Apa Beda Domain dan Subdomain? Ini Penjelasan Selengkapnya

29 Juli 2022, 10:42 WIB
Ilustrasi perbedaan domain dan subdomain /kominfo

 

BAGIKAN BERITA - Alamat domain merupakan salah satu bagian penting yang dibutuhkan blogger maupun web developer ketika membuat sebuah website. Ada banyak peran dan fungsi domain yang bisa didapatkan, mulai dari memberikan identitas bagi website, hingga memudahkan pengunjung untuk mengakses isi konten tanpa perlu mengingat IP Address yang digunakan.

 

Dalam prakteknya, terdapat beberapa istilah asing yang digunakan untuk menyebut domain, seperti top level domain, addon domain, hingga subdomain. Namun pada kesempatan kali ini kita hanya akan membahas satu istilah saja, yakni apa itu subdomain dan perbedaannya dengan domain biasa. Penasaran seperti apa pembahasannya? Langsung saja berikut ulasan selengkapnya!

Apa itu Domain?

Secara umum, domain adalah sebutan yang digunakan untuk sebuah server website sehingga lebih mudah ketika ingin di akses via internet. Ibarat kata dalam proses pembangunan rumah, server atau web hosting adalah tanah yang sudah dikavling untuk mendirikan rumah, website adalah bangunan rumah, sementara nama domain .id beli di DomaiNesia adalah alamat dari rumah yang digunakan sebagai tempat tinggal.

 

Domain merupakan komponen website yang nilainya tidak bisa ditawar, pasalnya tanpa menggunakan nama domain user akan kerepotan untuk mengakses konten website karena harus mengingat dan mengetikkan serangkaian angka bernama IP Address, contohnya seperti ini: 109.019.878.2 atau 111.133.342.211.

 

Bagaimana? Sangat membingungkan bukan? Coba jika kamu bandingkan dengan nama domain seperti facebook.com atau twitter.com, tentu penggunaan nama domain jauh lebih sederhana untuk siapa saja yang ingin mengakses halaman media sosial tersebut.

Pengertian subdomain

Jika domain merupakan identitas bagi sebuah website yang bisa berdiri sendiri, maka subdomain bisa disebut sebagai turunan dari nama domain. Kita bisa menyebut bahwa subdomain adalah nama domain standar yang tidak bisa berdiri sendiri tanpa adanya domain utama. Jadi, eksistensi sebuah subdomain sangat bergantung pada ketersediaan nama domain utama yang digunakan.

 

Sebagai contoh, misalnya kamu sudah memiliki nama domain google.com, maka kamu bisa membuat subdomain dengan nama mail.google.com untuk kebutuhan email perusahaan atau drive.google.com untuk kebutuhan file sharing antar karyawan.

 

Baik email.google.com ataupun drive.google.com keduanya sama-sama subdomain yang tidak bisa dibuat tanpa adanya nama domain utama (google.com). Sekarang kamu sudah paham kan? Baca juga : apa itu reseller domain ?

Kapan saat yang tepat untuk menggunakan subdomain?

Penggunaan subdomain memang tidak sepopuler nama domain utama. Biasanya subdomain dimanfaatkan platform blogging untuk mengakomodir kebutuhan pembuatan website gratis tanpa harus membeli nama domain.

 

Terlepas dari itu, kapan sih waktu yang tepat untuk menggunakan subdomain? Apakah semua website bisnis perlu menggunakannya? Berikut jawaban yang bisa kamu jadikan sebagai pedoman.

1.Ketika website masih proses A/B testing

Sudah bukan rahasia lagi jika para blogger dan web developer kerap menggunakan metode A/B testing untuk kebutuhan optimasi user experience. A/B testing sendiri pada dasarnya merupakan cara alami untuk mengetahui selera dan kebutuhan user dari segi pengalaman pengguna (UI/UX) technical (kecepatan loading, responsiveness) hingga fungsional.

 

Ketika butuh menjalankan A/B Testing, kamu bisa memanfaatkan subdomain pada website utama untuk membuat dua buah versi baru yang bisa diakses secara bersamaan. Misalnya, kamu bisa membuat subdomain tes1.google.com dan tes2.google.com dimana masing-masing subdomain memiliki tampilan dan fitur berbeda.

 

Pada akhir pengujian, kamu bisa melihat statistik kedua website tersebut, kira-kira mana yang lebih cocok dan banyak disukai oleh para pengguna.

2.Membedakan tampilan berdasarkan device yang digunakan user

Berikutnya, subdomain juga kerap dimanfaatkan untuk membuat versi tampilan mobile dalam sebuah website. Seperti kita ketahui, sebagai perusahaan search engine terbesar di dunia, Google saat ini memiliki algoritma yang mengutamakan para pengguna mobile dibandingkan user desktop.

 

Hal ini sebenarnya bukan tanpa alasan, karena seperti kita ketahui jumlah pengguna smartphone saat ini sudah jauh melampaui pengguna laptop atau komputer desktop. Maka dari itu, pemilik website perlu membuat versi situs yang tampilannya lebih ramah, lebih cepat serta lebih responsif ketika dibuka via mobile.

 

Solusinya, kamu bisa membuat subdomain m.google.com atau mobile.google.com yang hanya akan ditampilkan ketika pengunjung mengakses website dengan perangkat mobile.

3.Ingin memisahkan data pengguna

Terakhir, kamu juga bisa memanfaatkan subdomain untuk kebutuhan pemisahan data atau topik sebuah website. Teknik ini biasa digunakan oleh website portal berita yang memiliki banyak kanal dan kategori sesuai tema yang ingin diangkat.

 

Misalnya, jika kita mampir ke website detik.com maka kamu akan menemukan subdomain travel.detik.com dimana isi kontennya mayoritas memuat artikel dan berita seputar wisata dan liburan. Sementara jika kita membuka halaman subdomain inet.detik.com maka topiknya sudah beda lagi karena sebagian besar membahas soal teknologi dan perkembangannya.

Perbedaan Domain dan Subdomain

Pada dasarnya, domain dan subdomain merupakan dua entitas yang berbeda dari segi fungsi. Domain menjadi alamat sebuah website yang bisa berdiri sendiri meskipun tanpa adanya subdomain. Di sisi lain, subdomain ibaratnya sebagai anak dari domain yang penggunaannya tidak bisa dilepaskan dari kehadiran domain utama.

Editor: Hendra Karunia

Terkini

Terpopuler