BAGIKAN BERITA - Mantan pemimpin Myanmar Aung San Suu Kyi dilaporkan sakit, setelah banyak menghadiri sidang dalam berbagai kasus yang dituduhkan oleh junta militer Myanmar.
Kabar sakitnya pemimpin Myanmar yang terguling oleh junta militer ini, dibagikan pengacara Aung San Suu Kyi, Khin Maung Zaw, pada Senin 4 Oktober 2021.
Khin Maung Zaw mengatakan bahwa Aung San Suu Kyi hampir setiap hari harus menghadiri persidangan yang telah diatur oleh junta militer.
Akibatnya, mantan peraih nobel perdamaian tersebut mengalami kelelahan dan kondisi fisiknya mengalami masalah.
Untuk mengatasi hal tersebut, Khin Maung Zaw meminta pihak pengadilan untuk merubah waktu sidangnya menjadi dua minggu sekali.
Namun sampai berita ini diturunkan belum ada tanggapan dari pengadilan mengenai usul perubahan jadwal sidang tersebut.
Seperti diketahui, pada saat ini sudah ada empat tuduhan kriminal yang ditujukan kepada Aung San Suu Kyi oleh Junta Militer Myanmar, diantaranya korupsi, pelanggaran prokes corona selama pemilu, impor walkie-talkie secara ilegal, dan hasutan.
Baca Juga: Kisah Sahabat Rasulullah SAW yang Harus Masuk Neraka Gara-gara Doa Dikabulkan
Bahkan untuk tuduhan korupsi, junta militer Myanmar sudah mengadili Aung San Suu Kyi pada 1 Oktober 2021.
Ancaman hukuman bagi Aung San Suu Kyi ini adalah penjara selama 15 tahun jika terbukti melakukan korupsi.
Korupsi yang dituduhkan Junta militer adalah menerima pembayaran emas secara ilegal dan melanggar undang-undang kerahasiaan era kolonial.
Sebagai informasi, tergulingnya Perempuan berusia 76 tahun dari kekuasaannya berawal dari kudeta yang dilakukan militer dibawah Panglima Tertinggi Min Aung Hlaing pada Senin 1 Februari 2021 lalu.
Mereka menangkap Aung San Suu Kyi, Presiden Win Myint dan pemimpin lainnya dari Partai Liga Nasional untuk Demokrasi.
Militer beralasan, Aung San Suu Kyi dan partainya telah melakukan kecurangan dalam pemilihan umum yang lalu.
Bahkan pihak militer menyatakan negara dalam keadaan darurat selama setahun dan kekuasaan dipegang penuh oleh militer.
Berdasarkan data yang terhimpun sudah lebih dari 1.000 warga sipil Myanmar menjadi korban jiwa akibat kekerasan oleh pasukan keamanan yang dipimpin Jenderal Min Aung Hlaing.***