Para pengunjuk rasa mengatakan transaksi pembayaran apa pun yang dilakukan akan merusak upaya rakyat Myanmar untuk mengembalikan negara ke demokrasi.
Selain itu, pembayaran pendapatan itu akan memberi angin segar militer untuk melanjutkan pelanggaran HAM di Myanmar.
Pada aksinya tersebut, para pengunjuk rasa bergerak ke lokasi milik Total Perancis, PTTEP Thailand, dan Petronas Malaysia.
Mereka membawa spanduk-spanduk bertuliskan "Uang Anda adalah oksigen untuk militer!" dan "Berhenti bekerja sama dengan militer Myanmar!"
Seperti diketahui bahwa Industri ekstraktif, seperti gas, minyak, dan pertambangan batu giok, merupakan sumber pendapatan asing utama Myanmar dan apa yang dilakukan oleh junta Militer pimpinan Jenderal Min Aung Hlaing ini, dilatarbelakangi ketidakpuasan militer atas hasil pemilu pada 8 November 2021 lalu yang dimenangkan Partai Liga Nasional untuk Demokrasi (NLD) yang dipimpin Aung San Suu Kyi.***