BAGIKAN BERITA - Para pengunjuk rasa pro demokrasi gelar aksi menyalakan lilin di malam hari bentuk solidaritas dan simpatik terhadap korban meninggal dunia di distrik ibukota komersial Yangon dan Thaton di negara bagian Mon Myanmar.
Diinformasikan dari staf yang berjaga-jaga di upacara pemakaman di Mandalay, bahwa hari Selasa telah meninggal dunia gadis berusia tujuh tahun akibat luka tembak pada saat kerusuhan terjadi, korban gadis kecil ini merupakan yang termuda semenjak 1 Februari 2021.
Dari penuturan saudara perempuan kepada media lokal mengatakan bahwa, tentara menembak ayahnya, namun malah memukul gadis tak berdosa yang dipangku oleh ayahnya di dalam rumah mereka, sedangkan dua pria lainnya juga tewas di distrik tersebut.
Baca Juga: Ikatan Cinta Rabu 24 Maret 2021: Aldebaran Punya Bukti Kuat Bahwa Andin Bukanlah Pembunuh Roy
Atas kejadian berdarah tersebut, pihak militer tak mengomentari dan peka terhadap insiden tersebut, aktivis pro demokrasi ingin merubah taktik serta bersiasat untuk mengadakan pemogokan massal secara diam-diam pada hari Rabu ini.
“Tidak ada jalan keluar, tidak ada toko, tidak ada pekerjaan. Semua ditutup. Hanya untuk satu hari, ”ucap Nobel Aung, seorang ilustrator dan aktivis dikutip Bagikanberita.com dari Reuters.com.
Unggahan seruan di media sosial telah menunjukan berbagai bisnis mulai dari ride hailers hingga apotek direncanakan akan mulai ditutup, ini merupakan bentuk protes mereka.
Kekejaman dan kekerasan yang dilancarkan Junta memaksanya harus hadapi kecaman dari dunia internasional, akibat melakukan kudeta yang menghentikan perlambatan ekonomi dan lain sebagainya di negara Myanmar.