Mengejutkan, Media Asing Khawatirkan PDIP Jadi Partai Tunggal seperti di China, Begini Komentar Said Didu

12 Maret 2021, 18:12 WIB
Ketua Umum PDIP, Megawati Soekarno Putri.* /Dok. PDIP/

BAGIKAN BERITA - Pemerintahan Presiden Joko Widodo (Jokowi) kini hampir memegang suara penuh parlemen. 

Hal ini sejalan dengan gonjang-ganjing Partai Demokrat semakin memananas. 

Jika kisruh Partai Demokrat tidak berakhir hingga 2024, maka kemungkinan besar hanya menyisakan PKS yang menjadi Opisisi. 

PKS diprediksi tidak akan kuat melawan koalisi pemerintahan saat ini. Analisa tersebut diberitakan oleh media asing The Australian

Baca Juga: Saksikan Audisi LIDA 2021 di Indosiar Malam Ini, Netizen Bikin Heboh Panggil-panggil Nama Ini

Dalam sebuah artikel berjudul, "Indonesia moves closer to one-party rule as Jokowi aide takes over opposition", diberitakan bahwa PDIP bisa menjadi negara partai tunggal PDIP seperti yang terjadi di negara China dan Korea Utara saat ini.

Artikel tersebut dimuat media berita The Australian pada Senin, 8 Maret 2021. 

Kekhawatiran ini juga telah sejak lama diingatkan oleh Jenderal Gatot Nurmantyo yang menyebut pesannya secara tersirat melalui bahaya proxy war.

Menurut The Australian, tanda-tanda bahwa pemerintahan Joko Widodo (Jokowi) sedang mendekati sistem pemerintahan partai tunggal itu kini semakin nyata.

Menanggapi hal tersebut, Mantan Sekretaris BUMN Muhammad Said Didu setuju dengan pandangan media Australia tersebut.

Baca Juga: Semakin Panas, 10 Kader Demokrat Kubu Moeldoko Digugat ke Pengadilan oleh Kubu AHY

"Sepertinya mengarah ke sana," tulis @msaid_didu seperti dikutip Bagikanberita.com via Pikiranrakyat-Bekasi.com, Jumat 12 Maret 2021.

Seperti dinukil The Australian, aksi KSP Moeldoko merebut Partai Demokrat secara tidak etis dari tangan Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) merupakan langkah nyata untuk mewujudkan hal tersebut.

The Australian menyatakan, saat ini partai-partai pendukung pemerintah telah menguasai 74 persen kursi di parlemen.

Jika Moeldoko sukses merebut Partai Demokrat, maka pemerintahan Jokowi akan menguasai 83 persen kursi di parlemen menyisakan PKS sebagai satu-satunya oposisi di parlemen.

Baca Juga: Waduh! Karena Putus Cinta Dengan Kaesang Pangarep, Felicia Tissue Drop: Sempat Dibawa ke Psikolog di Singapura

Berdasarkan perhitungan ini, berarti The Australian memasukkan PAN ke dalam partai pendukung pemerintah.

Bila dihitung dari total 575 kursi di parlemen, kalkulasi tersebut tampaknya kurang akurat.

Artikel Ini telah tayang di Pikiran Rakyat Bekasi berjudul PDIP Dikhawatirkan jadi Partai Tunggal seperti di China, Said Didu: Sepertinya Mengarah ke Sana. 

Berdasarkan data KPU, pada Pemilu 2019 PKS memperoleh 50 kursi atau 8.69 persen. Demokrat 54 kursi atau 9.39 persen.

Baca Juga: Sebentar Lagi Terbongkar, Anting Elsa Kembali ke Andin, Nino Cari Rendy Bikin Aldebaran Takut di Ikatan Cinta

Bila hanya PKS yang menjadi oposisi, maka kubu pemerintah menguasai 91.31 persen kursi di parlemen.

Maka dari itu, bisa dibilang kubu dari partai pemerintah telah menguasai sepenuhnya kursi di parlemen.

The Australian menyampaikan, dengan hanya ada satu capres, maka dapat dipastikan capres yang diusung berasal dari PDIP sebagai pemilik kursi terbanyak (128).

Pasangannya bisa dipilih dari salah satu partai pengusung pemerintah.

Dengan sistem pemilu serentak pada 2024, maka yang akan memperoleh limpahan elektoral atau biasa dikenal sebagai coattail effect adalah pengusung capres, yakni PDIP.

Baca Juga: Gawat! Kekerasan Rasis kepada Orang Asia Makin Menggila di AS, KJRI New York Imbau WNI Lapor Bila Dianiaya

Hal ini terbukti pada Pilpres 2019, hanya ada dua pasang capres-cawapres yaitu PDIP dan Gerindra yang mengusung capres.

Kedua partai ini mendapat limpahan suara terbanyak dan menjadi partai pemenang pertama dan kedua.

Lebih lanjut, langkah lain yang dapat menjadikan Indonesia negara partai tunggal adalah dengan menaikkan ambang batas parliamentary threshold.

Saat ini di DPR berkembang wacana menaikkan ambang batas lolos parlemen, atau dikenal dengan istilah parliamentary threshold (PT).

PDIP mengusulkan agar PT dinaikkan dari semula 4 menjadi 5 persen. Sementara Nasdem dan Golkar bahkan ingin menjadi 7 persen.

Dengan mempertimbangkan coattail effect pada pemilu serentak 2024, maka PDIP bisa menang besar.

Baca Juga: Ikatan Cinta Jumat 12 Maret 2021: Rafael Kasih Anting Bukti Pembunuh Roy Ke Andin, Nino Cari Rendy , Al Panik

Apalagi berdasarkan hasil survei terbaru Litbang Kompas, partai-partai yang berada dalam lima besar bakal berguguran.

Elektabilitas Nasdem saat ini tinggal 1.7 Persen. Golkar 3.4 persen. Demokrat 4.6 persen, PKS 5.4 persen, dan PKB tinggal 5.5 persen sementara Gerindra 9.6 persen.

PDIP masih bertengger di puncak dengan elektabilitas 19.7 persen.

Bila PT dinaikkan menjadi 7 persen, maka yang tersisa tinggal PDIP dan Gerindra. Itupun kalau Gerindra masih bisa mempertahankan suaranya.

Baca Juga: Jadwal Acara TV Indosiar Jumat 12 Maret 2021, Saksikan LIDA 2021: AUDISI dan Suara Hati Istri Premier

Dengan bergabungnya dalam kubu partai pemerintah, The Australian menegaskan bahwa sangat diragukan Gerindra bisa mempertahankan perolehan suaranya seperti pada Pemilu 2019.

Semua skenario itu dapat terwujud bila Jokowi dan PDIP bisa mengendalikan sepenuhnya partai-partai pendukung pemerintah.

Partai-partai pemerintah pun pada akhirnya akan mendukung apapun keinginan Presiden Jokowi dan PDIP.

Untuk tahap awal Nasdem dan Golkar akhirnya mengalah. Mendukung pelaksanaan pemilu serentak tahun 2024. Padahal sebelumnya mereka menginginkan ada revisi RUU Pilkada.

Tahapan berikutnya tinggal menaikkan ambang batas lolos parlemen setinggi mungkin. Skenario partai tunggal PDIP menurut The Australian bakal terwujud dengan cara seperti itu.***

Editor: Ahmad Taofik

Sumber: Pikiran Rakyat Bekasi

Tags

Terkini

Terpopuler