“Tugas kuliah yang dulunya dikumpulkan
dalam bentuk hardcopy, sekarang dikirim softcopy saja. Begitu juga dengan skripsi.
Bayangkan, kalau satu skripsi tebalnya 250 halaman dan harus diberikan kepada 5 dosen, seorang mahasiswa akan menghabiskan hampir 3 rim kertas. Itu pun kalau skripsinya langsung jadi!
Kalau ada revisi, berarti makin banyak lagi kertas yang dipakai.
Bagusnya, selama pandemi jadino ngeprint ngeprint,” kata Ira, yang ingin sekali meneruskan gaya hidup paperless ini ketika nanti kondisi sudah kembali normal.
Baca Juga: Berkaitan Hilangnya KRI Nanggala-402, Politisi PKS Mardani Ali Sera Minta seluruh Alutsista Dievaluasi
Tian menanggapi, “Kita perlu memahami betul bahwa perilaku konsumtif kita akan kertas dan tisu bisa mengancam pelestarian hutan, karena Hutan Tanaman Industri (HTI) yang bisa ditanami untuk industri kertas dan bubur kertas terus meningkat.
Jika permintaan dari kita sebagai konsumen terus meningkat, berarti permintaan alih fungsi lahan hutan juga meningkat.
Maka, mengurangi konsumsi kertas dan tisu berarti juga menjaga pelestarian hutan alam kita.
2. Ikuti berbagai gerakan cinta lingkungan
Kesadaran Ira untuk berbuat sesuatu semakin besar ketika muncul berbagai gerakan yang
menganjurkan publik untuk mengubah gaya hidup demi melestarikan lingkungan, misalnya tidak pakai kantong plastik, serta hemat air dan listrik.
“Ini bentuk kontribusi saya untuk bumi, meski
tampaknya kecil. Saya sangat berharap generasi muda tidak apatis atau cuek terhadap ajakan
atau gerakan seperti itu. Kalau bukan kita, lalu siapa yang bisa melakukan perubahan ini? kata Ira, yang menjelang Hari Bumi akan membuat kuis berhadiah melalui akun TikTok-nya.