Minta Dipindahkan Karena Tidak Layak untuk Kehidupan, Ribuan Pengungsi Rohingya Protes kepada Pejabat UNHCR

- 1 Juni 2021, 07:51 WIB
Minta Dipindahkan Karena Tidak Layak untuk Kehidupan, Ribuan Pengungsi Rohingya Protes kepada Pejabat UNHCR
Minta Dipindahkan Karena Tidak Layak untuk Kehidupan, Ribuan Pengungsi Rohingya Protes kepada Pejabat UNHCR /instagram.com/rohingya/

BAGIKAN BERITA - Bertepatan dengan kedatangan pejabat badan pengungsi Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNHCR), ribuan pengungsi Rohingya melakukan protes keras atas kondisi tempat pengungsian yang sangat tidak layak.

Seperti diketahui kondisi tempat pengungsian Rohingya berada di sebuah pulau rawan topan di lepas pantai wilayah Cox's Bazar Bangladesh.

Seperti diberitakan AFP Selasa 1 Juni 2021, kondisi pengungsi Rohingya korban kekerasan militer Myanmar ini, hidup dalam kondisi yang mengenaskan, mereka harus hidup dalam kondisi kumuh dan sempit serta bersiap-siap menghadapi bencana seperti topan yang kerap melanda pulau tersebut.

Baca Juga: Keterisian Rumah Sakit Meningkat, Ridwan Kamil: Ini Imbas Libur dan Mudik yang Bocor

Menurut kepala kepolisian setempat Alamgir Hossain mengatakan bahwa para pengungsi Rohingya yang berada di pulau tersebut ingin dipindahkan, mereka ingin bertemu dengan perwakilan UNHCR.

"Mereka memecahkan kaca di gudang dengan melempar batu. Mereka mendatangi polisi. Tuntutan mereka adalah mereka tidak ingin tinggal di sini," ujar Alamgir Hossain.

Untuk mencegah hal yang tidak diinginkan, pihak kepolisian Bangladesh melakukan barikade untuk mereka memasuki gedung tempat petugas UNHCR berada.

Baca Juga: Sadar Tak Punya Partai untuk Pilpres 2024, Ridwan Kamil Kedepankan Politik Tahu Diri

Polisi juga melakukan pembubaran paksa kepada para pengunjuk rasa dengan menggunakan tongkat dan akibatnya beberapa pengunjuk rasa terluka.

Setelah mengunjungi lokasi pengungsi Rohingnya, para pejabat UNHCR itu kembali ke Dhaka untuk bertemu dengan pejabat senior pemerintah Bangladesh dan membahas jalan terbaik bagi para pengungsi Rohingya.

Seperti diketahui pada masa pemerintahan Aung San Suu Kyi, Myanmar terus menjadi sorotan dunia setelah krisis kemanusiaan yang menargetkan etnis Rohingya dan minoritas Muslim lainnya di Rakhine pada pertengahan 2017 lalu.

Baca Juga: Perdana Menteri Terlama Israel Benjamin Netanyahu Terancam Lengser Setelah Oposisi Sepakat Koalisi

Krisis kemanusiaan itu dipicu oleh operasi militer Myanmar yang ingin meringkus kelompok teroris pelaku penyerangan sejumlah pos keamanan di Rakhine.

Alih-alih menangkap teroris, militer Myanmar disebut malah mengusir, membunuh, hingga memperkosa warga Rohingya di Rakhine. Sejak itu, gelombang pengungsi Rohingya ke perbatasan Bangladesh terus meningkat.

Hingga kini diperkirakan masih ada 1 juta etnis Rohingya yang tinggal di kamp-kamp pengungsian di perbatasan Bangladesh seperti Cox's Bazar.

Baca Juga: Inilah 7 Poin yang Membuat Larissa Chou Menggugat Cerai Suaminya Muhammad Alvin Faiz

Ketua misi pencari fakta PBB di Myanmar, Marzuki Darusman, memperingatkan bahwa "ada risiko serius genosida berulang" di Rakhine pada Oktober lalu.

Laporan terbarunya pada September lalu juga memaparkan bahwa Myanmar bertanggung jawab dalam forum hukum internasional atas dugaan genosida.***

Editor: Ali Bakti

Sumber: AFP


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x