PERANG, China Umumkan Kepada Negara Asean dan AS Yang Bersengketa Dengan Wilayah Beijing

15 September 2020, 13:29 WIB
Ilustrasi peperangan*/Pixabay.com /

BAGIKAN BERITA - Melalui Medianya The Global Times, Partai Komunis China (PKC) menyatakan siap perang melawan negara-negara ASEAN dan negara lain yang terlibat sengketa wilayah dengan Beijing.

Partai Komunis China (PKC) juga mengklaim akan memenangkan perang bagi negara Asean yang melawannya.

Tidak hanya di Asean bahkan jika Amerika Serikat (AS) pun melawan, dipastikan China akan memenangkannya.

Baca Juga: Vaksin Covid-19 Murah Banget, Harganya Adalah Segini

Retorika berbahaya diterbitkan 11 September atau menjelang latihan perang besar-besaran Amerika di Guam, pulau kecil di Pasifik yang jadi basis pesawat-pesawat pembom nuklir Amerika.

Latihan perang Amerika itu sudah dimulai 14 September dan akan berlangsung hingga 25 September mendatang.

Kapal induk bertenaga nuklir USS Ronald Reagan dan kapal serbu USS America bergabung dengan kapal perang amfibi USS New Orleans dan USS Germantown dalam latihan perang yang berpusat di fasilitas Angkatan Laut dan Angkatan Udara utama Guam.

Baca Juga: Yamaha X-Ride 125 Kini Hadir dengan 3 Warna Baru, Ini Harga Terbaru dan Spesifikasinya

Manuver militer besar-besaran yang diberi nama "Valiant Shield" ini juga melibatkan 100 pesawat dan sekitar 11.000 tentara.

Armada Pasifik AS dalam sebuah pernyataan mengatakan latihan perang Valiant Shield mencakup operasi darat, laut dan udara yang terkoordinasi di sekitar pulau Pasifik tengah dan meluas melalui rantai Pulau Marianas.

The Global Times, dalam editorialnya, mendesak rakyat China untuk bersiap menghadapi potensi perang.

Baca Juga: Odading Mang Oleh, Malaikat Jamal hingga Arya Wiguna dan Ikat Pinggang Hiburan Netizen Twitter

"Kami memiliki sengketa teritorial dengan beberapa negara tetangga yang dihasut oleh AS untuk menghadapi China," bunyi editorial tentang gerakan ekspansionis Beijing ke Himalaya, Laut China Selatan dan Laut China Timur.

“Oleh karena itu, masyarakat China harus memiliki keberanian nyata untuk terlibat dengan tenang dalam perang yang bertujuan untuk melindungi kepentingan inti, dan bersiap untuk menanggung akibatnya.”

Beijing sangat terlibat dalam serangkaian latihan militer yang luas di sekitar Taiwan dan Laut China Selatan.

Baca Juga: Cepat Daftar, BLT PKH Kemensos Rp500 Ribu Cair Bulan September, Ini Dia Cara dan Syarat Lengkapnya

Taiwan pada pekan lalu menuduh pesawat-pesawat jet tempur China melanggar wilayah udaranya dan menyoroti keberadaan kapal "milisi" yang dekat dengan klaim teritorialnya.

Bulan lalu, Beijing mengancam akan memperluas cakupan latihan perangnya hingga mencakup wilayah dekat Guam.

"Jika AS melangkah lebih jauh, Tentara Pembebasan Rakyat (PLA) China dapat mengambil lebih banyak tindakan balasan, termasuk latihan peluru kendali langsung di timur Pulau Taiwan dan dekat Guam," kata seorang pejabat senior Partai Komunis Chinabulan lalu.

Baca Juga: Restoran Keluarga Jin BTS Terancam Bangkrut Karena Pandemi Covid-19

Editorial The Global Times sesumbar bahwa Beijing akan menang jika perang benar-benar terjadi.

"Kami yakin bisa menang di medan perang jika terjadi konflik dengan pasukan tetangga yang memiliki sengketa teritorial dengan China,” bunyi editorial tersebut sebagai peringatan terhadap India, Jepang, Filipina, Malaysia, Vietnam dan negara lainnya.

Indonesia tidak terlibat sengketa wilayah di Laut China Selatan. Namun, Indonesia secara tidak langsung masih berseteru dengan China di sekitar perairan Natuna.

Baca Juga: Konser Top 6 LIDA 2020 Grup 1 Malam Ini di Indosiar Tidak Tayang, Diganti dengan Siaran Ulang

"Demikian pula, jika ada perang dengan AS di dekat perairan pesisir China, kami juga memiliki peluang bagus untuk menang," lanjut editorial tersebut.

Partai Komunis China bersikeras bahwa ketegangan internasional yang meluas ini bukanlah kesalahannya.

“Beberapa dari negara ini percaya bahwa dukungan AS memberi mereka kesempatan strategis dan mencoba memperlakukan China dengan keterlaluan,” imbuh editorial tersebut.

Baca Juga: Pangling, Ini Bocoran Rose BLACKPINK di Cover W Korea Edisi Oktober

“Tentu saja, bagaimanapun, perang tidak bisa dilakukan dengan santai, dan kita harus menang jika kita ingin berperang. Kemenangan semacam itu memiliki dua arti: Pertama, berarti mengalahkan lawan di medan perang; kedua, itu harus dibenarkan secara moral."

Tetapi editorial yang berbicara keras membuat satu konsesi utama, yakni Beijing berisiko terisolasi secara internasional.

"Jika kita menang di medan perang dengan mengorbankan moralitas internasional kita, kita mungkin keliru membantu AS membangun aliansi anti-China yang lebih menantang posisi strategis kita," lanjut editorial tersebut.

Baca Juga: Diduga Bunuh Diri, Pemeran Red Vacance Black Wedding, Oh In Hye Meninggal Dunia di Usia 36 Tahun

Palau, negara kecil di Kepulauan Pasifik, telah mendesak Amerika Serikat untuk membangun pangkalan militer di wilayahnya guna melawan pengaruh China di wilayah tersebut.

Menteri Pertahanan AS Mark Esper mengunjungi negara kecil itu pekan lalu. Dia menuduh Beijing melakukan aktivitas destabilisasi yang sedang berlangsung di Pasifik.

Presiden Palau Tommy Remengesau menyatakan 22.000 rakyatnya akan menyambut fasilitas militer AS selama mereka sering menggunakannya.

Baca Juga: HARI INI, Operasi Yustisi Mulai di Gelar di Kota Bandung, Ini Dia Jumlah Titiknya

"Permintaan Palau kepada militer AS tetap sederhana—bangun fasilitas penggunaan bersama, lalu datang dan gunakan secara teratur," katanya.

Remengesau juga meminta bantuan AS untuk berpatroli di cagar lautnya yang luas yang semakin menjadi sasaran penangkapan ikan ilegal internasional.

Palau, sebagai negara merdeka, tidak memiliki militer. Sejak Perang Dunia II, perjanjian Compact of Free Association telah memberikan tanggung jawab kepada AS untuk pertahanannya.

Baca Juga: BTS dan BLACKPINK Memuncaki Chart Billboard Global

“Hak militer AS untuk membangun situs pertahanan di Republik Palau kurang dimanfaatkan selama durasi Compact,” kata Remengesau.

Artikel ini telah tayang sebelumnya di Galamedianews.com dengan judul Umumkan di Media, China Nyatakan Siap Berperang Lawan Negara ASEAN Bahkan Amerika Serikat

Fasilitas radar AS yang baru sedang dibangun di rantai pulau yang ditempatkan secara strategis. Tetapi pekerjaan telah ditangguhkan karena pandemi Covid-19.

Pandemi global yang sebagian disalahkan atas ketidakstabilan Asia Tenggara yang meningkat secara dramatis juga berdampak pada Guam. Sekitar 1.900 kasus Covid-19 telah dilaporkan di sana.

Baca Juga: JK Rowling Menuai Kecaman Karena Novel Terbaru Bahas Transgender Tagar #RIPJKRowling Trending Twitte

Ini tidak termasuk 1.150 orang yang menderita Covid-19 dari kapal induk USS Theodore Roosevelt yang menghentikan operasinya pada bulan Maret dan berlabuh di Pangkalan Angkatan Laut Guam untuk melawan wabahnya.

Menurut media lokal, personel militer AS yang mengambil bagian dalam latihan perang besar-besaran di Guam mengalami pembatasan pergerakan. Tentara, pelaut, dan awak pesawat juga diharuskan mengambil bagian dalam karantina 14 hari sebelum dikirim ke Guam.

"Untuk mendukung acara latihan, anggota layanan hanya akan diizinkan untuk melakukan perjalanan antara kamar hotel yang ditentukan dan tempat tugas militer yang ditentukan di pangkalan," kata Armada Pasifik AS.

Baca Juga: Aktor Ade Firman Hakim Meninggal, Ini Ucapan Happy Salma dan Acha Septriasa yang Bikin Meleleh

Latihan Valiant Shield digelar setelah latihan perang Rim of the Pacific (RIMPAC) bulan lalu di lepas pantai Hawaii. Dalam latihan perang RIMPAC, 23 kapal perang dari 10 negara ambil bagian, termasuk kapal perusak Australia HMAS Hobart, fregat HMAS Stuart dan Arunta, dan kapal pemasok HMAS Sirius.

"Sangat penting bagi kami untuk menunjukkan kepada sekutu dan mitra kami komitmen kuat kami untuk Indo-Pasifik yang bebas dan terbuka," kata Laksamana Muda AS Michael Boyle dalam pernyataan untuk latihan Valiant Shield.

Latihan perang ini sudah kedelapan kalinya digelar sejak pertama kali dimulai tahun 2006. Terakhir digelar pada tahun 2018 lalu.***(Dicky Aditya/Galamedianews.com)

 

 

Editor: Yusuf Ariyanto

Sumber: Galamedianews

Tags

Terkini

Terpopuler