BAGIKAN BERITA - Bahrain sekutu utama Arab Saudi akhirnya ikut menolak laporan intelejen Amerika Serikat (AS) yang menyatakan Putra Mahkota, Pangeran Mohammed bin Salman (MBS) terlibat pembunuhan jurnalis kawakan Jamal Khashoggi.
Hal itu disampaikan oleh kantor berita Bahrain BNA yang dikutip Reuters pada Sabtu 27 Februari 2021 tentang keterlibatan Pangeran Mohammed bin Salman (MBS) dalam pembunuhan Jamal Khashoggi.
"Bahrain menolak segala hal yang mencoreng kedaulatan Arab Saudi," kata pemerintahan Bahrain dalam sebuah pernyataan resminya. Bahrain juga menyatakan mendukung Raja Salman serta Pangeran Mohammed bin Salman yang berupaya mempertahankan keamanan dan stabilitas di kawasan Arab, serta mendukung perkembangan perekonomian dunia.
Bahkan Kementerian Luar Negeri Arab Saudi degan tegas membantah isi dokumen yang disodorkan intelijen Amerika Serikat (AS) tentang keterlibatan Pangeran Mohammed bin Salman dalam kasus pembunuhan Jamal Khashoggi.
Menurut laporan intelejen AS Putra Mahkota Saudi, Pangeran Mohammed bin Salman atau MBS, telah menyetujui pembunuhan Jamal Khashoggi yang terjadi pada tahun 2018 lalu di Konsulat Saudi di Istanbul, Turki.
Hal ini diumumkan oleh Menteri Luar Negeri AS, Antony Blinken, pada Jumat 26 Februari 2021 waktu setempat, setelah Amerika Serikat merilis laporan intejen ke publik.
"Kita telah memperjelas bahwa ancaman dan serangan lintas wilayah oleh Arab Saudi terhadap para aktivis, pembangkang dan jurnalis harus diakhiri. Mereka tidak akan ditoleransi oleh Amerika Serikat," kata Blinken seperti dirilis AFP, Sabtu 27 Februari 2021.
Unntuk merealisasi tindakannya pemerintahan AS akan melarang masuk 76 wara Saudi yang pernah mengancam pembangkang di luar negeri, termasuk dalam kasus Khashoggi.