Indonesia Akan 'Perang', Siapkan Nuklir untuk Hal Ini

- 30 November 2020, 10:56 WIB
Foto udara petani memanen padi bibit unggul tanpa bahan kimia di lahan Kantor Balai Penyuluhan Pertanian di Kecamatan Samaturu, Kolaka, Sulawesi Tenggara, Kamis (1/10/2020). Bibit padi unggul varietas inpari sidenuk tersebut merupakan hasil riset dari Badan Tenaga Nuklir Nasional (Batan) bekerja sama dengan Komisi VII DPR yang bertujuan untuk memperoleh bibit unggul padi tanpa menggunakan bahan kimia dengan hasil ubinan mencapai 7 ton per hektare.
Foto udara petani memanen padi bibit unggul tanpa bahan kimia di lahan Kantor Balai Penyuluhan Pertanian di Kecamatan Samaturu, Kolaka, Sulawesi Tenggara, Kamis (1/10/2020). Bibit padi unggul varietas inpari sidenuk tersebut merupakan hasil riset dari Badan Tenaga Nuklir Nasional (Batan) bekerja sama dengan Komisi VII DPR yang bertujuan untuk memperoleh bibit unggul padi tanpa menggunakan bahan kimia dengan hasil ubinan mencapai 7 ton per hektare. /Jojon/ANTARA FOTO

Kepala BATAN mengatakan selama teknologi nuklir diselenggarakan secara seksama, keamanan dan keselamatan dapat terjamin. Ada kekhawatiran masyarakat mengenai dampak negatif nuklir dan radiasinya. Dia tidak menampik fakta itu pernah terjadi tragedi teknologi nuklir di Chernobyl, Rusia dan di Fukushima Daiichi, Jepang.

Ia mengatakan kerusakan Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir di Fukushima Daiichi yang merupakan teknologi generasi kedua sejatinya sudah diantisipasi dari gempa bumi. Tetapi, teknologi generasi 2 belum mengantisipasi kerusakan fasilitas karena tsunami.

Baca Juga: KEREN BANGET! Totalitas Acting Arya Saloka di Sinetron Ikatan Cinta bikin Penonton Ikut Menangis

Akan tetapi, kata dia, teknologi keamanan dan keselamatan fasilitas nuklir sudah banyak kemajuan dan tergolong baik. "Korban dari radiasi itu hampir tidak ada, bahkan di Chernobyl juga tidak sebesar yang dikhawatirkan, tapi akibat psikologisnya lumayan," katanya.

Hal nyata juga dirasakan langsung oleh petani milenial asal Delanggu, Klaten, Jawa Tengah, Eksan Hartanto. Ia memahmi langsung bahwa jenis padi legendaris “Rojo Lele” ternyata bisa dibangkitkan kembali bibitnya melalui sistem iradiasi pangan.

Pendiri Sanggar Rojo Lele tersebut mengaku ingin menanam kembali padi jenis Rojo Lele di area persawahan di kampungnya. Namun, benih yang berkualitas sulit di dapat pada awalnya. Berkat adanya penelitian bertahun-tahun dari BATAN, bibit Rojo Lele berkualitas kembali dilahirkan dengan varietas turunan yang lebih bagus.

Tahun ini, Sanggar Rojolele dilirik oleh UPTD Pertanian Kecamatan Delanggu dan Dinas Pertanian dan Perikanan Kabupaten Klaten untuk bekerja sama dalam uji coba penanaman padi Rojolele varietas baru, Srinar dan Srinuk, yang diluncurkan oleh BATAN pada 2019.

Melibatkan sekitar 15 orang petani untuk menggarap lahan seluas 4 hektar, penanaman kembali padi Rojolele setelah sekian puluh tahun tidak ditanam di Delanggu selaras dengan harapan Sanggar Rojolele, yaitu mengembalikan nostalgia para petani Delanggu sebagai penghasil beras premium Rojolele.

Sanggar Rojolele juga bermaksud memanfaatkan momentum ini sebagai pintu masuk program penguatan tani, utamanya pembentukan koperasi dan inovasi pertanian.

Baca Juga: 'Berdebar-debar', Aldebaran Bisa Dapat Hak Asuh Anak, Tapi Begini Syaratnya, di Ikatan Cinta RCTI

Halaman:

Editor: Ahmad Taofik

Sumber: ANTARA


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x