BAGIKAN BERITA - Hamas sebuah milisi bersenjata yang menguasai Gaza menyatakan terbuka untuk bernegosiasi dengan Israel mengenai pertukaran tahanan perang.
Hal ini diutarakan Hamas ketika menjawab pertanyaan yang diajukan AFP pada 1 Juni 2021 tentang kemungkinan pertukaran tahanan perang Palestina dengan Israel.
Menurut kepala sayap politik Hamas di Jalur Gaza, Yahya Sinwar mengatakan bahwa pihaknya telah siap melakukan penukaran tahanan dengan Israel.
"Kami siap untuk negosiasi tidak langsung, segera dan cepat untuk menyelesaikan kasus ini," ujar Yahya Sinwar di sela-sela kunjungan kepala intelijen Mesir Abbas Kamel.
Abbas Kamel melakukan kunjungan ke Gaza dalam rangka mengawasi gencatan senjata Hamas dengan Israel telah berlaku sejak 21 Mei 2021 lalu.
Dalam kesempatan itu, pihak mediator membahas telah fokus membahas tiga poin penting diantaranya mengubah gencatan senjata menjadi gencatan senjata jangka panjang, pertukaran tahanan, dan pembangunan kembali Gaza yang telah porak poranda diserang Israel.
Diperkirakan Hamas telah menahan dua warga Israel, Sementara itu, pihak zionis telah menahan lebih dari 5.000 warga Palestina.
Seperti diketahui, Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Palestina mengatakan bahwa perang tersebut telah menyebabkan 769 unit perumahan dan komersial tidak dapat dihuni dan sedikitnya 1.042 unit di 258 bangunan hancur, dan lebih dari 14.500 unit mengalami kerusakan ringan.
Pejabat Gaza mengatakan perang ini menyebabkan kerusakan senilai 40 juta dollar AS (Rp 574 miliar) pada industri, 22 juta dollar AS (Rp 315,7 miliar) pada sektor listrik dan 27 juta dollar AS (Rp 287,4 miliar) pada fasilitas pertanian.
Selain itu, PBB mengatakan sekitar 800.000 orang di Gaza tidak memiliki akses reguler ke air bersih pipa, karena hampir 50 persen jaringan air rusak dalam pertempuran itu.
Kementerian Kesehatan Gaza mengatakan setidaknya 248 warga Palestina tewas, termasuk 66 anak-anak dan 39 wanita, dengan 1.910 orang terluka. Jumlah itu tidak membedakan antara militan dan warga sipil.
Sementara di pihak Israel 12 orang tewas. Semuanya kecuali satu dari korban tewas adalah warga sipil, termasuk seorang anak laki-laki berusia 5 tahun dan seorang gadis berusia 16 tahun.***