BAGIKAN BERITA - Indonesia pernah dijajah okeh belanda selama 350 tahun atau 3,5 abad.
Selama penjajahan, Belanda mengeruk kekayaan Indonesia berupaya rempah rempah. Tidak hanya itu, peninggalan sejarah kerajaan Nusantara pun turut diambil ke negeri kincir angin tersebut.
Kini, hubungan Indonesia Belanda sudah sangat baik. Bahkan, Raja Belanda meminta maaf kepada Indonesia atas kekerasan masa lampau.
Baca Juga: Pengumuman Penting Dari Istana Negara Untuk Penolak Omnibus Law, 'Ya Tinggal Menunggu Waktu'
Saat ini, Pemerintah Belanda berencana akan mengembalikan sejumlah artefak berharga milik Indonesia.
Total ada 1,500 artefak peninggalan Indonesia yang akan dikembalikan Pemerintah Belanda.
Pengembalian harta karun Indonesia ini berkaitan dengan penutupan Museum Nusantara di Delft, Belanda, yang menjadi tempat menyimpan benda bersejarah itu hingga tahun 2013.
"Ini pertama kalinya dalam sejarah, benda budaya atau artefak Indonesia yang dibawa [ke Belanda] dikembalikan," ujar Hilman Farid, Dirjen Kebudayaan Kemendikbud pada Januari 2020 lalu seperti dikutip Bagikan Berita dari Arab News via Zonajakarta.com.
Ia juga berharap bila langkah ini bisa membuka jalan bagi museum lain di Eropa untuk mengembalikan peninggalan sejarah milik Indonesia.
Baca Juga: Dibalik Penangkapan Aktivis KAMI, PKS: Ini Masalah Hak Asasi, Nasdem: Jangan Jadi Oposisi Destruktif
Melansir ArtNet News, Belanda pada awalnya menawarkan untuk mengembalikan sekitar 12.000 benda namun Kementerian Kebudayaan Indonesia memutuskan hanya menerima 1.500 benda.
Sejak saat itu, pemerintah Indonesia membentuk tim peneliti khusus untuk mempelajari objek tersebut.
Mereka menemukan bahwa koleksi artefak tersebut sangat beragam, mulai dari senjata kuno hingga keramik.
Yang tertua dari kelompok itu berasal dari 5000 SM, sedangkan yang termuda berasal dari tahun 1940-an.
Secara keseluruhan, benda-benda itu ditaksir nilainya sekitar € 1,1 juta atau sekitar Rp19 miliar.
Baca Juga: Benarkah Olla Ramlan Jadi Korban Pengkhiatan Suami dan Keponakannya ? Sempat Menangis dan Kecewa
Mengutip dari laporan The Guardian, pada bulan Maret 2020, sebuah keris berlapis emas diserahkan kembali ke Jakarta, 45 tahun setelah Belanda berjanji akan mengembalikannya.
Keris dengan bilah bergelombang itu, termasuk di antara sejumlah barang milik Pangeran Diponegoro yang telah diikrarkan pemerintah Belanda pada tahun 1975 untuk dikembalikan.
Keris tersebut konon diserahkan oleh seorang “pangeran pemberontak” setelah kegagalannya pada tahun 1830 melawan kekuasaan Belanda.
Sebagaimana diberitakan Zona Jakarta dalam artikel berjudul Pertama Kali dalam Sejarah, Belanda Akan Kembalikan Ribuan Harta Karun Indonesia Senilai Rp19 M, Belanda sebenarnya telah mengembalikan artefak Indonesia selama beberapa dekade terakhir.
Beberapa benda yang paling penting, seperti Naskah Nagarakertagama, Patung Prajna Paramita, dan barang-barang pribadi Pangeran Diponegoro, sudah kembali ke tempat asalnya dan dipajang di Museum Nasional.
Tapi koleksi paling berharga Indonesia masih saja ada di luar negeri.
Baca Juga: Menggelitik, Wapres Ma'ruf Amin Mengaku Suka Lupa Istri saat Wawancara Eksklusif dengan Najwa Shihab
Salah satunya adalah seperangkat perhiasan dari Istana Cakranegara di Lombok yang dipajang di Museum Volkenkunde Leiden.
Permata-permata itu dijarah dari istana selama “tindakan hukuman” 1894 oleh otoritas kolonial Belanda, yang mengambil 230 kilo emas, 7.299 kilo perak, tiga kotak perhiasan, dan 400 manuskrip kuno.
Belum lama ini, Direktur Rujksmuseum dan Tropenmuseum di Amsterdam juga berjanji akan mengembalikan 100.000 karya seni Indonesia yang diajarah penjajah Belanda.
Salah satu yang tengah menjalani proses pemeriksaan untuk pengembalian adalah berlian 70 karat milik Sultan Banjarmasin.
Baca Juga: Mantan Sekretaris Mahkamah Agung Nurhadi dan Menantunya Didakwa Terima Gratifikasi Rp37,28 Miliar
Harta karun ini dikuasai Belanda di akhir abad ke-19 dan dipajang di Rijksmuseum.
Direktur Rijskmuseum, Taco Dibbits, mengaku tengah melakukan identifikasi terhadap pewaris yang berhak menerima koleksi berharga tersebut.*** (Hani Affifah /Zona Jakarta)