Tank Tentara Zionis Israel Blokade RS Al Shifa di Gaza, Pasien Terjebak di Dalamnya

- 13 November 2023, 22:04 WIB
Kebiadaban Zionis 'Israel' terus berlanjut! Listrik mati, pasien RS al Shifa menjalani operasi tanpa anestesi
Kebiadaban Zionis 'Israel' terus berlanjut! Listrik mati, pasien RS al Shifa menjalani operasi tanpa anestesi /X.com/@fnaim65

BAGIKAN BERITA- Rumah Sakit Al Shifa di Gaza Palestina dikepung oleh tentara zioniss Israel melalui blokade tank-tank dengan persenjataan lengkap.

Aibat dari blokade tentara zionis Israel, menurut petugas medis Rumah Sakit Al Shifa di Gaza Palestina banyak para bayi yang baru lahir meninggal dunia karena kekurangan oksigen karena tidak ada pasokan listrik.


Rumah Sakit Al Shifa di Gaza Palestina tersebut menjadi target utama pasukan Zionis Israel untuk menguasai separuh wilayah utara Jalur Gaza.

Baca Juga: RS Indonesia di Gaza Lumpuh, Jumlah Pasien Kematian Meningkat Drastis

Juru bicara Kementerian Kesehatan Gaza Ashraf Al Qidra, yang berada di dalam RS tersebut, menjelaskan 32 pasien meninggal dalam tiga hari terakhir, termasuk tiga bayi yang baru lahir, akibat pemadaman listrik dan pengepungan.

Saat ini masih ada 650 pasien masih berada di RS Al Shifa Gaza Palestina masih menunggu untuk dievakuasi ke RS lain oleh Palang Merah atau lembaga netral lainnya.

Tentara Zionis Israel mengklaim rumah sakit Al Shifa tersebut berada di atas terowongan para pejuang Hamas, yang menggunakan pasien sebagai tameng. Tuduhan tersebut dibantah oleh kelompok perlawanan Palestina itu.

"Tank-tank berada di depan RS. Kami diblokade penuh. Ini daerah sipil sepenuhnya. Hanya ada fasilitas kesehatan, pasien, dokter, dan warga sipil lain yang tinggal di RS. Ini harus dihentikan," kata seorang ahli bedah Al Shifa, Dr Ahmed El Mokhallalati, lewat telepon.

Baca Juga: Israel Bombardir Sekolah PBB Tempat Warga Palestina Tinggal di Gaza

"Mereka membombardir tangki-tangki (air), mereka membombardir sumur-sumur, mereka membombardir pompa oksigen juga. Mereka membombardir segalanya di RS,"ujarnya.

"Jadi, kami hampir tidak bisa bertahan. Kami katakan, RS bukan lagi tempat yang aman untuk merawat pasien. Kami membahayakan pasien jika tetap membiarkan mereka di sini."

Israel melancarkan perang bulan lalu terhadap Hamas, setelah kelompok perlawanan Palestina itu menyusup dan menyerang Israel selatan. Sekitar 1.200 orang tewas dan 240 orang disandera di Gaza, menurut Israel.

Sedangkan, pihak Palestina mengungkapkan lebih dari 11.000 warga sipil, 40 persen di antaranya anak-anak, tewas dan lebih dari separuh penduduk Gaza kehilangan tempat tinggal akibat serangan tanpa henti yang dilakukan oleh tentara Zionis Israel.

Sejak pasukan darat Israel memasuki Gaza pada akhir Oktober dan mengepung Kota Gaza, pertempuran terkonsentrasi di kawasan sekitar Al Shifa, rumah sakit terbesar di wilayah kantung Palestina itu.

Qidra, sang jubir Kemenkes Gaza, mengungkapkan tank Israel kini berjaga di gerbang RS Al Shifa.

Sementara itu Penembak jitu dan pesawat nirawak Israel menembaki rumah sakit, sehingga petugas medis dan pasien tidak bisa berbuat apa-apa.

"Kami dikepung dan berada dalam lingkaran kematian,"ujarnya.

Israel memerintahkan warga sipil untuk meninggalkan RS itu dan meminta petugas medis memindahkan pasien ke tempat lain.

Israel mengaku telah berusaha mengungsikan bayi-bayi baru lahir dari ruang inkubator dan menawarkan 300 liter bahan bakar untuk menyalakan generator darurat di pintu masuk Al Shifa, tetapi tawaran tersebut ditolak oleh Hamas.

Qidra mengatakan 300 liter itu hanya akan cukup untuk menyalakan listrik setengah jam, sedangkan Al Shifa membutuhkan 8.000-10.000 liter bahan bakar per hari yang dikirim oleh Palang Merah atau lembaga internasional.

Namun, seorang pejabat Israel mengatakan 300 liter bisa bertahan beberapa jam karena hanya ruang gawat darurat yang beroperasi.

Sang ahli bedah, Dr El Mokhallalati, mengatakan bayi-bayi prematur yang biasanya dirawat di inkubator terpisah sekarang dibaringkan delapan orang dalam satu ranjang. Mereka dihangatkan dengan daya listrik yang tersisa.

Setelah tiga bayi meninggal, masih ada 36 bayi yang dirawat di bangsal kelahiran, katanya.

"Kami menduga akan kehilangan lebih banyak bayi setiap hari,"ujarnya.

Rumah sakit besar kedua di Gaza utara, Al Quds, juga telah berhenti beroperasi.

Bulan Sabit Merah Palestina mengatakan RS itu dikelilingi oleh pertempuran sengit, sehingga konvoi kendaraan Palang Merah untuk mengevakuasi pasien dan staf medis tidak bisa menjangkaunya.

Badan-badan PBB mengheningkan cipta satu menit pada Senin bagi 101 staf yang telah tewas di Gaza, angka terbanyak sejak PBB didirikan usai Perang Dunia Kedua.

Organisasi internasional itu telah menjalankan operasi kemanusiaan selama beberapa generasi di Gaza, yang sebagian besar penduduknya adalah pengungsi.

Dunia Terbelah

Seperti diketahhui Konflik yang telah berlangsung selama lebih dari sebulan ini telah membuat dunia terpecah. Banyak negara mengatakan serangan Hamas ke Israel tidak berarti bahwa serangan balasan Israel, yang telah membunuh begitu banyak warga sipil di Gaza yang padat penduduk, bisa dibenarkan.

Israel, yang mengaku akan menghancurkan Hamas, menolak gencatan senjata dengan dalih bahwa hal itu akan memberi Hamas kesempatan untuk menghimpun kekuatan. AS mendukung sikap Israel tersebut meski mengatakan tetap mendorong sekutunya itu untuk melindungi warga sipil.

"Amerika Serikat tidak ingin melihat pertempuran di rumah sakit di mana orang-orang tak berdosa, pasien yang dirawat, terjebak dalam baku tembak, dan kami telah berdiskusi aktif dengan Pasukan Pertahanan Israel tentang hal ini," kata Penasihat Keamanan Nasional Gedung Putih, Jake Sullivan, kepada CBS News.

Ratusan ribu warga sipil diyakini masih berada di Gaza utara meski ada perintah dari Israel untuk meninggalkan wilayah itu.

Israel juga terus membombardir Gaza selatan. Pejabat kesehatan di sana mengatakan sedikitnya 14 orang tewas dalam dua serangan terpisah di Kota Khan Younis. Di RS Nasser, orang-orang membawa para korban, termasuk anak-anak, dengan kendaraan pribadi.

"Banyak mayat di bawah reruntuhan, kami perlu ambulans," teriak seorang pria.

Konflik Israel-Palestina ini dikhawatirkan akan meluas ke luar Gaza. Hizbullah yang berbasis di Lebanon telah terlibat pertempuran dengan Israel. Kelompok itu dilaporkan telah meluncurkan setidaknya 40 serangan pesawat nirawak dan roket terhadap pasukan AS.***

Editor: Hendra Karunia

Sumber: ANTARA


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah