Deklarasi Perang NUG Myanmar terhadap Rezim Militer Pemerintahan Myanmar

9 September 2021, 21:38 WIB
Pemimpin junta militer Myanmar, Min Aung Hlaing dalam agenda parade tentara pada Hari Angkatan Bersenjata di Naypyitaw, Myanmar, 27 Maret 2021. /Stringer/Reuters

BAGIKAN BERITA - Saat ini sedang terjadi perang di Myanmar sebagai bentuk perlawanan pihak oposisi terhadap rezim militer yang dipimpin Min Aung Hlaing.

Pada Selasa 7 September 2021, pihak oposisi Pemerintahan Persatuan Nasional (NUG) Myanmar mendeklarasikan perang defensif melawan rezim militer Myanmar dan angkatan bersenjata Myanmar (Tatmadaw).

Presiden dari pihak NUG, Duwa Lashi La mengajak masyarakat Myanmar untuk menumbangkan kekuasaan militer negara dengan perang defensif.

Baca Juga: Media Singapura Soroti Kebakaran Lapas Tangerang, Warga Afrika Selatan dan Portugal serta Teroris Jadi Korban

"Kita harus memulai pemberontakan nasional di setiap desa, kota, dan kota di seluruh negeri pada saat yang sama," ujar Duwa Lashi La.

"Berdasarkan persatuan rakyat, kreativitas, kecerdasan, semangat, dan kegigihan, periode revolusi akan berlangsung lebih singkat," tambahnya.

Pihaknya mengajak untuk menghapus kepemimpinan Min Aung Hlaing dan mencabut kediktatoran dari Myanmar untuk selamanya.

Baca Juga: Frustasi, Tentara Israel Lakukan Penangkapan Terhadap Keluarga 6 Tahanan Palestina yang Kabur dari Penjara

Untuk dapat membangun persatuan demokrasi federal yang daman dan sepenuhnya menjaga kesetaraan yang telah lama dicita-citakan seluruh warga negara Myanmar.

"Dengan begitu, persatuan Myanmar akan kembali menjadi bangsa yang dibanggakan dunia." pungkasnya.

Perang ini dilatarbelakangi kudeta yang dilakukan angkatan bersenjata Tatmadaw di Myanmar pada 1 Februari 2021.

Baca Juga: Tetap Menolak, Presiden Amerika Joe Biden Tak Mau Akui Pemerintahan Baru Afghanistan Dipimpin Taliban

Termasuk penggulingan pemerintahan Aung San Suu Kyi yang memicu protes masyarakat pro-demokrasi di Myanmar yang umumkan keadaan darurat.

8 bulan kemudian telah terjadi lebih dari 1.000 warga sipil terbunuh dan terluka serta beberapa dihukum secara paksa.

Selain itu warga Myanmar juga dihadapkan berbagai krisis mulai dari pandemi Covid-19 yang menyebabkan angka kematian dan kasus positif meningkat.

Hingga runtuhnya perekonomian dan tidak adanya akses pertolongan kemanusiaan.

Diketahui beberapa kelompok telah bergabung dan mendukung NGU dalam deklarasi perang melawan rezim militer Tatmadaw.

Baca Juga: Oposisi Minta Berdamai dengan Taliban, Alami Kekalahan dan Jenderalnya Tewas di Lembah Panjshir Afghanistan

Mulai dari Gerakan Perlawanan Sipil (CDM) yang terdiri dari warga sipil yang menolak kembali bekerja, termasuk staff pemerintahan, pekerja medis, dan guru.

Serta Organisasi Etnis Bersenjata (EAOs) yang telah berperang dengan militer Tatmadaw selama beberapa dekade.

Semenjak dimulai kudeta, banyak dari organisasi tersebut berkolaborasi dengan NUG untuk mendirikan pelatihan dan peserta pelatihan bergabung dalam Kekuatan Pertahanan Rakyat (PDF) di seluruh penjuru Myanmar.***

Editor: Hendra Karunia

Tags

Terkini

Terpopuler