Buku ini diterbitkan tujuh tahun setelah Kartini meninggal dunia pada usia 25 tahun, setelah melahirkan anak pertamanya. Hari Kartini kemudian ditetapkan sebagai hari penting dalam sejarah Indonesia oleh Presiden Soekarno, mengakui Kartini sebagai Pahlawan Kemerdekaan Nasional.
Sejarah surat-surat Kartini tidak hanya menggambarkan perjuangan seorang individu, tetapi juga representasi dari perjuangan perempuan Indonesia secara luas. Melalui karya-karyanya, Kartini memberikan suara bagi mereka yang tidak didengar, dan melalui semangatnya, ia menerangi jalan bagi generasi-generasi perempuan berikutnya. Surat-surat Kartini tetap menjadi pijakan untuk perjuangan kesetaraan gender dan hak-hak perempuan di Indonesia.***