Manakala para nabi itu menyerukan keimanan, suatu kaum justru kian asyik tenggelam dalam kekufuran. Sebagai respon dari ketidakpatuhan secara berkesinambungan tersebut, maka Allah mengirimkan musibah yang membinasakan suatu kaum.
Setelah menyimak uraian di atas, maka kita hendaknya tidak serta merta menyangkut pautkan suatu bencana dengan azab. Sebab, bisa jadi musibah tersebut adalah bala yang menguji keimanan seseorang. Terhadap musibah jenis ini, seorang muslim harus sabar dan ikhlas.
Sementara itu, musibah yang turun sebagai hukuman (iqob) menjadi suatu peringatan. Bilamana manusia menyadari kesalahannya, beristighfar, bertaubat, dan kembali kepada aturan-aturan Allah, maka akan diangkat musibah tersebut dan mengangkat derajat mereka.
Namun, jika musibah tersebut tidak kunjung membuat manusia sadar, maka akan diturunkan musibah lagi hingga hari pembalasan dan menjadi azab untuk kaum tersebut.
Berikut ini beberapa hal yang patut dilakukan dalam rangka menguatkan iman seseorang ketika ditimpa musibah atau malapetaka yang dirangkum dari berbagai sumber diantaranya:
1. Berbaik sangka kepada Allah
“… Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu; Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui.” (Q.S. Al Baqarah 2: 216).
2. Bersabar
“Jika Kubebankan kemalangan untuk salah seorang hamba-Ku pada badannya, hartanya, atau anaknya, kemudian dia menerimanya dengan sabar yang sempurna, aku merasa enggan menegakkan timbangan baginya pada hari kiamat atau membukakan buku catatan amal baginya.” (Hadis Qudsi Riwayat Al Qudha’i, Dailami, dan Tirmidzi).
Baca Juga: Bingung Cari Modal Usaha? Ada KUR Mikro BTPN Bisa Cair hingga Rp25 Juta, Begini Caranya