Mensos Risma Singgung Keberhasilan saat Menjabat Wali Kota Surabaya dalam Mengendalikan Covid-19

- 23 Juni 2021, 14:46 WIB
Menteri Sosial (Mensos) Tri Rismaharini.
Menteri Sosial (Mensos) Tri Rismaharini. /Kemensos

BAGIKAN BERITA - Menteri Sosial Tri Rismaharini atau Risma memberi saran kepada para pemimpin daerah dalam mengendalikan laju peningkatan kasus Covid-19. 

Risma menganggap bahwa saat dirinya menjabat Wali Kota Surabaya dahulu, berhasil menekan angka lonjakan kasus Covid-19. 

Menurut Risma, yang paling penting dalam mengendalikan lonjakan COVID-19 adalah dengan kepemimpinan. 

Baca Juga: Kebijakan Mensos Risma Dikritik Wakil Ketua MPR Hidayat Nur Wahid Terkait Penghapusan Santunan Korban Covid-19

Dia memaparkan bagaimana strategi yang dia ambil selama menjabat sebagai wali kota untuk memulihkan kembali kawasan tersebut dari zona hitam ke zona hijau Covid-19.

Menurutnya, saat situasi pandemi Covid-19 yang semakin tinggi seperti sekarang, kepemimpinan adalah kunci utama.

"Kepemimpinan sangat berpengaruh, bagaimana kita bekerjasama, kita enggak mungkin bisa (bekerja) sendiri," kata Risma dalam keterangannya, Senin, 21 Senin 2021.

Baca Juga: Aksi Tak Biasa Menteri Sosial Risma, Lelang Sepatu hingga Biskuit: Kayaknya Lebih Pantes Jadi Sales Ini Ya

Risma menyebutkan, saat masih menjabat sebagai wali kota, dirinya menggandeng Babinkabtibmas hingga tokoh masyarakat untuk mengawasi aktivitas warga di lapangan.

"Kita gandeng tokoh masyarakat, agama untuk sama-sama jaga, karena enggak mungkin hanya pemda dan pemerintah kita," tutur Risma.

Aktivitas Warga Dibatasi, Kerumunan Dijaga

Risma menjelaskan, saat Surabaya memasuki zona hitam, aktivitas warga benar-benar diatur namun dengan tidak mengurangi kegiatan ekonominya.

Baca Juga: Politikus PKS Hidayat Nur Wahid Kritik Kebijakan Risma yang Hentikan Dana Bansos Covid-19

Misalnya, di pasar-pasar, arus pengunjung diatur sehingga tidak saling bertabrakan atau pun bertabrakan sehingga penularan di tempat-tempat bisa diperkecil.

Kemudian kata Risma, proses transaksi di pasar juga diatur di mana antara pedagang dan pembeli dibatasi dengan menggunakan tirai.

"Kalau di surabaya itu pasar ada kelambunya, plastiknya, transaksinya ada caranya enggak bersinggungan langsung," tutur dia.

"Flownya jalan diatur, enggak boleh bertabrakan, dan satu arah, dibatasi dan dijaga ada di pasar itu ada satgasnya," kata dia.

Baca Juga: Menteri Risma Stop Bansos Tunai Covid-19: Enggak Ada Anggarannya Untuk Itu

Diketahui, episentrum virus corona yang semula berada di DKI Jakarta pada Maret 2020 lalu, di pertengahan tahun kasusnya bergeser ke Jawa Timur.

Jumlah pasien positif di Jawa Timur mengalami peningkatan secara signifikan.

Surabaya, ibu kota Provinsi Jawa Timur, menjadi episentrum pertumbuhan baru kasus di provinsi tersebut kala itu.

Indikator utama penetapan warna zona untuk Kota Surabaya adalah jumlah pasien positif Covid-19 atau tingkat kepadatan dari pasien positif di Kota Surabaya kala itu.

Selain itu, indikator penetapan Kota Surabaya sebagai wilayah dengan zona merah tua menurut Rumpun Tracing Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Provinsi Jawa Timur ditentukan beradasarkan data jumlah pasien positif yang mencapai 54 persen dari total keseluruhan kasus yang ada di Jawa Timur.*** (amir faisol/Pikiran Rakyat) 

Disclaimer: Artikel ini sebelumya telah tayang di Pikiran Rakyat berjudul Singgung Soal Kepemimpinan, Risma Ceritakan Keberhasilan Bawa Surabaya Keluar dari Zona Hitam Covid-19. 

 

Editor: Ahmad Taofik

Sumber: Pikiran Rakyat


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x