BAGIKAN BERITA - Dampak dari kudeta negara Myanmar telah membawa perang kembali pada perbatasan Asia Tenggara di daerah terpencil, penduduk desa di Myanmar dan Thailand kabur melarikan diri usai dihantam bom dan peluru.
Dilansir Bagikanberita.com dari Reuters.com, para pemberontak etnis Karen dan militer Myanmar sudah terlibat dalam kerusuhan besar pada perbatasan Thailand di beberapa minggu sejak kudeta 1 Februari 2021 lalu.
Pemberontak Karen serta kekuatan etnis minoritas pencari otonomi lainnya yang bertempat di wilayah perbatasan Myanmar dan Thailand sudah mendukung pemberontak Junta pro-demokrasi yang bermukim di perkotaan.
Sewaktu menjelang pagi di hari Selasa, pasukan Karen telah menyerang pos terdepan Thaw Leh Ta milik pasukan militer Myanmar di tepi barat Sungai Salween.
"Saya tidak pernah mendengar tembakan seperti ini, saya tidak pernah melihat orang-orang harus melarikan diri seperti ini," papar Supart Nunongpan 44, kepala desa Mae Sam Laep di Thailand.
Sebelumnya, para militer Myanmar telah menahan Thaw Leh Ta sejak tahun 1995 lalu, pernah terakhir kali sempat terjadi pertempuran besar di wilayah tersebut.
Pada tahun 2012 KNU menyetujui gencatan senjata pada tahun 2012, ini mengakhiri pemberontakan yang bermula setelah Myanmar mendapati kemerdekaan pada tahun 1948 silam.