Mengenal 3 Model Rumah Tahan Gempa yang Dibutuhkan Saat Ini

24 Januari 2021, 20:24 WIB
Mengenal 3 Model Rumah Tahan Gempa yang Dibutuhkan Saat Ini /Pixabay/

BAGIKAN BERITA - Wilayah Indonesia terletak pada tiga lempengan gempa, yakni Eurasia, Indo-Australia, dan Pasifik.

Bila masing-masing lempeng tersebut bertumbukan, maka hal tersebut berpotensi menghasilkan gempa tektonik. Karenanya, Indonesia menjadi salah satu negara yang rawan terhadap gempa.

Selain menelan korban jiwa, salah satu dampak gempa adalah hancurnya rumah serta perkantoran.

Baca Juga: Inilah 5 Puasa Sunnah yang Mengantarkan Kita ke Surga, Nomor 3 yang Banyak Dilakukan Orang

Ketika terjadi gempa dan melihat ratusan bangungan (rumah maupun kantor) rata dengan tanah, kita baru sadar akan pentingnya konstruksi bangunan ramah gempa.

Ketika gempa dan tsunami melanda Aceh tahun 2004 lalu dan terbaru gempa di Majene yang terjadi pada Jumat 15 Januari 2021, sebagian besar rumah tradisional (berbahan kayu) masih tetap berdiri kokoh.

Hal ini membuktikan bahwa rumah tradisional dengan rangka dari kayu dan bambu, atapnya berupa ijuk, dinding terbuat dari gedek atau rajutan bilah bambu, merupakan konstruksi yang mampu bertahan dari goncangan gempa.

Baca Juga: Conor McGregor Vs Dustin Poirier: Meski Kalah TKO di Ronde Ke-2 McGregor dibayar 5 juta Dollar

Karenanya, tidak salah kiranya kita melirik kembali konstruksi rumah-rumah tradisional sebagai solusi kebutuhan rumah tahan gempa.

Jepang sebagai negara yang paling sering dilanda gempa, bahan dasar rumah yang terbuat dari kayu dan kertas menjadi pilihan terfavorit.

Dengan teknologi terbarunya, Jepang menciptakan rumah Barier yang berupa rumah bola nomaden yang memiliki banyak keistimewaan, seperti tahan gempa dan bisa mengapung di air.

Baca Juga: Nathalie Holscher Keguguran, Inilah Curhatan di Instagram Storynya: Mengharukan!

Rumah Barier ini terdiri dari tiga lapisan, lapisan tengahnya mampu mengalirkan udara masuk dan keluar.

Bagian sisi paling luar dibuat dari bahan urethane anti air, lapisan tengah adalah agregat (kerikil), dan lapisan dalamnya terbuat dari bahan kayu. Sela-sela kerikil pada lapisan tengah dimanfaatkan untuk mengalirkan udara.

Di Tanah Air, paling tidak kita mengenal tiga tipe rumah yang diharapkan mampu bertahan dari guncangan gempa yang dikembangkan oleh anak bangsa.

Baca Juga: Posisi Frank Lampard di Chelsea Diujung Tanduk, Brendan Rodgers Pengantinya?

Model Ditjen Cipta Karya
Model ini sangat konsern terhadap pembuatan fondasi yang kuat serta konstruksi tulang yang cermat.

Fondasi bangunan yang baik haruslah kokoh menyokong beban dan tahan terhadap perubahan termasuk getaran.

Penempatan fondasi harus memperhatikan kondisi bebatuan di dasar atau dibawahnya, dengan tidak mengenyampingkan faktor keseimbangan atau simetris.

Baca Juga: Subhanallah! Dikenal Sederhana, Inilah Sisa Tabungan Syekh Ali Jaber yang Tidak Pernah di Ungkap ke Publik

Hal lain yang perlu diperhatikan adalah mengenai tinggi bangunan. Tinggi bangunan sangat tergantung dari tulangan konstruksi.

Kekokohan bangunan bertingkat tidak hanya tergantung pada fondasinya, namun juga struktur tulang bangunan.

Pemaksaan (meningkatkan) bangunan tentu saja akan sangat membahayakan konstruksi serta penghuni rumah tersebut.

Baca Juga: Inilah 11 Rahasia Doa agar Dikabulkan Allah SWT, No 9 yang Paling Penting

Model KMNRT
Penerapan konsep tahan gempa yang lain dilakukan dengan cara membuat sambungan yang cukup kuat antara berbagai elemen bangunan serta pemilihan material dan pelaksanaan yang tepat.

Rumah yang dikembangkan Kantor Menteri Negara Riset dan Teknologi (KMNRT) tidak hanya mengacu kepada konsep desain tahan gempa saja, tetapi juga mencakup konsep pemanfaatan material setempat, budaya masyarakat dalam membangun rumah, serta aspek kemudahan pelaksanaan.

Pondasi menggunakan sistem pondasi batu kali menerus, hubungan antara sloof dengan pondasi dipergunakan angker setiap 0,5 meter.

Baca Juga: Inilah 6 Tips Sukses Bangun Malam Untuk Tahajud, Nomor Lima yang paling Penting

Hal ini dimaksudkan supaya ada keterikatan antara pondasi dengan sloof sehingga pada saat terjadi gempa, ikatan antara pondasi dengan sloof tidak lepas.

Dinding yang dipakai merupakan perpaduan antara penggunaan material kayu dan dinding yang terbuat dari batu bata.

Untuk menyatukan dinding dengan kolom maupun sloof, dipergunakan angker yang dipasang pada jarak 0,3 meter.

Baca Juga: Atta Halilintar Akan Nikahi Aurel Sebelum Ramadhan Tahun Ini, Sudah Diizinkan?

Untuk mengatasi adanya gaya horizontal akibat gempa, maka pada dinding di pasang pengikat silang sebagai pengaku.

Setiap bukaan yang cukup lebar seperti pintu dan jendela harus dipasang balok lintel. Dalam desain bangunan ini, balok lintel disatukan dengan kayu kusen bagian atas.

Pada kolom dipergunakan material kayu dengan ukuran yang ada di pasaran yaitu 2x5/10. Hal dimaksudkan untuk memudahkan masyarakat dalam mencontoh.

Baca Juga: Terpapar Covid-19 Doni Monardo: Hindari Makan Bersama! Hati-Hati

Untuk mengantisipasi gaya geser akibat gempa, maka pada ujung bawah kolom dipasang plat berbentuk U yang ditanam dalam adukan beton sloof.

Dudukan kuda-kuda bisa menggunakan material kayu dengan atap terbuat dari seng. Metode sambungan yang dipergunakan sangat sederhana, hal ini juga untuk memudahkan masyarakat dalam mencontoh.

Untuk memperkuat hubungan antara batang dan menjaga stabilitasnya, maka hubungan antara batang membentuk segitiga.

Baca Juga: Luis Suarez Butuh Empat Gol Lagi Untuk Naik Gaji: Pasti Bisa!

Hubungan antara kuda-kuda yang satu dengan kuda-kuda lainnya menggunakan batang pengaku dan batang pengaku di badan bangunan yang biasa disebut dengan batang lintel.

Model Balok Beton Fleksibel

Untuk membuat rumah tahan gempa adalah dengan membuat balok beton fleksibel. Balok beton fleksibel tidak menyatu dengan lapisan dinding, tetapi hanya dihubungkan dengan pelat baja.

Ketika terjadi gempa, struktur balok beton fleksibel dibebaskan bergerak. Namun, lapisan dinding dipertahankan agar tidak bergerak supaya terhindar dari keretakan.

Baca Juga: Pulang dari Sulbar dan Kalsel Ketua Satgas COVID-19 Doni Monardo Terpapar Virus Corona

Pada prinsipnya, bangunan atau rumah tahan gempa ini menggunakan material yang ringan tetapi kuat. Logikanya, ketika terpaksa harus runtuh akibat gempa, struktur bangunan dari material ringan tersebut tidak akan sampai merenggut korban jiwa.

Tentu saja, kita semua berdoa agar gempa yang memakan ratusan korban jiwa tidak lagi melanda negri ini.

Namun demikian, ketika gempa tidak dapat dihindari di negeri yang berpotensi terjadi gempa, berbagai tindak preventif harus kita siapkan termasuk diantaranya pembangunan rumah tahan gempa.

Baca Juga: Inilah 5 Tanda Kiamat yang Harus Diketahui Banyak Orang: Waspadalah!

Terlebih di daerah yang diindikasikan memiliki tingkat kekhawatiran terhadap gempa dengan skala tinggi, pembuatan rumah tahan gempa menjadi sebuah keharusan.***

Editor: Ali Bakti

Sumber: Berbagai Sumber

Tags

Terkini

Terpopuler