Ulat Sagu, Kuliner dari Kampung Yoboi Distrik Sentani Kabupaten Jayapura

28 Januari 2021, 08:27 WIB
Ulat sagu siap santap*/Naomy Wenda Mongabay /

BAGIKAN BERITA - Ulat sagu, salah satu makanan khas dari Kampung Yoboi, Distrik Sentani, Kabupaten Jayapura, Papua. 

Pada Akhir November 2020 lalu, para pemuda kampung mengadakan Festival Ulat Sagu.

Pemerintah Kabupaten Jayapura dan Pemerintan Kampung Yoboi sangat mendukung acara tersebut yang berlangsung selama tiga hari, 26-28 November lalu.

Kampung Yoboi diapit hamparan dusun sagu dan danau. Bangunan berdiri di atas air mulai dari rumah adat, rumah warga, gereja, sekolah, bahkan lapangan dan kebun sayuran.

Baca Juga: 5 Pembunuh Presiden Bangladesh Sheikh Mujibur Rahman Dihukum Gantung pada 28 Januari 2010

Pemukiman warga memanjang di pinggiran danau. Jalan utama di bagian tengah dengan rumah-rumah mengapit sisi kiri dan kanan. 

Seluruh jalanan dengan material kayu bercat warna-warni menambah keindahan kampung.

Menyeberangi danau jadi satu-satunya jalan menuju kampung ini. Biasanya, melalui Dermaga Yahim, salah satu dermaga penghubung ke kampung-kampung di Danau Sentani. 

Kampung Yoboi hanya ditempuh dalam waktu kurang lebih 10 menit menggunakan perahu motor. Tarifnya termasuk cukup murah, hanya Rp 5ribu.

Baca Juga: Jadwal Acara Indosiar Kamis 28 Januari 2021, Mega Miniseries Suara Hati Istri, Semarak Indosiar, Tukul Arwarna

Saat festival, ada sekitar 56 stan terbangun di depan rumah warga. Makanan utama adalah ulat sagu mentah maupun yang sudah diolah. 

Ada juga sagu bakar, papeda panas, papeda bungkus, gabus bakar, merah goreng sambal, dan berbagai makanan maupun minuman lain.

Ulat sagu sudah jadi makanan warga turun temurun. Ulat sagu ada di batang sagu yang membusuk. Untuk mendapatkan ulat sagu, sagu siap panen ditebang. 

Sisi luar, dibuat lubang-lubang. kumbang hitam jenis kelapa merah (Rhynchopnorus ferrugenesis) akan masuk ke batang sagu, makan dan bertelur. 

Baca Juga: Inilah Profil Miss Moscow Oksana Voevodina yang Menolak Uang Nafkah Bulanan dari Rp112 Juta Menjadi Rp21 Juta

Telur-telur lalu menetaskan jadi larva

Larva ini yang disebut sebagai ulat sagu. Ulat sagu diambil sebelum tumbuh jadi kumbang.

Selain konsumsi sendiri, warga juga mengambil untuk dijual. Perlu lebih tiga bulan sejak sagu ditebang hingga ulat sagu bisa panen.

Pengolahan ulat sagu sangat sederhana. Ulat diambil lalu bersihkan, kemudian rebus atau bakar dengan cukup menaburi garam. 

Bumbu yang terlalu banyak mengurangi rasa enak pada ulat sagu.

Karena kandungan proteinnya tinggi, ulat sagu pun jadi makanan penting yang harus disiapkan suami saat istrinya hamil dan melahirkan. 

Baca Juga: Jadwal Acara TV ANTV Hari Kamis 28 Januari 2021, Uttaran, Nazar, The Next Influencer

Ulat sagu juga dipercaya bisa meningkatkan produksi air susu.

“Waktu melahirkan, waktu dalam kamar dan belum keluar ke ruang tengah itu sudah dikasi makan dengan ulat sagu, jamur sagu. Supaya air susu banyak," ujar Mama Anderia Suebu, warga Kampung Yoboi.

Kampung Yoboi punya potensi hutan sagu yang terjaga sekaligus mendatangkan manfaat ekonomi bagi masyarakat. 

Dinas Kehutanan Papua mendukung, kelompok sadar wisata yang sudah terbentuk di Kampung Yoboi.***

Editor: Ahmad Taofik

Tags

Terkini

Terpopuler