Keutamaan Berangkat Shalat Jumat Lebih Awal Pahalanya Setara Berkurban Seekor Unta, Ini Penjelasan

- 4 September 2020, 07:30 WIB
Ilustrasi Masjid*/Pixabay.com
Ilustrasi Masjid*/Pixabay.com /

BAGIKAN BERITA -Ibadah shalat Jumat dilaksanakan setiap minggu bagi kaum muslim laki -laki yang beriman.

Tetapi dalam pelaksanaannya masih banyak kaum muslim yang datang ke Masjid untuk melaksanakan sholat Jumat ketika menjelang sholatnya saja yakni pada saat iqomah.

Padahal rukun dan keutamaan sholat Jumat dianjurkan datang lebih awal dan mengisi shaf paling depan.

Baca Juga: 14 Golongan Hamba yang Doanya Cepat Terkabul oleh Allah SWT


Di kutip dari laman Islam.nu.or.id , di antara adab menunaikan shalat Jumat adalah berangkat ke masjid lebih awal. Keutamaan bagi yang melakukannya besar sekali, sebagaimana yang disampaikan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam. Antara lain yang diungkap dalam hadits berikut ini:

مَنْ رَاحَ إِلَى الْجُمُعَةِ فِي السَّاعَةِ الْأُوْلَى فَكَأَنَّمَا قَرَّبَ بَدْنَةً وَمَنَ رَاحَ فِي السَّاعَةِ الثَّانِيَةِ فَكَأَنَّمَا قَرَّبَ بَقَرَةً وَمَنْ رَاحَ فِي السَّاعَةِ الثَّالِثَةِ فَكَأَنَّمَا قَرَّبَ كِبَشًا أَقْرَنَ وَمَنْ رَاحَ فِي السَّاعَةِ الرَّابِعَةِ فَكَأَنَّمَا أَهْدَى دَجَاجَةً وَمَنْ رَاحَ فِي السَّاعَةِ الْخَامِسَةِ فَكَأَنَّمَا أَهْدَى بَيْضَةً فَإِذَا خَرَجَ الْإِمَامَ طُوِيَتِ الصُّحُفُ وَرُفِعَتِ الْأَقْلَامُ وَاجْتَمَعَتِ الْمَلَائِكَةُ عِنْدَ الْمِنْبَرِ يَسْتَمِعُوْنَ الذِّكْرَ فَمَنْ جَاءَ بَعْدَ ذَلِكَ فَإِنَّمَا جَاءَ لِحَقِّ الصَّلَاةِ لَيْسَ لَهُ مِنَ الْفَضْلِ شَيْءٌ

“Siapa saja yang berangkat shalat Jumat pada jam pertama, seakan-akan berkurban dengan seekor unta. Siapa saja yang berangkat pada jam kedua, seakan-akan berkurban dengan seekor sapi. Siapa saja yang berangkat pada jam ketiga, seakan-akan berkurban dengan kambing bertanduk. Siapa saja yang berangkat pada jam keempat, seakan-akan menghadiahkan seekor ayam jantan. Siapa saja yang berangkat pada jam kelima, maka seakan-akan menghadiahkan sebutir telur. Setelah imam keluar, maka catatan amal sudah ditutup, qalam pencatat sudah dianggat, dan para malaikat berkumpul di minbar untuk mendengarklan zikir. Siapa saja yang datang setelah itu, maka ia datang hanya untuk memenuhi hak shalat dan tidak mendapatkan keutamaan apa-apa, (HR. al-Bukhari dan Muslim).

Namun, para ulama hadits beragam pendapat dalam memaknai jam pertama dalam hadits di atas. Jumhur ulama dan para ulama mazhab Syafi‘i berpendapat, jam pertama di sana dimulai dari awal hari, yaitu sejak terbit fajar sebagaimana dipedomani oleh al-Ghazali.

Baca Juga: Bacaan Sholawat Nabi Bahasa Arab dan Terjemahannya, Ini Keutamaan Sholawat Nabi Muhammad

Sebab, menurut mereka, istilah râha atau rawah berarti berangkat pagi-pagi atau pada awal hari. Pendapat berbeda dikemukakan oleh Imam Malik, ulama mazhab Maliki, Qadhi Husain, dan Imam Haramain yang merupakan pengikut Imam Syafi‘i. Menurut mereka, maksud jam pertama di sana adalah beberapa saat setelah tergelincir matahari. Dasarnya, kata râha atau rawah sendiri, menurut mereka adalah berangkat setelah tergelincir matahari.

Halaman:

Editor: Hendra Karunia

Sumber: islam.nu.or.id


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x