Sambut Hari Bumi, Inilah 5 Perilaku Peduli Bumi Ala Dosen Tiktok Ira Mirawati

22 April 2021, 15:56 WIB
Sambut Hari Bumi, Inilah 5 Perilaku Peduli Bumi Ala Dosen Tiktok Ira Mirawati /Tangkapan layar Tik tok Ira Mirawati/

BAGIKAN BERITA-Anda masih ingat tentang dosen TikTok yang viral berkat konten edukasinya yang kocak dan

seru? Ira Mirawati sang dosen TikTok, masuk dalam nominasi Best of Learning and
Education di TikTok Awards Indonesia 2020.

Dosen yang sempat merasa terlalu tua untuk
‘bermain’ TikTok ini sekarang memiliki lebih dari 560 ribu follower dengan total 8,4 juta like,
padahal belum sampai satu tahun ia aktif di platform media sosial ini.

Baca Juga: Jadwal Acara TV Indosiar Kamis 22 April 2021, Saksikan Piala Menpora 2021 Final Leg 1: Persija VS Persib

Menyambut Hari Bumi pada 22 April, Ira banyak membuat konten edukasi yang berkaitan dengan kepeduliannya pada bumi.

Misalnya, #Taugasih Kalian Bisa Bikin Konten
Cinta Hutan dan Skripsi Bertema Kelestarian Hutan.

Hal ini bukan tanpa alasan. Ira, yang lahir
dan dibesarkan di Kabupaten Bengkayang, Kalimantan Barat, memiliki kedekatan dengan alam.

Sekitar 500 meter di depan dan 500 meter di belakang rumahnya terdapat hutan, yang sering
kali menjadi tempatnya bermain, sekaligus tempat ibunya bekerja sebagai petani karet.

Baca Juga: Bocoran Ikatan Cinta Episode 246 Malam Ini: Aldebaran Galau, Mau Bawa Reyna Test DNA tapi Terhalang Andin

“Mau tidak mau, kita harus merawat bumi ini. Hayuklah kita sama-sama melakukannya.
Di mana pun kita tinggal, entah di kota, di dekat hutan, atau di dekat laut, kita bisa, kok,
berkontribusi. Langkah-langkah kecil kita akan membantu meminimalkan dampak perubahan
iklim,” kata Ira, yang saat ini merupakan Ketua Program Studi Manajemen Komunikasi, Fakultas
Ilmu Komunikasi, Universitas Padjadjaran, Bandung.

Manajer Program Hutan Itu Indonesia (HII), Christian Natalie yang akrab dengan sapaan
Tian, menyebutkan, kampanye dan edukasi tentang lingkungan hidup memang perlu
terus-menerus dilakukan.

Pandemi ini seperti mengingatkan bahwa kita harus berubah dan menerapkan gaya hidup ramah lingkungan.

Untuk menyasar generasi muda, kami mengamati, media sosial merupakan sarana edukasi yang paling mengena, Konten kreatif seperti yang dibuat oleh Ira akan membuat anak muda jadi lebih kepo soal isu lingkungan.

Lalu, bagaimana cara Ira dan Tian menunjukkan kepedulian mereka pada bumi? Ini jawabannya:
1. Going paperless
Ira menyadari, pandemi mendatangkan kebiasaan baru yang baik bagi kesehatan bumi. Salah satunya adalah pengurangan kertas yang signifikan.

Baca Juga: Isinya Bikin Nyesek, Chat Sule dan Putri Delina Ketahuan oleh Nathalie Holscher: Setidaknya Hargai Aku di Sini

“Tugas kuliah yang dulunya dikumpulkan
dalam bentuk hardcopy, sekarang dikirim softcopy saja. Begitu juga dengan skripsi.

Bayangkan, kalau satu skripsi tebalnya 250 halaman dan harus diberikan kepada 5 dosen, seorang mahasiswa akan menghabiskan hampir 3 rim kertas. Itu pun kalau skripsinya langsung jadi!

Kalau ada revisi, berarti makin banyak lagi kertas yang dipakai.

Bagusnya, selama pandemi jadino ngeprint ngeprint,” kata Ira, yang ingin sekali meneruskan gaya hidup paperless ini ketika nanti kondisi sudah kembali normal.

Baca Juga: Berkaitan Hilangnya KRI Nanggala-402, Politisi PKS Mardani Ali Sera Minta seluruh Alutsista Dievaluasi

Tian menanggapi, “Kita perlu memahami betul bahwa perilaku konsumtif kita akan kertas dan tisu bisa mengancam pelestarian hutan, karena Hutan Tanaman Industri (HTI) yang bisa ditanami untuk industri kertas dan bubur kertas terus meningkat.

Jika permintaan dari kita sebagai konsumen terus meningkat, berarti permintaan alih fungsi lahan hutan juga meningkat.

Maka, mengurangi konsumsi kertas dan tisu berarti juga menjaga pelestarian hutan alam kita.


2. Ikuti berbagai gerakan cinta lingkungan

Kesadaran Ira untuk berbuat sesuatu semakin besar ketika muncul berbagai gerakan yang
menganjurkan publik untuk mengubah gaya hidup demi melestarikan lingkungan, misalnya tidak pakai kantong plastik, serta hemat air dan listrik.

“Ini bentuk kontribusi saya untuk bumi, meski
tampaknya kecil. Saya sangat berharap generasi muda tidak apatis atau cuek terhadap ajakan
atau gerakan seperti itu. Kalau bukan kita, lalu siapa yang bisa melakukan perubahan ini? kata Ira, yang menjelang Hari Bumi akan membuat kuis berhadiah melalui akun TikTok-nya.

Baca Juga: Kapal Selam Nanggala-402 belum Ditemukan, TNI AL Dapat Bantuan Kapal penyelamat dari Singapura dan Malaysia

Tian menyebutkan, dari survei yang dilakukan HII pada 2017 terungkap bahwa sebetulnya 98,3% anak muda perkotaan tahu kondisi hutan sedang tidak baik-baik saja.

Pada 2020 survei Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (WALHI) mengungkap bahwa 89% warga muda aktif merasa khawatir tentang dampak krisis iklim.

“Ini membuktikan bahwa mereka
sebenarnya sudah aware soal isu lingkungan. Hanya saja, kesadaran itu belum ditambah
dengan pengetahuan yang memadai,” katanya.

Baca Juga: Waduh! Ditanya Feni Rose Biaya Pesta Mewah Pernikahan Atta dan Aurel, Thariq Halilintar: Enggak Balik Modal!

Dari konten TikTok terkait kelestarian hutan yang dibuatnya, Ira juga mendapatkan gambaran bahwa pengetahuan remaja tentang perubahan iklim masih perlu ditingkatkan.

Sebagai contoh, dari komentar-komentar mengenai perubahan iklim, masih banyak yang
mempersepsi bahwa perubahan iklim adalah perubahan cuaca.

Karena itu, ia mendorong mereka untuk lebih banyak melakukan riset tentang isu penting tersebut dan bergabung dengan
berbagai gerakan cinta lingkungan.

3. Bikin konten positif yang seru

Menyadari bahwa bumi ini perlu dijaga bareng-bareng, Ira pun mengajak anak muda untuk mulai peduli dan bergerak dengan cara membuat konten yang seru.

“Kalau sudah mengakses media sosial lebih dari tiga jam sehari, sudah saatnya kita berperan jadi creator. Tidak perlu pakai gadget yang canggih, kok. Yang penting, konsep kontennya harus dipikirkan dengan matang. Pastikan konten itu bermanfaat, bukan demi mengejar jumlah follower atau view. Nanti malah stres sendiri,” kata Ira, yang mendapatkan data bahwa mahasiswanya scroll di media sosial antara enam hingga delapan jam sehari.

Baca Juga: Selamat Jalan Untuk Selamanya, Artis Sinetron Dunia Terbalik Ryana Dea Kabarkan Duka Wafat Ayah Citra Kirana

Menurut Tian, isu lingkungan hidup cenderung masih lebih banyak dibahas oleh para
aktivis atau pegiat lingkungan saja.

Padahal lingkungan menjadi tempat tinggal kita semua.

“Karena itu, kreativitas dalam membuat konten menjadi sangat penting. Selama ini HII berusaha
mengaitkan isu lingkungan dengan keseharian anak muda, salah satunya lewat makanan.

Paling tidak, konten itu membukakan mata mereka.

Setelah tahu, diharapkan mereka jadi sadar
dan kemudian melakukan aksi,” kata Tian.

Di platform TikTok konten Ira sudah berkali-kali menunjukkan performa yang bagus dengan masuk dalam FYP (For Your Page).

Apa rahasianya? “Jangan takut punya ide yang
berbeda. Konten yang datar-datar saja tidak akan dilirik orang.

Baca Juga: Hidayat Nur Wahid Pertanyakan Peran BPIP dalam Kasus Kamus Sejarah Indonesia yang Diterbitkan Kemendikbud

Gunakan hashtag yang sedang
trending, karena sangat berpengaruh di TikTok dan Instagram, contohnya #UntukmuBumiku.

Ikuti pula momen peringatan hari besar, misalnya Hari Bumi, karena media sosial juga punya
concern tentang hari-hari besar seperti itu.

Jika memuat topik yang berkaitan dengan hari besar, ada kemungkinan konten kita dimunculkan di timeline orang-orang,” kata Ira, yang
menggunakan lagu-lagu yang sedang viral dalam konten TikTok-nya.

#UntukmuBumiku akan digemakan pada Hari Bumi, 22 April 2021, secara serentak oleh
banyak influencer berpengaruh, termasuk blogger, Youtuber, dan Tiktoker.

Baca Juga: Jadwal Lengkap Acara TV RCTI Kamis 22 April 2021, Nonton Bapau Asli Indonesia, Ikatan Cinta, Preman Pensiun 5

Penggunaan hashtag pada hari tersebut juga bisa dimanfaatkan oleh para content creator untuk membuat konten mereka berperforma bagus.

4. Memanfaatkan hasil hutan yang diperoleh dengan cara ramah lingkungan Hutan Indonesia menyimpan banyak bahan makanan dan bahan alami untuk keseharian kita.
F
“Misalnya, gula aren dan buah tengkawang yang bisa dijadikan body lotion. Saat membeli hasil
hutan, kita membantu meningkatka kesejahteraan produsen, yang merupakan masyarakat di sekitar hutan.

Selain itu, para produsen yang peduli akan hutannya sebagai tempat untuk mencari bahan baku produk akan menjaga hutan dengan cara tidak menebang pohon atau mengalihfungsikan hutan. HII mencoba mengumpulkannya di website kami https://hutanitu.id/pesonahutan, silakan dicek ada lebih dari 50 produk dan jasa ekowisata hasil hutan lestari seluruh Indonesia,” kata Tian.

Ira kecil, karena rumahnya bertetangga dengan hutan, kerap mencari berbagai hasil hutan, seperti daun pakis dan rebung untuk dijadikan sayur.

Ira juga sangat terbiasa bertemu binatang-binatang hutan, seperti monyet, biawak, kijang, kancil, burung hantu, ataupun ular.

5. Jalan kaki ketika lokasi tujuan terbilang dekat
Untuk menjangkau tempat yang jaraknya dekat, Ira lebih suka berjalan kaki, misalnya ke
minimarket atau warung.

Di antara rekan kerjanya pun ada budaya nebeng, agar tidak setiap orang membawa kendaraan. Ia kerap geregetan melihat orang yang sedikit-sedikit mengeluarkan motor, padahal jarak yang dijangkaunya dekat saja.

“Mahasiswa saya juga lebih memilih naik ojek atau odong-odong (sebutan untuk angkot yang beroperasi di sekitar kampus).

Padahal, mah, kalau jalan kaki hanya 10 menit dari gerbang utama. Saya dulu juga selalu jalan
kaki ke kampus.

Baca Juga: Divonis Mati dan Tidak Mengajukan Banding, 6 Teroris Pelaku Rusuh di Marko Brimob Terima Keputusan Hakim

Selain mengurangi polusi udara, bisa hemat juga, kan?” kata Ira, yang senang naik gunung, tapi kini tak lagi punya waktu.

Tian menambahkan, Kendaraan umum merupakan opsi yang lebih ramah lingkungan
daripada kendaraan pribadi.

Sebab, bahan bakar kita masih dibuat dari fosil. Permintaan akan fosil memungkinkan terjadinya alih fungsi lahan.

Hutan belantara bisa dijadikan tambang
batubara.

Baca Juga: Selamat Jalan untuk Selamanya, Aktor Rezky Adhitya Suami Citra Kirana Sampaikan Duka Meninggalnya Ayah Mertua

Selain itu, ketika kita mengurangi penggunaan kendaraan pribadi, udara jadi lebih bersih dan udara bersih itu sangat dibutuhkan oleh kita.

Dan, hutan merupakan ekosistem yang
sangat mendukung terciptanya udara bersih karena bisa menyerap karbon.***

Editor: Hendra Karunia

Tags

Terkini

Terpopuler