BAGIKAN BERITA - Ribuan penduduk tinggalkan kawasan industri di Ibukota komersial Myanmar kemarin, Selasa, 16 Maret 2021 seusai darurat militer diumumkan oleh junta yang menyusul protes berdarah dan kegaduhan selama akhir pekan.
Seorang penggerak buruh di distrik Hlaing Tharyar mengungkapkan sebagian besar penduduk Myanmar terlalu takut untuk keluar dari rumah masing-masing.
"Di sini seperti zona perang, mereka menembak di mana-mana," kata seorang penyelenggara buruh di distrik Hlaing Tharyar Myanmar, kepada media.
Baca Juga: Serangan Bom Meledak di Calcutta India, 86 Orang Tewas dan Ratusan Luka-luka pada 17 Maret 1993
Imbas dari kerusuhan dan pembakaran beberapa pabrik di Hlaing Tharyar mengakibatkan jatuhnya korban jiwa, 40 orang tewas dalam peristiwa hari Minggu oleh pasukan keamanan Myanmar, para keluarga pun turut hadiri prosesi pemakaman mereka di hari Selasa, 16 Maret 2021
Negara Myanmar saat ini sedang mengalami kekacauan dan kerusuhan dimana-mana, ini bermula sejak militer melakukan kudeta terhadap pemerintah terpilih Aung San Suu Kyi pada tanggal 1 Februari 2021 lalu, mereka menahannya dan anggota partai lainnya, hingga menimbulkan kecaman dan mengutuk kerusuhan di Myanmar.
Prancis mengungkapkan Uni Eropa akan menyetujui sanksi terhadap mereka yang berada di balik kudeta Senin depan. Sanksi ini sebagai efek jera dan dapat memulihkan Myanmar dan dunia internasional pada umumnya.
Televisi yang dikelola militer mengatakan bahwa junta menuduh utusan internasional pemerintah yang dilengserkan telah lakukan pengkhiantan dan ingkar karena mendorong kampanye pembangkang sipil dan menyuarakan sanksi.