"Hati ana ini gemes-gemes, jujur gemesnya bukan main, gw ini pengen nyuarain orang untuk buka mata buka hati, gw pengen bilang sama seorang eh lu yang cinta sama IB lu yang katanya siap mati yang katanya siap berjuang sama IB," tuturnya.
"Lu yang katanya siap membela agama, mana para ulama-ulama yang lain, para kiai yang lain, para ustaz yang lain, para habaib yang lain yang memang punya power dalam masyarakat, mana tidak menyuarakan akan hal-hal seperti ini," katanya.
Ia heran kenapa orang-orang saat ini hanya bungkam padahal masyarakat telah disuguhkan dengan ketidakadilan yang diterima almarhum enam laskar FPI.
"Apa kurang enam orang pemuda dibantai mati di KM 50, apa itu kurang untuk membangkitkan semangat kalian, para habaib, para ulama, para aktivis yang lainnya," ungkapnya sebagaimana diberitakan Pikiran Rakyat Bekasi dalam Artikel berjudul Habib Reza: Mereka yang Paksa Habib Rizieq Akan Saya Paksa Juga di Hari Kiamat Masuk Neraka.
Untuk diketahui, menurut Pakar psikologi forensik Reza Indragiri Amriel, persidangan online yang terjadi selama pandemi Covid-19 berdampak terhadap psikologis terdakwa maupun majelis hakim.
Analisisnya tersebut diungkapkan usai penolakan Habib Rizieq untuk mengikut persidangan secara online beberapa waktu yang lalu.
Menurutnya, persidangan online bukan sekadar masalah format atau mekanisme penyelenggaraan semata.
"Ketika persidangan dilangsungkan secara virtual, ada sekian banyak dampak psikologis yang muncul. Sisi ini yang tampaknya vakum dalam cermatan lembaga dan sarjana hukum," ucap Reza.