Namun bagi kebanyakan orang, perintah formal tidak mereka perlukan.
Reklame warna-warni di depan salon-salon kecantikan sudah dicat ulang, jeans telah diganti dengan pakaian tradisional, dan stasiun radio mengubah menu siaran mereka dengan musik pop Hindi dan Persia, serta musik patriotik yang muram.
"Bukan karena Taliban memerintahkan kami mengubah apa pun, kami mengganti program sekarang karena kami tidak ingin Taliban memaksa kami berhenti siaran," kata Khalid Sediqqi, produser stasiun radio swasta di Kota Ghezni.
"Lagi pula tak seorang pun di negara ini berminat mencari hiburan, (karena) kami semua sedang syok," kata dia.
"Saya malah tak yakin ada orang yang menyalakan radio sekarang."
Baca Juga: Bantuan PKH Cair Bulan September 2021, Cek Segera Penerima di cekbansos.kemensos.go.id
Selama 20 tahun hidup di bawah pemerintah dukungan Barat, budaya populer tumbuh di Kabul dan kota-kota lain yang diwarnai kemunculan tempat kebugaran, minuman berenergi, gaya rambut kekinian dan lagu-lagu pop yang berdencing-dencing.
Opera sabun dari Turki, program siaran panggilan di radio, dan pertunjukan bakat di televisi seperti 'Bintang Afghan' menjadi kegemaran masyarakat.
"Racun"