantiasa mengajak kepada kebaikan dan selalu mengingatkan di kala kawannya melakukan kemaksiatan.