Namun pemilihan tersebut dituduh oleh kalangan militer sebagai pemilihan yang penuh kecurangan, meskipun sempat dibantah oleh komisi pemilihan setempat, namun pada Senin 1 Februari 2021 lalu, Aung San Suu Kyi tetap dikudeta oleh junta militer.
Menurut kelompok pemantau lokal, lebih dari 900 orang tewas terkait tindakan kekerasan berdarah yang menentang kepemimpinan junta.
Selain itu, penyebaran virus COVID-19 semakin memperparah kondisi Myanmar, dengan banyak rumah sakit kosong lantaran para tenaga medis melawan junta.
Bank Dunia memprediksi perekonomian Myanmar akan turun 18 persen tahun 2021 ini akibat kerusuhan yang dipicu kudeta dan penyebaran virus Corona.***