Siap-siap Bulan Ini Udara di Jakarta Terasa Panas, Ini Penjelasan BMKG

2 September 2020, 20:31 WIB
Prakiraan cuaca di DKI Jakarta siang hari, cerah berawan /BMKG /

BAGIKAN BERITA -Memasuki bulan September ini di wilayah DKI Jakarta akan memasuki kemarau.

Menurut Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) awal musim kemarau ditandai dengan udara panas yang dirasakan warga Ibu Kota.

Kondisi tersebut mengakibatkan udara yang dirasakan oleh masyarakat menjadi panas dan gerah pada siang hari dan terasa dingin menjelang pagi serta dini hari.

Baca Juga: Waspada, Ginjal Bisa Bermasalah Jika Melanggar Hal Berikut


"September merupakan periode puncak kemarau di sebagian besar pulau Jawa, Bali dan Nusa Tenggara, pada periode tersebut cuaca yang paling dominan adalah cuaca cerah atau berawan, dimana sedikit sekali jumlah awannya," ujar Kepala Staf Sub Bidang Analisis Informasi Iklim BMKG Pusat, Adi Ripaldi kepada ANTARA di Jakarta, Kamis.


Lebih lanjut Ripaldi mengatakan, Kondisi ini dikarenakan sedikitnya jumlah awan sehingga sinar matahari maksimum jatuh ke darat, hal ini yang membuat masyarakat yang tengah beraktivitas di luar merasa panas yang menyengat.

"Ditambah pula saat musim kemarau yang kering partikular debu cukup banyak bertebaran di udara menambah rasa gerah kala siang hari," katanya.

Baca Juga: 56 Orang Gay Mengadakan Pesta di Apartemen Kuningan, Modusnya Pesta Kemerdekaan

Namun, lanjut Ripaldi, kondisi sebaliknya dirasakan pada malam hari dan menjelang dini hari, udara terasa dingin sekali karena bumi sudah mengembalikan energi panasnya ke atmosfer dengan begitu cepat karena tidak terhalang awan-awan pada malam atau dini hari.

Menurut dia, suhu udara yang akan terjadi pada periode September akan berkisar 22 - 34 derajat celsius (°C).

"Sebenarnya perlu diketahui periode Juli- Agustus -September rata-rata suhu di Pulau Jawa Bali, Nusa Tenggara justru merupakan periode suhu rendah dibanding bulan-bulan lainnya," kata .

Hal ini, lanjut Ripaldi berkaitan dengan posisi gerak semu matahari yang sedang berada di belahan Bumi Utara sejak Juni, serta pada periode Juni - Juli Agustus dipengaruhi juga oleh intrusi udara dingin dari Benua Australia yang sedang mengalami musim dingin sehingga pada periode tersebut masyarakat di Pulau Jawa, Bali, Nusa Tenggara merasakan hawa atau suhu udara lebih dingin dari biasanya.

Baca Juga: Prakiraan Cuaca Pekanbaru Besok Kamis 3 September 2020: Hujan di Siang dan Malam Hari

Pada periode ini juga dirasakan suhu udara maksimum yakni 34 derajat celsius dapat terjadi sekitar pukul 13.00-14.00 WIB.

Lebih lanjut Ripaldi mengatakan variasi suhu di Indonesia tidak terlalu besar tiap bulannya jadi dari temperatur udara sepanjang tahun tetap cocok untuk tanaman tropis.

Walaupun masyarakat merasakan panas atau gerah tidak terlalu berpengaruh ke kesesuaian tanaman apalagi ke gagal panen, karena dari kisaran suhu udara yang terjadi pada periode ini masih pada kisaran aman bagi tumbuhan di daerah tropis.

Baca Juga: Wow, Aldi Taher Deklarasi Jadi Calon Presiden Amerika Serikat

Selanjutnya, suhu udara terasa panas karena memang masih musim kemarau, kurang atau jarang hujan, kurang awan yang menutupi atmosfer, sehingga radiasi matahari terasa seperti langsung menyengat kulit.

"Ditambah partikel debu yang bertebaran saat masa-masa kemarau menambah rasa gerah atau panas pada saat musim kemarau," ujarnya.

Dampak yang akan dirasakan masyarakat dengan suhu panas ini adalah kekurangan cairan, oleh karena itu masyarakat diimbau untuk memperbanyak minum air agar terhindar dari dehidrasi.

Baca Juga: SEDANG BERLANGSUNG Bawang Putih Berkulit Merah di ANTV Hari Ini Rabu 2 September 2020

"Sebenarnya enggak terlalu panas, cuma karena kemarau jarang hujan banyak debu udara siang hari jadi berasa gerah dan panas. Bawaannya haus aja di siang hari, perbanyak minum air putih biar enggak dehidrasi," pungkasnya. ***

Editor: Hendra Karunia

Sumber: Permenpan RB

Tags

Terkini

Terpopuler