Warga Desa Jogosimo Lepasliarkan 200 Lebih Tukik ke Laut

- 16 Agustus 2020, 17:32 WIB
Seekor anak penyu alias tukit dilepasliarkan ke lautan luas sebagai habitat asalnya.
Seekor anak penyu alias tukit dilepasliarkan ke lautan luas sebagai habitat asalnya. /Antara Foto /Budi Candra Setya

BAGIKAN BERITA - Kepedulian warga Desa Jogosimo Kecamatan Klirong, Kabupaten Kebumen, Jawa Tengah, dalam menjaga kelestarian alam patut diapresiasi. 

Warga Pantai dinsekitar Desa Jogosimo melepasliarkan lebih dari 200 ekor tukik ke habitat asalnya, Jumat, 14 Agustus 2020. 

Pelepasan anak penyu jenis lekang itu dalam rangka peringatan Hari Konservasi Alam Nasional (HKAN) 2020, pada Jumat lalu.

Baca Juga: Meskipun Jauh dari Laut, Tenang di Bandung Kamu Bisa Mencicipi Ikan Bakar Laut Sambal Pesisir

Pelepasliaran tukik, anak penyu terjadi di tengah keprihatinan banyaknya induk penyu yang mati saat pendaratan untuk bertelur.

Hadir dalam kesempatan tersebut Wakil Bupati Kebumen Arif Sugiyanto.

Menurut Arif, Tukik yang dilepas merupakan hasil konservasi Pokdarwis Gajah Gunung Desa Jogosimo bersama warga Laguna Kalibuntu Jogosimo.

Baca Juga: Atta Halilintar Menyabet Piala Kategori YouTuber Terdahsyat Awards 2020

"Tujuannya jelas, pelestarian, menjaga dari kepunahan, penyu merupakan hewan dilindungi bahkan beberapa jenis penyu sudah di ambang kepunahan," terangnya.

Menurutnya, saat ini yang dilepasliarkan sebanyak 200 ekor lebih, di penangkaran tukik Laguna Kalibuntu masih terdapat lebih dari 500 telur yang belum menetas.

Arif Sugiyanto mengapresiasi kepedulian warga Jogosimo, ikut menjaga keberadaan binatang amfibi tersebut di wilayah pesisir selatan Kebumen.

Artikel Ini Sebelumnya Telah Tayang di Pikiran Rakyat dengan Judul: 200 Tukik Dilepas Liar di Pantai Laguna Kalibuntu pada Musim Perburuan Telur Penyu

"Adanya penangkaran tukik ini menunjukkan bahwa masyarakat peduli terhadap kelestarian lingkungan. Hal ini juga menunjukkan bahwa wilayah laut di Kabupaten Kebumen masih sehat," jelas Wabup.

Penangkaran penyu selain melibatkan Pokdarwis Gajah Gunung, bekerja sama dengan tujuh Karang Taruna di Kecamatan Klirong yang tergabung dalam wadah Karta Wijaya.

Ketua Pokdarwis Gajah Gunung, Syarif Hidayat menambahkan, penyu yang bertelur di kawasan selatan merupakan jenis penyu lekang. 

Baca Juga: Berpenghasilan Tertinggi Dunia, Ini Deretan Film Genre Mirror Tersukses

 "Sebanyak 200 ekor tukik sudah dilepas liarkan. Saat ini masih ada 500 telur yang belum menetas," kata Syarif Minggu jelasnya.

Penyu tergolong hewan purba yang berumur panjang, binatang tersebut memasuki usia kawin pada umur 40 tahun. Melihat siklus hidup penyu cukup panjang, maka pelestariannya sangat penting untuk diperhatikan, sebab sisi lain perburuan liar cukup tinggi. 

Seperti saat musim bertelur penyu maka perburuan telur juga tinggi untuk dijual belikan.

“Jika tidak ada yang peduli maka akan punah, ” tegasnya.

Baca Juga: Diusung PKB dan PDIP, Pasangan Karsa Deklarasikan Diri Maju di Pilkada Lamongan

 Selain konservasi, kelompok peduli penyu melakukan penjagaan pantai guna mengantisipasi perburuan liar telur penyu. Pokdarwis Gajah Gunung bersama Karang Taruna Pantai Indah Desa Jogosimo bekerja sama untuk melakukan ronda telur penyu sepanjang pesisir Pantai Selatan wilayah Desa Jogosimo dan sekitarnya.

Seperti saat ini sedang musim bertelur antara akhir Juni hingga September, oleh karena frekuensi ronda telur juga ditingkatkan. Selain daging, cangkang, telur penyu juga diburu orang.

Selama musim bertelur kurang lebih 1.200 butir telur yang berhasil direlokasi. Tingkat keberhasilan konservasi Pokdarwis Gajah Gunung dalam menetaskan penyu mencapai angka 85 persen. 

Baca Juga: Jadwal Acara NET TV Sore Ini Minggu 16 Agustus 2020, Tonton Tawa -Tawa Santai Malam Ini

Konservasi diawali dengan mencari sarang penyu saat musim bertelur. Setelah ditemukan telur dipindah ke lahan konservasi.

Kawasan tersebut juga di pagar untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan. “Setelah menetas, tukik dibawa ke tempat konservasi untuk mendapatkan perawatan. Baru kemudian dilepasliarkan,” katanya.

Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Jawa Tengah Resort Konservasi Wilayah II Cilacap, Dedy Ruslanto mengakui pelepasliaran ratusan penyu lekang merupakan kabar baik, di tengah temuan beberapa penyu yang mati selama musim pendaratan.

Baca Juga: Meninggal di Usia 60 tahun Wakil Bupati Way Kanan Lampung, Akibat Covid-19

Kematian penyu hingga saat ini masih masih misterius, sepanjang pesisir selatan Jawa Tengah, dari Cilacap hingga Purworejo merupakan lokasi pendaratan penyu untuk bertelur. Jumlahnya dulu mencapai puluhan titik sekarang menyusut bisa dihitung dengan jari.

Hilangnya lokasi karena ada perubahan lingkungan, kerusakan lingkungan atau relokasi karena desakan jumlah penduduk "Sebelumnya mencapai puluhan titik namun kini hanya beberapa titik lokasi, antara lain di Pantai Jogosimo, di Kebumen masih ada beberapa titik. Kemudian tiga titik di selatan Pulau Nusakambangan," jelasnya.*** (Eviyanti/Pikiran Rakyat) 

Editor: Ahmad Taofik

Sumber: Pikiran Rakyat


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah