Inilah 6 Tips Sukses agar Semangat ibadah Kita Tetap Stabil, Nomor 3 Paling Penting

1 Februari 2021, 05:00 WIB
Inilah 6 Tips Agar Semangat ibadah Kita Tetap Stabil, Nomor 3 yang Paling Penting /Pixabay/

BAGIKAN BERITA - Ibadah adalah perbuatan untuk menyatakan bakti kepada Allah, yang didasari ketaatan mengerjakan perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya.

Ibadah juga merupakan jembatan penghubung antara hamba dengan Rabbnya serta segala kasih sayang dan karunia yang ada pada-Nya.

Semakin kuat Ibadah dan kokoh jembatan tersebut, semakin terlimpah curah rahmat dan karunia Allah kepadanya dan itulah yang diinginkan oleh setiap orang yang beriman.

Baca Juga: Prakiraan Cuaca 1 Februari 2021: Hati-Hati Sedia Payung, Bandung akan Hujan dari Siang hingga Sore Hari

Karenanya, semangat ibadah harus senantiasa dipupuk dan dipelihara agar ibadah yang kita lakukan menjadi bagian dari kenikmatan tertinggi.

Berikut ini Tips agar semangat ibadah kita tetap stabil yang telah dirangkum redaksi Bagikan Berita dari berbagai sumber.

1. Harus Ikhlas.
Dalam agama Islam, ikhlas merupakan cara untuk mendapatkan ketenangan jiwa. Hanya seseorang yang memiliki iman kuat yang bisa berlaku ikhlas, karena itu sikap ini sangat mulia dan terpuji.

Baca Juga: Ketum PP Pemuda Muhammadiyah, Sunanto Minta Bareskrim Tangkap Abu Janda: Dia keliru Menafsirkan Islam!

Ikhlas adalah sikap menerima dengan lapang dada apapun yang sudah terjadi.
Ibadah yang dilakukan atas dasar keikhlasan akan membawa pada kenikmatan ruhiyah yang tidak dapat terkendala oleh keadaan fisik apapun.

Lebih dari itu, orang yang berlaku ikhlas tidak kecewa atas apapun yang terjadi setelah ia beribadah, bahkan ia tidak takut untuk mengambil resiko yang dapat merugikannya.

Sekali ia merasakan kenikmatan tersebut, maka ia akan semakin bersemangat beribadah, semakin dibuat rindu untuk senantiasa bersujud kepada-Nya, dan enggan untuk menjauh dari-Nya.

Baca Juga: UP DATE COVID-19 MInggu 31 Januari 2021: Sudah 29.998 Orang Meninggal Dunia di Indonesia, Hati-Hati!

2. Selalu berdoa
Dalam bahasa Arab, doa sering diterjemahkan dengan memanggil, meminta, atau mengajak. Lebih khususnya lagi, doa sering diartikan sebagai permohonan yang dipanjatkan oleh makhluk kepada Sang Pencipta atau dalam hal ini penulis menerjemahkannya sebagai curhat manusia kepada Allah.

Orang yang selalu berdoa kepada Allah menandakan bahwa ia adalah orang yang dekat dengan Allah dan Allah pun akan dekat bahkan mengabulkan doa hamba-Nya.

Sebaliknya, orang yang malas untuk berdoa kepada-Nya termasuk orang-orang yang sombong sedangkan Allah sangat membenci orang-orang sombong.

Baca Juga: Inilah Ungkapan Ivan Gunawan tentang Perubahan Ayu Ting Ting Setelah Menjalin Hubungan dengan Adit Jayusman

Dalam sebuah hadis, Rasulullah SAW bersabda, “Barangsiapa tidak (pernah) berdoa kepada Allah, maka Allah murka kepadanya.” (H.R. Muslim). Itulah mengapa kita dianjurkan untuk memperbanyak doa.

Selain itu, Doa adalah senjata orang beriman. Karena itu, sudah semestinya kita sering memohon kepada-Nya untuk mendapatkan bimbingan dan petunjuk-Nya. Kekuatan doa sangat luar biasa.

Bahkan, doa bisa mengubah takdir sebagaimana dijelaskan dalam keterangan berikut. “Tiada sesuatu yang dapat menolak takdir kecuali doa, dan tidak ada yang dapat menambah umur kecuali amal kebajikan. Sesungguhnya seorang diharamkan rezeki baginya disebabkan dosa yang diperbuatnya.” (H.R. At-Tirmidzi dan Al-Hakim).

Baca Juga: Marco Panari Adik Angela Gilsha Meninggal Dunia di Usia 23 Tahun, Dimakamkan di Bali Hari ini

3. Bergaul dengan lingkungan orang-orang shaleh

Rasulullah SAW juga mengajarkan kepada kita agar bersahabat dengan orang yang dapat memberikan kebaikan dan sering menasehati kita.

Para ulama pun bernasehat agar kita selalu dekat dengan orang shaleh. Oleh karenanya, jika orang-orang shaleh dahulu kurang semangat dan tidak tegar dalam ibadah, mereka pun mendatangi orang-orang shaleh lainnya.

Itulah pentingnya bergaul dengan orang-orang yang shaleh. Oleh karena itu, sangat penting sekali mencari lingkungan yang baik dan mencari sahabat atau teman dekat yang semangat dalam menjalankan perintah agama sehingga kita pun bisa meniru amal-amal kebaikannya.

Baca Juga: Inilah Pengusaha Wanita yang Akan Membeli Pulau Lantigiang Selayar: Suaminya Orang Bule!

Jika lingkungan atau teman kita adalah baik, maka ketika kita keliru, ada yang selalu menasehati dan menyemangati kepada kebaikan.

Nabi Ibrahim pernah berdoa, “Ya Tuhanku, berikanlah kepadaku hikmah dan masukkanlah aku ke dalam golongan orang-orang yang saleh.” (Q.S. Asy-Syu’ara [26]: 83).

Sangat penting doa ini dibaca di setiap waktu dan kesempatan karena lingkungan memiliki peranan yang sangat penting dalam membentuk karakter seseorang.

Baca Juga: Viral Pelajar Bawa Mobil Ngebut di Genangan Air hingga Menciprat ke Toko, Diserahkan Orangtuanya ke Polisi

Memang, bergaul dengan lingkungan yang shaleh, bukan berarti akan membuat kita terbebas dari dosa.

Namun, jika kita bergaul dengan lingkungan yang tidak shaleh, maka rintangan yang dihadapi akan jauh lebih berat.

4. Harsus bersungguh-sungguh atau serius dalam beramal.
Kesungguhan dalam beramal berarti bersungguh-sungguh dan serius dalam melakukan amal shaleh disertai kemampuan menyingkirkan segala aral melintang yang dapat mengganggu kesungguhan tersebut.

Baca Juga: Inspiratif! Inilah Cara Unik Shireen Sungkar Istri Teuku Wisnu dalam Menghadapi Anaknya Yang sedang Menangis

Tidak jarang, amal yang dilakukan seseorang bernilai sia-sia akibat lalai, berleha-leha, serta tidak memiliki motivasi yang jelas dalam beramal.

Kesungguhan beribadah akan mempersempit ruang gerak setan sehingga tidak ada kesempatan untuk menggelincirkan manusia dalam kesesatan.

Kepada orang yang ibadahnya disertai dengan mujahadah, Allah akan memberikan petunjuk ke jalan yang diridhoi-Nya.

Baca Juga: Kepolisan New York Menemukan Bom Rakitan di Rumah Pendukung Mantan Presiden Donald Trump: Gawat!

Firman Allah ,“Dan orang-orang yang bersungguh-sungguh untuk (mencari keridaan) Kami, benar-benar akan Kami tunjukkan kepada mereka jalan-jalan Kami. Dan sesungguhnya Allah benar-benar beserta orang-orang yang berbuat baik.” (Q.S. Al-’Ankabuut [29]: 69).

5. Introspeksi diri.
Mengintrospeksi diri adalah kewajiban setiap muslim yang ingin mencapai kebahagiaan hakiki di akherat kelak.

Seorang muslim yang selalu mengoreksi kesalahan dirinya di masa lalu, dia akan selalu mempertimbangkan hidupnya di masa yang akan datang sehingga kesalahan yang lalu tidak terulang. Allah berfirman.

Baca Juga: 9 Tips Menghindari Kemusyrikan dalam Kehidupan sehari-hari, Nomor 4 yang Paling Penting

"Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat), dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (Q.S. Al-Hasyr [59]: 18).

6. Memperbanyak dzikir dan tobat
Apabila iman sudah menyentuh relung hati yang paling dalam, niscaya penghayatan terhadap rasa ketuhanan akan mengisi buhul-buhul kehidupan dalam diri seorang mukmin.

Pemujaan terhadap egoisme dapat disingkirkan dengan meleburkan diri dalam ketaatan dan kepatuhan terhadap segala perintah Allah yang didasari kesadaran akan kehadiran-Nya.

Baca Juga: Inilah Reaksi Arya Saloka ketika Digodain Amanda Manopo dalam Acara TikTok Awards Indonesia 2020: Lucu!

Kesadaran seperti itulah yang dimaksud dengan dzikir.Dzikir, menurut penafsiran Al-Kalabazi adalah ingatan yang terus-menerus ada kepada Allah dalam hati serta menyebut namanya dengan lisan.

Zikir berfungsi sebagai alat kontrol bagi hati dan perbuatan agar jangan sampai menyimpang dari garis yang sudah ditetapkan oleh Allah.

Lebih dari itu, zikir akan mengantarkan seorang mukmin ke alam ketenangan batin, kestabilan jiwa, dan rasa kebahagiaan yang sebenarnya.

Baca Juga: Resmi Jadi Pasangan Suami Istri Ririn Ekawati dan Ibnu Jamil Membagikan Kebahagiaannya Via Instagram: Day One

Di dunia ini tidak ada manusia yang steril dari dosa. Artinya, semua orang pernah berbuat dosa. Yang membedakan kemudian adalah kadar dosa yang diperbuat, ada yang berbuat dosa kecil dan ada juga yang berbuat dosa besar.

Namun, Allah SWT adalah Tuhan yang Maha Pengampun, Maha Penyayang, dan Maha Penerima Taubat. Sebesar apa pun dosa dan kesalahan hamba-Nya, Allah pasti akan menerima tobatnya selama tobat itu dilakukan dengan sungguh-sungguh. ***

Editor: Ali Bakti

Sumber: Berbagai sumber

Tags

Terkini

Terpopuler