RIP, Maradona Meninggal dalam Usia 60 Tahun, Ini Perjalanan Karirnya di Sepakbola Dunia

26 November 2020, 01:01 WIB
Maradona, sang Megabintang Argentina. /Twitter /@TyCSports

BAGIKAN BERITA - Dunia sepakbola berduka. Sang Megabintang Maradona telah kembali kepada penciptanya di Tigre, Provinsi Buenos Aires, Argentina, pada Rabu 25 November 2020.

Kabar Maradona meninggal dilansir akun Twitter media Argentina TyC Sports.

"Berita yang tidak pernah kami ingin sampaikan. Beristirahat dengan tenang, Diego," cuit akun @TyCSports Rabu 25 November 2020.

Tangkapan layar Twitter @TyCSports

Memiliki nama lengkap Diego Armando Maradona, dia lahir di Lanús, Provinsi Buenos Aires, Argentina, 30 Oktober 1960.

Baca Juga: Prakiraan Cuaca untuk Wilayah Bandung Kamis 26 November: Siang Hujan Ringan

Dia meninggal pada umur 60 tahun. Dia yang lebih dikenal dengan sebutan Maradona adalah mantan pemain sepak bola legendaris Argentina.

Maradona menjadi pelatih timnas Argentina mulai November 2008 sampai Juli 2010.
Untuk Argentina Maradona tampil sebanyak 91 kali dan mencetak 34 gol. Maradona termasuk dalam deretan pemain sepak bola terbaik abad ini bersama dengan Pele, Johan Cruyff dan Christian Vieri.

Pada usia 10 tahun bakat sepak bolanya ditemukan oleh pemandu bakat klub Agentinos Juniors. 

Dua tahun kemudian dia menjadi maskot klub tersebut bernama Los Cebollitas (Bawang Kecil), yang mana dia bertugas untuk menghibur penonton dengan keterampilan sepak bolanya saat jeda pertandingan pada kompetisi divisi utama Argentina, Argentinos Juniors.

Baca Juga: Waduh, Arya Saloka Pemeran Aldebaran Jatuh Sakit di Lokasi Syuting Ikatan Cinta, Kenapa Ya?

Bakatnya tercium sampai ke Inggris saat klub Sheffield United mencoba mentransfernya seharga 180.000 poundsterling.

Proposal itu kemudian ditolak oleh Argentinos Juniors. Setahun kemudian, ia melakukan debut internasional bersama timnas Argentina.
Pada tahun 1981, ia dibeli klub Boca Juniors seharga 1 juta poundsterling di mana ia menjadi juara liga untuk pertama kalinya.

Setelah Piala Dunia FIFA 1982, Maradona kemudian ditransfer ke FC Barcelona dengan harga 5 juta pounsterling, yang merupakan rekor dunia pada saat itu.

Di sana bersama pelatih César Luis Menotti, Maradona memenangkan Copa del Rey, mengalahkan musuh bebuyutan FC Barcelona, Real Madrid, dan Piala Super Spanyol, mengalahkan Athletic de Bilbao.

Baca Juga: Menyusul EXO dan NCT, Kini Fans Bisa Ngobrol Langsung dengan STRAY KIDS dan 2PM via Dear.U Bubble

Kariernya di FC Barcelona mengalami beberapa kendala, pertama adalah ketika Maradona divonis mengidap penyakit hepatitis, kemudian cedera engkel yang parah akibat tekel keras oleh pemain Athletic de Bilbao, Andoni Goikoetxea di mana hampir mengakhiri kariernya dalam dunia sepak bola. Selain itu dia juga kerap bersitegang dengan Presidan klub Josep Lluís Núñez.

Maradona lalu ditransfer ke SSC Napoli pada tahun 1984 dan mencapai puncak kariernya dalam sepak bola di mana ia membawa tim tersebut menjadi juara Serie A untuk pertama kalinya dalam sejarah Napoli (1986/87 dan kemudian 1989/1990).

Dan menjadi runner up Serie A pada tahun 1987/88 dan 1988/89. Selain itu, ia juga membantu Napoli menjuarai Piala Italia pada tahun 1987.

Setahun kemudian (musim 88/89), Napoli mengalahkan Vfb Stuttgart untuk menjadi juara Piala UEFA.

Baca Juga: Terkuak! Ikut Rombongan saat Edhy Prabowo Ditangkap KPK, Ini Posisi Ngabalin di Kementerian KKP

Maradona juga menjadi pencetak gol terbanyak dalam Liga Italia Serie A dengan 15 gol. Maradona juga meraih penghargaan Guerin d'Oro sebagai pemain dengan rating terbaik menurut majalah Italia Guerin Sportivo.

Maradona juga tampil dalam acara testimoni untuk Osvaldo Ardilles dalam pertandingan antara Tottenham Hotspurs melawan Inter Milan di mana skor akhirnya 2-1 untuk kemenangan Spurs.

Dalam pertandingan itu Glenn Hoddle merelakan kaos nomor 10 miliknya untuk dipakai oleh Maradona. Namun dibalik kehebatannya tersebut, justru di Italia Maradona semakin terpuruk dalam dunia hitam.

Baca Juga: Berkaca-Kaca, Aldebaran Tak Kuasa Melihat Andin dan Mama Rosa Berpelukan di Ikatan Cinta Malam Ini

Kebiasaannya mengonsumsi kokain semakin memburuk dan berkali-kali di denda oleh kubnya karena tidak tampil dalam latihan maupun pertandingan dengan alasan stress.

Kariernya kemudian menurun setelah itu. Ia diduga menggunakan doping pada tahun 1991 dan dilarang bermain sepak bola selama 15 bulan.

Setelah bebas, ia melakukan comeback bersama Sevilla namun dipecat setahun kemudian.

Baca Juga: Soal Penangkapan Edhy Prabowo oleh KPK, Mahfud MD: Pemerintah Belum Tahu Perkara Apa, Tunggu Besok

Ia lalu kembali ke Argentina dan bermain bersama Newell's Old Boys selama 5 pertandingan sebelum lagi-lagi dilarang bermain selama 15 bulan karena kembali diketahui doping saat Piala Dunia 1994 berlangsung.

Setelah sempat menjadi pelatih bagi Deportivo Mandiyú (1994) dan Racing Club (1995) dan mencoba melanjutkan karier bermain bersama Boca Juniors antara tahun 1995 dan 1997, ia akhirnya pensiun pada 30 Oktober 1997. ***

Editor: Ahmad Taofik

Sumber: Berbagai Sumber

Tags

Terkini

Terpopuler