Mengerikan, 39 Orang Tewas di Myanmar Saat Pabrik-pabrik China Terbakar

- 15 Maret 2021, 10:05 WIB
Ilustrasi kerusuhan dalam unjuk rasa kudeta*/
Ilustrasi kerusuhan dalam unjuk rasa kudeta*/ /Pixabay.com/

"secara pribadi telah mendengar dari kontak di Myanmar tentang laporan pembunuhan yang memilukan, penganiayaan terhadap demonstran dan penyiksaan terhadap tahanan selama akhir pekan". ujar Christine Schraner Burgener.

Dia berpandangan, penindasan merusak prospek perdamaian dan stabilitas. Mengimbau masyarakat internasional mendukung rakyat Myammar serta aspirasi demokrasi mereka.

Inggris, mantan penguasa kolonial Myanmar, mengatakan terkejut dengan penggunaan kekuatan mematikan oleh pasukan keamanan terhadap orang-orang tak bersalah di Hlaingthaya dan di tempat lain.

Baca Juga: Junta Militer Myanmar Makin Terdesak, Setelah 600 Polisi Membelot Bergabung dengan Demonstran Penentang Kudeta

“Kami menyerukan penghentian segera kekerasan ini dan rezim militer menyerahkan kembali kekuasaan kepada mereka yang dipilih secara demokratis oleh rakyat Myanmar,” kata Duta Besar Inggris Dan Chugg.

Mliter mengungkapkan, pihaknya ambil alih kekuasaan seusai tuduhan kecurangan pemilihan 8 November yang dimenangkan oleh partai Suu Kyi ditolak oleh komisi pemilihan. Kemudian pihaknya telah berjanji akan menggelar pemilu baru, akan tetapi belum ditetapkan tanggalnya.

Suu Kyi telah ditahan sejak kudeta dan dijadwalkan kembali ke pengadilan pada hari Senin. Dia menghadapi setidaknya empat dakwaan, termasuk penggunaan radio walkie-talkie secara ilegal dan melanggar protokol virus corona.

Baca Juga: Tidak Mematuhi Perintah dan Takut Dianiaya oleh Junta Militer, 19 Polisi Myanmar Melarikan Diri ke India

Jauh dari Hlaingthaya, setidaknya 16 kematian dilaporkan di tempat lain di Myanmar, termasuk di kota kedua Mandalay dan di Bago, di mana televisi pemerintah MRTV mengatakan seorang petugas polisi meninggal karena luka di dada setelah konfrontasi dengan pengunjuk rasa.
Dia adalah polisi kedua yang dilaporkan tewas dalam protes itu.

Kekerasan itu terjadi sehari setelah Mahn Win Khaing Than, yang dalam pelarian bersama dengan sebagian besar pejabat senior dari Partai Liga Nasional untuk Demokrasi Suu Kyi, mengatakan bahwa pemerintah sipil akan memberi orang hak hukum untuk membela diri. Itu mengumumkan hukum yang berlaku pada hari Minggu.***

Halaman:

Editor: Yusuf Ariyanto

Sumber: Routers


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x