Waspadai Gangguan Mental Obsessive Compulsive Disorder (OCD), Bisa Serang Usia Muda

3 Agustus 2020, 15:41 WIB
Ilustrasi Depresi.*/PIXABAY.COM /

BAGIKAN BERITA-Gangguan mental Obsessive Compulsive Disorder (OCD) kembali diperbincangkan setelah beberapa waktu lalu.

Presenter Rina Nose membuat pengakuan bahwa ia 'gila' kebersihan dan merasa cemas bila melihat jejak kotor, misalnya di toilet umum ada sobekan kertas tisu berserakan.

Berdasarkan Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorder, obsesi pada penderita OCD didefinisikan sebagai pemikiran-pemikiran, dorongan, dan gambaran yang mengganggu, tidak diinginkan, dan terjadi secara terus menerus hingga menimbulkan kecemasan.

Baca Juga: Waspada, 64 Tenaga Medis di Riau Positif Corona

Dokter psikiater RS Premier Bintaro DR. dr. Ria Maria Theresa, Sp.KJ mengatakan bahwa OCD berasal dari kata ‘Obsesif’ dan ‘Kompulsif’ yang berarti pikiran serta perilaku seseorang yang akan terjadi secara terus menerus secara berulang-ulang.

Contohnya, setelah mengunci pintu, seorang pengidap OCD biasanya akan mengecek berkali-kali demi memastikan bahwa pintu terkunci.

“Penderita OCD biasanya mempunyai satu tema atau pola tertentu lalu melakukan tindakan secara kompulsif. Hal ini terjadi karena pengidap OCD tidak dapat menyaring pemikirannya, misalnya pada kasus Rina, tentang kuman. Pengidap tidak akan bisa berhenti berpikir tentang kontaminasi kuman sampai menimbulkan keresahan dalam dirinya. Tentu saja adanya rasa resah dan cemas akan menyita waktu si penderita sampai berjam-jam bahkan dapat menganggu aktivitas normal mereka,” ujar DR. dr. Ria.

 Baca Juga: Lima Negara Ikuti International Conference on Management in Emerging Market (ICMEM) 2020

Dr.dr Ria juga mengatakan bahwa pengidap OCD ada yang menyadari dirinya mengidap OCD.

Ia mengetahui penyebab obsesinya dan menyadari bahwa hal yang menjadi obsesi tersebut kerap tidak masuk akal.

Tetapi, ada juga yang belum menyadari, mengabaikan, atau tidak mau mengakuinya. “Sebagian besar mengabaikan gangguan pada dirinya karena takut diberi label gangguan mental dari lingkungan sekitarnya.

Baca Juga: Dipinang PDIP, Iyeth Bustami Bakal Maju di Pilkada Kabupaten Bengkalis 2020

“OCD bisa disebut gangguan mental bila ada distres dan disfungsi yang menyebabkan pengidapnya merasa tersiksa, tidak nyaman, hingga menganggu fungsi dalam kehidupannya,” sebutnya.

Gangguan mental masih sering dianggap tabu, bahkan dalam masyarakat dikorelasi sebagai 'gila' sehingga banyak dari penderita yang seharusnya sudah pada tahap harus diobati malah semakin parah.

Gejala OCD sering menyerang usia muda dan berpotensi memburuk seiring pertambahan usia penderitanya, seperti menyebabkan depresi bahkan mendorong penderitanya bunuh diri.

Baca Juga: Cegah Penyelewengan, Pemprov Jabar Perketat Distribusi Bansos di Wilayah Jawa Barat

Pengobatan gangguan kejiwaan dimulai dengan konseling atau terapi perilaku kognitif dari psikiater dan obat-obatan dari psikiater jika diperlukan atau kombinasi keduanya.

Branding and Communication Strategist MiPOWER Ivan Christian Winatha mengatakan OCD kerap menyerang usia muda dan kita perlu peduli agar tingkat gangguan mental tidak terus bertambah.

Ivan meyakinkan bahwa karena usia milenial hanya datang sekali dan merupakan masa berekspresi, meningkatkan eksistensi serta masa mempersiapkan masa depan.

Baca Juga: Jupiter Z1 Hadirkan Warna dan Striping Baru Meluncur, Makin Sporty Modern

Maka kita perlu membantu penderita gangguan mental untuk berani terbuka dan mau mendapatkan pengobatan agar tidak bertambah parah.***

Editor: Hendra Karunia

Tags

Terkini

Terpopuler