BAGIKAN BERITA - Ribuan penentang pemerintahan militer di negara Myanmar yang berbaris di kota Natmauk, sebuah kota kelahiran dari pahlawan nasional Aung San, melawan tindakan kekerasan oleh pasukan keamanan, pada Kamis 18 Maret 2021.
Salah satu kelompok mengatakan, Kerusuhan dan demonstrasi terjadi di kota-kota lainnya di negara Myanmar, kerusuhan ini juga menewaskan pasukan keamanan berjumlah tiga orang.
Pihak berwenang pun mengurangi penggunaan lebih lanjut terkait layanan internet di Myanmar, tentunya ini sangat menghambat para pengunjuk rasa untuk berorganisasi.
Akibat hal itu negara Myanmar pun semakin terisolasi dan Uni Eropa bersiap menjatuhkan sanksi pada militer atas kudeta 1 Februari yang sudah melengserkan pemerintahan terpilih Aung San Suu Kyi dan putri Aung San.
Kejamnya mereka, pasukan keamanan sudah menggunakan taktik dan strategi kekerasan yang semakin menjadi-jadi upaya menekan demonstraai yang terus menerus setiap hari di Myanmar.
Kelompok aktivis Asosiasi Bantuan untuk tahanan politik mengungkapkan bahwa jumlah total korban meninggal dunia dalam kerusuhan selama berminggu-minggu meningkat tajam sebanyak 224 korban jiwa. Sedangkan 2.258 orang telah ditangkap, didakwa dan dijatuhi hukuman.
Pakar hak asasi manusia Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) di kota Jenewa, mereka sangat mengecam atas penggusuran paksa, penahanan semena-mena, serta pembunuhan para pengunjuk rasa yang mendukung demokrasi. PBB mengatakan pemerintah asing mesti mempertimbangkan untuk mengejar mereka yang harus bertanggung jawab atas kejahatan terhadap manusia.