Maraknya Hoaks Covid, Prodi Sains Komunikasi adakan Webinar Literasi Media

- 17 Agustus 2021, 16:00 WIB
Maraknya Hoaks Covid, Prodi Sains Komunikasi adakan Webinar Literasi Media
Maraknya Hoaks Covid, Prodi Sains Komunikasi adakan Webinar Literasi Media /Dok. Unsera/

BAGIKAN BERITA-Prodi Sains Komunikasi Fisipkum Unsera pada Kamis 12 Agustus 2021 mengadakan Webinar dengan tema Antisipasi Hoaks Pada Masa Pandemi Covid-19.

Webinar dibuka Rektor Unsera Hamdan, menghadirkan pembicara Freddy Tulung Penggiat Bidang Informasi dan Komunikasi Publik, Kunto Adi Wibowo akademisi Unpad, dan Indirianti Azhar Firdausi Kepala Program studi Sains Komunikasi Fisipkum Unsera. Webinar diikuti 190 peserta dari berbagai perguruan tinggi.

Rektor Unsera Hamdan dalam pembukaan webinar mengatakan perkembangan teknologi telah melahirkan tsunami informasi, yang cenderung lebih banyak bersifat berita hoaks.

Baca Juga: Ditjen Perbendaharaan Adakan Lomba Menulis, Ini Tema, Ketentuan dan Hadiahnya

“Karena itu, siapa pun saat menerima informasi harus melakukan tiga hal, membaca berita dengan benar, meneliti berita apakah benar atau bohong, dan hanya menyebarkan berita benar,” kata Hamdan.

Indrianti Azhar Firdausi Kaprodi Sains Komunikasi Unsera menilai maraknya hoaks merupakan gambaran, belum kuatnya ekosistem arus infomasi di tanah air.

Pada titik ini, perguruan tinggi perlu meningkatkan dan memperkuat kapasitas sivitas akademika, seperti dosen, pustakawan, dan mahasiswa untuk berpartisipasi aktif sebagai produsen konten positif di ruang-ruang publik media.

Baca Juga: Hore, Bantuan Kuota Data Internet dan UKT 2021 Akan Diberikan Kembali, Ini Waktu dan Sasaran Bantuannya

“Literasi media menjadi penting sebagai upaya memberikan kesadaran kritis bagi masyarakat ketika berhadapan dengan media. Kesadaran kritis menjadi kata kunci bagi gerakan literasi media, agar masyarakat tidak menelan begitu saja setiap informasi yang diterima,” tambah Indri.

Lebih lanjut Indri mengatakan, pesan-pesan media sebenarnya merupakan hasil konstruksi dari jurnalis, meskipun di mata khalayak nampak natural.

Pesan media dikonstruksikan dengan cara-caranya sendiri oleh jurnalis dengan menggunakan bahasa kreatif.

Maka, nilai-nilai yang terkandung dalam media mainstreem cenderung membentuk opini, kemudian menguatkan nilai-nilai yang ada di dalam masyarakat.

Baca Juga: Bantuan Kuota Data Internet dan UKT 2021 Akan Disalurkan Kembali, Kapan dan Berapa? Ini Lebih Jelasnya

“Masyarakat perlu mengetahui, kebanyakan pesan media dikonstruksikan untuk memeroleh kekuasaan. Maka, dengan memahami konten, bahasa, bunyi dan visual suatu pesan, masyarakat dapat menghindari diri untuk tidak terpengaruh atas berita yang dimanipulasi, “ kata Indri.

Data Kominfo menyebutkan ada 8.737 berita hoaks pada kurun waktu 2018 hingga Juli 2021.

Dari jumlah tersebut, sebanyak 1.821 atau 21 persen diantaranya berisi hoaks tentang covid 19. Contoh isu hoaks adalah teori konspirasi Covid-19, vaksin dapat mengubah DNA seseorang, dan pengecekan suhu tubuh melalui thermo gun akan merusak otak.

Untuk menangkal penyebaran isu hoaks, tidak hanya dibutuhkan literasi media, juga pendampingan berkelanjutan, dan penegakan hukum.

Baca Juga: Mahasiswa yang Terdampak Covid-19 Akan Dapat UKT Maksimal Rp2,4 Juta, Ini Sasaran dan Cair September

Menjamurnya berita hoax, terus tumbuh di dalam masyarakat, terutama, diera modern saat revolusi industri 4.0 .

Dengan memanfaatkan media digital baik media sosial atau platform lainnya, berita-berita yang belum tentu kebenaranya, dengan mudah tersebar ke penjuru negeri, dan dengan mudahnya diterima masyarakat, tanpa memverifikasi kebenaran berita-berita tersebut.

Berita-berita hoaks dapat merusak tatanan masyarakat, dan juga merugikan pihak-pihak tertentu. Lubernya informasi yang ada saat ini menjadi sulit untuk dapat memiliah mana berita yang benar atau tidak.***

Editor: Hendra Karunia


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x