Jika ditempuh dari pusat Kabupaten Klaten, jaraknya lebih kurang 20 kilometer, dengan waktu tempuh sekitar satu jam. Ini karena, kondisi jalan yang dilalui acapkali berpapasan dengan truk pengangkut pasir. Hal itu, memengaruhi pada kondisi jalan yang tidak rata.
Bekerja serabutan, rumah pria beranak dua ini sangat sederhana. Bersama istrinya Waginem, total ada enam orang, berikut anak mantu dan cucu dari anak pertamanya, yang mendiami rumah sekira 7x10 meter itu.
Dinding rumah Sutarno terbuat dari anyaman bambu. Sementara lantainya masih tanah. Di rumahnya, tidak ada ranjang. Yang adalah adalah lincak (bangku besar anyaman bambu) yang diberi alas untuk tidur.
Baca Juga: Ternyata, DPC Demokrat Kabupaten Bandung Tak Tahu Dina Lorenza Disandingkan Gu Gun
Di belakang, ada dapur sederhana berikut tungku untuk memasak. Sutarno berencana untuk membangun rumahnya menggunakan batako.
"Niki mangkih kulo pindah samping. La griya kulo niki, kulo kanggekaken menda. (Rumah saya yang baru nanti di pekarangan sebelah rumah. Rumah lama saya untuk beternak)," paparnya.
Tidak hanya bantuan material, namun juga uang sebesar Rp 12 juta dari Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS) Jateng, diterima langsung oleh Sutarno, Ngatiyem dan Darmo Suwito. Ketiganya warga Dusun Girpasang, yang rumahnya masih sangat sederhana berlantai tanah, berdinding bambu.
Baca Juga: Resmi, Nasdem Usung Hendy - Balya di Pilkada Jember
Ia mengaku untuk membangun rumah, ia telah mengumpulkan dana sekitar Rp 40 juta. Dengan bantuan itu, ia merasa terbantu karena dapat mengurangi bebannya.
"Maturnuwun Pak Ganjar bantuannya cepet. Niki badhe kulo damel griya. Sebab kulo tiyang bodo, nek nyelewengake ndak kenging jebak. (Terimakasih bantuannya cepat. Bantuan ini akan saya buat membangun rumah. Saya orang bodoh, jadi tidak berani macam-macam. Uangnya ya saya gunakan bikin rumah. Nanti takutnya kena salah)," ungkap Sutarno.