Emil menuturkan, impor dapat dilakukan ketika stok beras dalam negeri defisit. Namun, saat ini, stok beras masih melimpah, terutama di Jabar yang kini dalam kondisi surplus.
"Kalau posisinya kita krisis beras, saya kira impor masuk akal, tapi kami surplus," tuturnya sebagaimana dikutip BAGIKAN BERITA dari ANTARA NEWS.
Baca Juga: Tips Liburan dan Staycation Aman dan Nyaman Tanpa Ribet di Masa Pandemi
Menurut Emil, dirinya tidak ingin kebijakan impor beras mengancam kesejahteraan petani.
Oleh karena itu, diperlukan manajemen waktu yang lebih matang terkait impor beras.
Selain itu, Emil mengatakan bahwa Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan) di Kabupaten Cirebon berharap impor beras tidak dilakukan saat menjelang panen raya.
"Tadi petani Cirebon curhat awalnya Bulog yang biasa membeli 120 ribu ton sekarang turun jadi 21 ribu ton," ujarnya.
Solusinya, lanjut Emil, ketimbang impor beras, ada baiknya membeli beras dari petani Jabar yang kini stoknya masih melimpah. Hingga April mendatang, stok beras Jabar surplus 320 ribu ton.
"Beras kita masih suprlus 320 ribu ton sampai bulan April, ini sudah berlebih banyak sekali. Jadi dari pada impor beras mending beli beras Jabar yang melimpah," katanya.***