Mamad mengatakan, tak ada korban jiwa dalam kejadian itu. Meski demikian, runtuhnya terowongan yang tepat berada di bawah akses lalu lalang kendaraan dan kereta api tersebut memunculkan kekhawatiran.
Hal tersebut dialami Yayah, warga lainnya. Saban hari, keluarga Yayah melintasi ruas jalan itu untuk mengambil air.
"(Jalan di area terowongan) itu juga dalam," ucapnya.
Runtuhnya terowongan proyek kereta cepat Jakarta-Bandung bukanlah kali pertama terjadi.
Sebelumnya, terowongan proyek jalur kereta cepat di Kampung Dangdeur, RT 03 RW 08, Desa Rende, Kecamatan Cikalongwetan, Kabupaten Bandung Barat ambles, Rabu, 1 Januari 2020.
Kejadian tersebut terjadi sekira pukul 16.30 WIB. Ambles area atas terowongan membuat lubang besar di permukaan tanah. Ade Wahyudin, 45 tahun, warga Dangdeur menuturkan,peristiwa itu bermula selepas para pekerja beres mengecor sebagian terowongan.
Salah satu puteranya, Cecep Solihin merupakan pekerja yang bertugas di sana.
"Murangkalih tos hanjat (putera saya baru naik," kata Ade di lokasi kejadian saat itu. Diameter lubang ditaksir mencapai 12 meter dengan kedalaman ke terowongan 30 meter.
Ia memperkirakan tak ada korban jiwa dalam kejadian tersebut. Pascakejadian, warga berkerumun di lokasi amblesnya terowongan. Beberapa tali pembatas tampak mengelilingi area lubang.