Inilah 4 Karakteristik Orang Takwa yang Berhak Mendapatkan Surga, Nomor 3 Paling Mulia

- 12 Februari 2021, 05:30 WIB
Inilah 4 Karakteristik Orang Takwa yang Berhak Mendapatkan Surga, Nomor 3 Paling Mulia
Inilah 4 Karakteristik Orang Takwa yang Berhak Mendapatkan Surga, Nomor 3 Paling Mulia /Pixabay/

BAGIKAN BERITA - Cita-cita setiap manusia yang paling utama adalah masuk surga. Ibnu Katsir dalam Tafsir Al-Qur’an al-‘Azhim menjelaskan, sesungguhnya manusia bisa menjadi mulia dengan takwa, bukan dilihat dari keturunan atau nasab.

Takwa adalah kunci meraih ridha Allah yang kemudian diwujudkan secara nyata dalam bentuk surga, lengkap dengan segala kenikmatan tiada tara.

Orang takwa berarti orang yang selalu berada di jalan Allah, baik dalam ibadah maupun amal saleh lainnya. Jalan yang mengantarkannya mendapatkan ridha Allah dan menuju surga-Nya.

Baca Juga: UP DATE COVID-19 Kamis 11 Februari 2021: Sudah 32.381 Orang Meninggal Dunia di Indonesia, Hati-Hati!

Sebagian mufasir menyatakan bahwa luas surga yang seluas langit dan bumi menunjukkan hamparan laksana permadani untuk menggambarkan keindahan surga yang tiada tara.

Maghfirah Allah yang berbalas surga disediakan untuk orang yang bertakwa. Ini berarti kunci awal meraih surga adalah takwa. Karakteristik orang bertakwa yang berhak mendapat imbalan surga adalah sebagai berikut:

1. Menginfakkan Harta di Kala Lapang Maupun Sempit
Penghuni surga menunaikan apa saja yang diperintahkan untuk diinfakkan, seperti zakat, sedekah, dan tidak lupa pula nafkah bagi keluarga mereka.

Baca Juga: Menjadi Pemain Termahal, Inilah Gaji yang akan Dibayar Chelsea Jika David Alaba Jadi Bergabung

Bukan hanya di waktu lapang (banyak harta), namun ketika mereka ditimpa dengan kesempitan, mereka tetap harus berinfak.

Memberi tidak melulu soal materi. Memberi adalah masalah hati. Bagi yang berhati kaya, memberi sangatlah mudah dilakukan, meskipun dirinya masih sangat memerlukan harta.

Sebaliknya, bagi yang bermental miskin, kekayaan sebesar apa pun hanya akan membuatnya merasa semakin miskin.

Baca Juga: Donald Trump Dilarang Menggunakan Twitter Secara Permanen, Meskipun Mencalonkan Lagi Menjadi Presiden AS

2. Menahan Amarah
Mengendalikan marah menunjukkan kualitas kecerdasan emosional yang menurut sebagian ahli ikut menentukan kesuksesan seseorang.

Seorang ahli bernama Daniel Goleman (1995) menetapkan bahwa kesuksesan 80% ditentukan oleh EQ. Al-Qur’an pun sudah sejak lama mengisyaratkan hal itu, salah satunya dengan perintah untuk mengendalikan marah.

Rasulullah SAW juga telah mengajarkan dan mencontohkan pentingnya kecerdasan emosional. Rasulullah merasa tidak perlu marah ketika seorang Yahudi tua meludahinya karena tahu dakwah secara lembut lebih efektif bagi Yahudi tua itu.

Baca Juga: Sambil Berlinang Air Mana, Kartika Putri Curhat Keluarganya Dihujat Usai Berseteru dengan Dokter Richard Lee

Sukses iman dan takwa diukur dari kemarahan karena kemarahan bisa menghilangkan objektivitas yang bisa menghancurkan sendi-sendi kehidupan, memutus tali silaturahmi, mengurai simpul ikatan ukhuwah, dan sebagainya.

3. Pemaaf
Memaafkan adalah meniadakan reaksi atau tindakan untuk membalas seseorang yang berlaku salah atau zalim. Bagi banyak orang, memaafkan dianggap kelemahan, ketakutan, dan menguntungkan orang lain.

Padahal, memaafkan itu justru menyelamatkan diri sendiri dan tidak membiarkan luka yang dibuat orang lain terus menggerogoti hati.

Baca Juga: Inilah 5 Tips agar Keimanan Kita Kuat Ketika Ditimpa Musibah, Nomor 3 Wajib Dilakukan Setiap Orang

Sebaliknya, membenci dan mendendam merupakan cikal bakal yang akan menghambat kesuksesan meraih ridho Allah dan sukses dalam hal lainnya.

Bagaimana tidak, pendendam akan menggunakan seluruh pikiran dan emosinya untuk mengikuti dendam dari rasa sakit hatinya, bukan fokus pada perbaikan hidup.

Orang yang tidak bisa memaafkan dan tetap dendam ibarat dirinya yang meminum racun, tetapi mengharapkan orang lain (orang yang membuatnya dendam) mati. Sungguh perbuatan yang sia-sia.

Baca Juga: Curhatan Zaskia Adya Mecca, Melihat Anaknya Demam untuk Pertama Kali: Patah Hati Rasanya!

4. Senantiasa beristighfar dan bertobat sambil menyadari kesalahan
Inilah karakteristik penduduk surga. Bila melakukan dosa, dia lantas mengingat Rabb-nya dan segera meminta ampun.

Syaikh Muhammad bin Shalih Al Utsaimin mengatakan bahwa terus-menerus melakukan dosa padahal dia tahu bahwa itu adalah perbuatan dosa akan menyebabkan dosa kecil menjadi besar.

Oleh karena itu, jangan anggap enteng dosa kecil, apalagi bila terus menerus dikerjakan Marilah bersama-sama berusaha meraih ridho Allah dengan semaksimal kemampuan dan kesempatan yang ada.

Baca Juga: Luar Biasa! Wabup Hengky Kurniawan Siapkan Kejutan Bagi 10 Orang Pasangan yang akan Menikah 21 Februari 2021

Perlu untuk kita ketahui, manakala Allah menyenangi seorang hamba karena ketakwaannya, maka seisi alam raya (termasuk manusia di sekitarnya) akan menyenanginya. ***

 

Editor: Ali Bakti

Sumber: Berbagai Sumber


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah